Kalau dulu suka banget ngelayap buka puasa dimana saja asal bersama teman, bisa nongkrong bareng, ngobrol sampai waktu taraweh tiba, meskipun makanannya ngga enak pun sepertinya kami bakal baik-baik saja. Bahkan mungkin kami jadikan bahan tertawaan nantinya.
Tapi sekarang, sejak dua atau tiga tahun yang lalu masjid di dekat rumah selalu mengadakan buka puasa bersama, saya jadi lebih suka berbuka di rumah atau di masjid bersama dengan keluarga tentunya.
Dulu memang banyak sekali ajakan untuk buka puasa bersama, mulai dari teman SD hingga teman kuliah, atau bahkan teman satu organisasi. Sampai-sampai jadwal padat dan diprotes oleh ayah atau ibu, kenapa buka di luar terus, hehe..
Tapi semakin kesini, semakin jarang ajakan itu ada. Semua sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing di rumah. Semua sudah punya prioritas dalam keluarga. Saya pun juga akan berlaku sama ketika ada ajakan berbuka puasa. Keluarga prioritas utama.
Akhirnya seperti kemarin tuh, saat Bapaknya Isya belum juga pulang ngantor sampai setengah jam sebelum berbuka, saya jadi malas mau berangkat ke masjid juga. Ibuk dan adik sudah duluan dan saya sendirian di rumah. Meskipun menu buka puasa di masjid konon katanya soto yang tersohor kelezatannya itu (iya agak lebay ini sih) tapi akhirnya saya memilih buka di rumah, menu tahu goreng, telur dadar dan tumis kangkung serta tauge sisa sahur semalam. Wkwk. Takjilnya cukup air putih dan kurma, tak lupa teh racek dekat rumah.
Tak perlu bikin es sirop macam-macam rupanya, yang penting buka puasanya mah sama kamu, sudah cukup membuat tahu goreng jadi rasa ayam goreng, eaa.
Puasa kali ini bukan karena menunya atau tempatnya, tapi karena dengan siapa kita berbuka, itulah yang menjadi menu dan tempat favorit bagi saya.
*habisiniadatransferanmasuk *nggombal~
Previous Post
Minimalis dengan Fabil
