Dosa hutang piutang yang paling mengerikan adalah ketika jasad dan roh kita kelak tidak diterima baik di langit maupun di bumi.

Ngeri ngga tuh baca yang seperti itu?

Aku sih ngeri ya. Siapa yang tidak ingin mati syahid? Mati dalam kemuliaan dan surga jaminan yang diberikan. Tapi terhalang gara-gara hutang. Subhanallaah, naudzubillahi min dzaalik.

Rasulullah صل الله عليه و سلم bersabda :

يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ

“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu sampai detik ini aku benar-benar menghindari hal-hal yang berkaitan dengan hutang-piutang. Kalau pun terpaksa meminjamnya pun dari kerabat paling dekat, ayah, ibu, adik, itu pun harus langsung dikembalikan. Ayah dan ibu mendidikku demikian. Even cuma minjem 10ribu buat bayar gocar, misalnya.

dosa hutang

pict from freepik

Takut karena ajal tidak akan pernah berkirim sinyal pada kita, kapan kita akan mati. Kemudian mati dalam keadaan berhutang, sungguh ngeri membayangkannya. Maka aku dan suami pun bertekad untuk tidak akan pernah berhutang pada siapapun. Ingin rumah ya nabung, ingin motor ya nabung, ingin baju atau sepatu baru? Nabung. Ketika suami tau aku berhutang sedikit saja, dia langsung marah dan cepat-cepat membayarkannya. Alhamdulillah, ini pun menjadi kebiasaan bagiku untuk tidak gampang-gampang berhutang.

Satu tips yang bisa kuberikan dan sudah kujalankan agar tidak berhutang adalah; dahulukan prioritas, jangan pernah turuti gaya hidup dan usahakan menabung setiap ada pemasukan.

Contoh, ketika dihadapkan pada masalah untuk membayar telephone atau membetulkan laptop yang rusak saat itu, kami setuju membayar telephone adalah prioritas. Masalah laptop yang rusak, bisa menunggu karena pekerjaan bisa diselesaikan di kantor. Atau ketika kami dihadapkan pada masalah membeli motor atau uang muka untuk beli tanah? Karena saat itu kami tidak punya kendaraan, maka motor lah yang harus dibeli terlebih dahulu. InsyaAllah harga tanah yang pasti naik akan bisa dibeli lain waktu atas izin Allah.

Begitu juga saat aku ingin kembali bersekolah dan suami mengizinkan. Maka otomatis tabungan kami khususkan untuk sekolah lanjut, sedangkan urusan tanah dipending kemudian. Dan aku yakin bahwa Allah akan memberi kelapangan dan jalan keluar ketika kami mengalami kesempitan.

Anak meminta pakaian bagus, sepatu baru, uang jajan yang “pantas”? Tunggu dulu, tanyakan padanya dan pada diri sendiri (ketika melihat gamis lucu-lucu), butuh tidak? Kalau membeli ini apa yang harus dikurangi pada uang belanja? Cukup kah?

Jangan sampai berhutang karena untuk menuruti keinginan yang tidak begitu perlu. Jangan sampai. Berhutang boleh jika memang kita sanggup akan membayarnya dalam waktu dekat. Berhutang boleh jika memang kita berada dalam kondisi kelaparan dan tidak ada yang bisa dimakan. Itulah marwah, izzah, harga diri seorang muslim.

Bagi kami, lebih baik makan nasi dan ikan teri daripada harus berbelanja ikan dori tapi berhutang sana-sini.

Bagi kami, hutang adalah perkara besar yang akan menghalangi kami dari rahmat Allah di dunia dan akhirat. Maka kami memilih hidup sederhana seperti ini, tapi tidur nyenyak karena tidak memikirkan hutang yang membelit. Kami memilih membunuh hawa nafsu untuk memiliki ini dan itu, makan enak setiap hari, gaya hidup yang tinggi, demi rahmat Allah yang kami nanti. Lebih baik hidup sederhana tapi hati lapang daripada hidup mewah tapi terbelit hutang.

Wallahua’lam. Semoga Allah hindarkan kita dari hutang-piutang.

Baca Juga Jangan Nodai Ikatan Persaudaraan Karena Utang!