Membaca Dunia Kali mengingatkan saya pada keponakan yang tengah belajar di kelas 3 SD. Seperti Kali, dia juga suka membaca. Suka “dicritani”, “didongengi”.
Membaca Dunia Kali mengingatkan saya lagi tentang dunia anak-anak. Dunia permainan dan senang-senang. Selagi bisa. Selagi belum mengerti akan beban berat kehidupan. Hehe…
Dunia Kali dan Pengingat Untuk Orang Tua
Membaca Dunia Kali mengingatkan saya bahwa betapa sangat jarang pendidikan di Indonesia yang lebih mengedepankan adab dan akhlaq yang baik sebelum belajar membaca, menulis, dan berhitung. Anak-anak kelas 3 SD bahkan sudah dijejali dengan fotosintesis, mimikri, titik tumpu, ah embuh~ yang bahkan saya bisa menjelaskannya dengan baik ketika SMA.
Apa ya kira-kira yang dimaui oleh seorang guru dari anak kelas 3 SD sehingga dalam LKS nya harus ada istilah-istilah yang bahkan sulit untuk diingat dan diucapkan? Saya sendiri sedikit bingung ketika membaca soal-soal anak zaman sekarang, kok ya susah banget? Lalu membaca Dunia Kali seperti tersadar, alhamdulillah banget dulu zamanku SD ngga seberat ini lho pelajarannya.
Sesungguhnya apa yaa yang dituju oleh sistem pendidikan kita? Apakah anak-anak harus menelan dan menghafal itu semua? Apakah anak-anak punya cukup waktu bermain? Apakah anak-anak punya cukup waktu untuk belajar mengenali dirinya sendiri, belajar mengenali lingkungannya, dan mengenali apa yang bisa ia lakukan untuk sekitarnya?
Wajar saja jika Ibu dari keponakan saya bilang, pelajaran sekarang udah kayak sampah. Bagaimana tidak? Melihat LKS yang harus dikerjakan oleh keponakan saya yang kelas 3 SD saja kepala saya berdenyut-denyut. Lalu apa yang bisa diharapkan jika mengerti istilahnya saja tidak. Anak jadi fokus pada hafalan dan tidak memahami konsepnya dari akar.
Mereka hanya tahu teori-teori yang dijejalkan setiap hari oleh gurunya itu harus dibawa ke sekolah keesokan harinya. Bagaimana lagi caranya kalau tidak dihafalkan? Atau mungkin ada cara lain dari guru untuk memberi “pemahaman” yang lebih baik dan tidak menggunakan cara hafalan.. ya positif thinking dulu aja kali yah..
Dunia Kali, mengingatkan saya tentang pertanyaan keponakan saya yang suka sekali membaca tentang satwa dan sejarahnya.
“Mii, nanti Zahid boleh pelihara kucing?”
“Boleh kalau sudah punya rumah sendiri.”
“Keburu punah Mi…”
Wah dia sudah tahu punah, gegara bacaannya soal Dinosaurus yang konon katanya sudah punah ribuan tahun yang lalu.
Zahid juga mampu menceritakan kembali kisah dari buku yang ia baca, seperti Kali. Ah, anak-anak, tumbuhlah dengan baik, sehat, dan ceria. Nikmatilah duniamu dan raih sebanyak-banyaknya kemanfaatan dari apa yang diajarkan oleh lingkunganmu. Jadilah apa yang kamu mau 🙂
Jangan sampai terbebani dengan tumpukan buku yang tebalnya naudzubillah itu. Hehe..
Terimakasih Dunia Kali, tak sampai sehari habis sudah saya membaca Dunia Kali yang banyak menghibur saya di berbagai bab. Tapi juga membuat saya haru di satu bab. Senang sekali Bapaknya bisa menuliskan keseharian Kali seperti membaca buku harian mereka. Saya seperti dekat dengan Kali, seperti keponakan sendiri. Kelak kalau benar-benar ketemu mungkin saya akan izin pada Bapaknya untuk memeluk Kali hehe..
Sukses ya Kali, sukses juga untuk anak-anak Indonesia! 😁💕
Untuk teman-teman yang sudah membaca Dunia Kali, ada lanjutannya lho! Yakni buku dari Bapaknya yang berjudul Semesta Kali, teman-teman bisa membacanya di sini. Ada begitu banyak pelajaran yang bisa kita petik dari buku-buku tersebut.
Sebagai orang tua saya merasa inilah salah satu sarana belajar soal parenting, melalui buku Dunia Kali dan Semesta Kali yang tidak menggurui, namun memberikan tauladan dan hikmah untuk kita semua.
#gerakanoneweekonebook #oneweekonebook