Semesta Kali adalah salah satu buku yang saya tunggu-tunggu terbitnya setelah sebelumnya membaca khatam Dunia Kali. Bisma Kalijaga, begitu nama lengkapnya. Anak laki-laki dari seorang penulis tersohor seantero Jogjakarta, kalau boleh saya bilang. Bahkan tidak hanya di Jogja, tapi juga sampai ke media nasional. Buktinya Om Puthut EA (Bapak Kali) ini followernya sudah banyak hehe..

Tanda tangan di dalam bukunya juga selalu saya nanti. Beberapa koleksi buku dari Om Puthut juga sudah saya khatamkan. Mulai dari prosa, novel, hingga bacaan ringan seperti Semesta Kali yang dicetak terbatas ini. Saya pun selalu mengikuti perkembangan Kali lewat instagram beliau. Ketika melihat Kali, saya jadi ikut bahagia dan kadang haru campur menjadi satu.

buku semesta kali

Semesta Kali, Catatan Seorang Bapak tentang Anaknya

Terpikir kemudian bagaimana jika saya juga membuat catatan seperti Om Puthut. Semesta Kali akhirnya menjadi salah satu inspirasi saya mengabadikan cerita soal Isya lewat sebuah blog bertajuk Jendela Caca. Isinya ingin seperti Om Puthut, meskipun hanya cerita receh keseharian namun selalu ada hikmah dibalik setiap cerita yang dituliskan. Akhirnya di blog tersebut saya sematkan kategori dengan judul yang mirip dengan judul buku yang baru saja selesai saya baca ini, yaitu menjadi Semesta Caca.

Semesta Kali bercerita tentang keseharian Kali di rumah bersama Bapak dan Ibunya. Kepolosan anak-anak yang khas Kali, kecerdasan, hingga pola pengasuhan Ibu dan Bapak Kali yang tersirat dalam buku ini juga mengajari banyak hal pada saya. Bahwa anak-anak selayaknya memang dibesarkan seperti anak-anak. Jam bermain yang lebih banyak dibanding belajar, adanya sistem reward dan punishment yang menurut beberapa teori tidak efektif, namun saya setuju bahwa sistem ini bekerja dengan baik. Hasilnya seperti Kali, saya dan mungkin beberapa anak lain yang hidup dengan bahagia.

Dunia Kali adalah buku pertama tentang Kali yang sudah menjadi magnet yang menyenangkan bagi bocah tersebut. Konon kata Om Puthut, kemana saja Kali pergi pasti ia membawa serta buku tulisan Bapaknya itu. Dibaca berulang kali. Dipamerkan entah ke berapa banyak orang. Kadang Kali tertawa sendiri membaca kisah-kisah saat dia masih kecil. Sering pula Kali bertanya pada Bapaknya atau Ibunya tentang masa lalunya yang mungkin masih belum bisa direkam dengan baik oleh ingatannya. Saya akhirnya terpikir juga untuk membuatkan buku khusus tentang Isya.

Lalu Semesta Kali ini akhirnya bisa diterbitkan karena keluarga Om Puthut EA mengalami fase hidup yang baru. Kalau teman bloger sudah pernah membaca Dunia Kali, pasti tahu siapa Ati Endah, Ibu dari Om Puthut EA, nenek Kali. Ati Endah meninggal dunia. Bapak Kali tentu saja sangat kehilangan. Maka buku Semesta Kali ini terbit sekaligus untuk memperingati 100 hari meninggalnya Ibunda dari Om Puthut EA.

Harapannya kelak ketika Kali sudah besar dan membaca buku ini lagi dan lagi, dia bisa mengingat, ada sosok Nenek yang sangat mencintainya. Perempuan yang sangat penting bagi kehidupan keluarga Om Puthut EA. Sosok yang murah hati, lembut perasaannya, dari dari rahim beliau Om Puthut diperantarai untuk hadir di dunia ini.

Saya jadi teringat dengan Kisah Kali bersama Ati Endahnya lewat buku ini. Judulnya Wasap-wasapan. Melalui cerita itu, Kali dikisahkan sedang memiliki kegemaran baru yaitu mengobrol lewat Whatsapp. Saat ditanya mau wasapan sama siapa? Kali menjawab, “Ati Endah.”

“Ati Endah, Kali mau wasap-wasapan sama Ati Endah. Jadi nanti setelah telpon ini Kali matikan, Ati Endah buka wasapnya ya?” ucap Kali pada Atinya lewat telpon.

Kali kemudian sibuk sekali. Dia sibuk menulis dan memotret. Ngobrol sama Ati Endahnya. Sesekali dia bertanya kepada saya cara menulis sesuatu. Saya pikir, ini mungkin salah satu cara keren agar Kali belajar mengutarakan pikirannya lewat tulisan. Berkomunikasi secara tertulis. (Wasap-Wasapan, halaman 184 dalam Buku Semesta Kali)

Kisah-kisah sederhana yang dituliskan Om Puthut dalam Buku ini memang relatif singkat. Namun justru lebih mengena di hati. Apalagi ungkapan hati anak kecil kan tidak bisa dibohongi. Tentang bagaimana Ibu Kali mendidik Kali di rumah, mengantarnya ke sekolah, hingga percakapan sederhana dan berkualitas meskipun hanya berlangsung beberapa menit saja di mobil mengingatkan saya untuk terus menjaga komunikasi dengan anak saya. Sesibuk apapun itu. Saya juga mengingatkan pada suami agar meluangkan waktunya khusus untuk bermain dengan Isya.

Semesta Kali, Kisah Lucu Hingga Haru

Ada banyak kisah lucu di dalam buku ini. Salah satunya mungkin bisa saya ceritakan di sini agar teman bloger semakin penasaran.

Tadi pagi, menjelang berangkat sekolah, sambil mengenakan pakaian, saya mendengar Kali berkata kepada Ibunya. “Buk, rumah (dia menyebut nama temannya) ada lift-nya lho. Kenapa rumah kita ngga ada?”

Saya hampir tertawa. Namanya juga anak kecil, pasti ada perasaan ingin punya sesuatu yang dimiliki teman-temannya. Walaupun kadarnya pasti berbeda. Kalau ibunya, setiap ada pertanyaan itu selalu mengajak bocah itu bersyukur. Mensyukuri kehidupan kami.

“Bapak itu, Nak, kelas 5 SD, Akung Amin (bapak saya, maksudnya) baru punya sepeda motor…” Memang iya sih, saya dari keluarga yang amat sederhana. Keluarga biasa saja. Tapi kalau saya pakai jalan lain…

“Kali, besok kita berangkat beli lift ya…”

“Asyiikk! Tapi untuk apa Pak?”

“Ya untuk dipasang di rumah kita dan dinaiki, lah.”

“Tapi kan rumah kita ngga tingkat Pak…”

“Lha itu Kali tahu, kenapa rumah kita ngga ada liftnya/”
Ketawa dia.

Sederhana saja kan? Tapi mengena. Bolehlah ditiru kalau anak kita minta pesawat, minta pelihara harimau, singa, dan berbagai macam kemungkinan lain yang rasanya tidak mungkin. Hehehe.. Tapi kalau untuk lift di dalam rumah, mudah-mudahan saja bisa menjadi doa yaa, seperti harapan Kali.

Pada Buku Semesta Kali ini fase Kali menjadi anak yang tumbuh dengan baik, cerdas dan dewasa semakin terlihat. Kali sudah besar, sudah bisa membantah, sudah bisa mencari-cari alasan, bahkan Kali sudah berani untuk belajar menulis. Perkembangan yang baik, mudah-mudahan anak saya pun bisa menjadi anak yang shalihah, baik, cerdas dan memiliki mata sosial yang tajam seperti Kali. Aamiin.

buku bertanda tangan

Judul Buku : Semesta Kali
Penulis : Puthut EA
Diterbitkan oleh Kolofon, Ngaglik, Sleman, D.I. Yogyakarta
286 halaman, Cetakan Pertama Desember 2020