Jambore pertama kali yang saya ikuti seumur hidup. Seriously? Yes. Seumur-umur saya memang tidak pernah ikut jambore yang isinya pasti camping dan bersenang-senang bersama alam. Ceritanya kali ini karena dipaksa dan ada surat tugasnya, jadi ya ngga bisa menolak 🙂
First time ikut camping rasanya nano-nano. Antara senang tapi takut. Senang karena ini pengalaman pertama camping di luar kota. Selama hidup belum pernah ikut kemah keluar kota, paling banter ya di halaman sekolah ketika saya duduk di Sekolah Dasar dulu. Takut karena memikirkan bagaimana nanti toiletnya, mandinya, pasti akan sangat tidak nyaman. Ya, sebegitu over thinkingnya saya memang. Soal over thinking, baca saja di sini ya.
Jadi jambore pertama kali yang saya ikuti ini terdiri dari sepuluh orang, 7 perempuan dan 3 laki-laki yang ditugaskan oleh kantor untuk ikut Jambore di lapangan Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur. Awalnya juga agak kaku ngobrol dengan para senior, tapi belum sampai 24 jam kami sudah bisa saling membaur. Bahkan anak paling bontot ini sering dimanja oleh ibu-ibu yang sangat baik hatinya. Makan yang selalu diperhatikan, minum, sampai-sampai urusan dandan, mereka tidak akan membiarkan saya tampil beda sendiri karena belum punya seragam. Hihi..
Hal paling konyol adalah para senior menyewa satu kamar hotel dekat lokasi. Hahaha. Mereka sengaja menyewa satu kamar hotel di depan Kanwil khusus untuk mandi karena mereka tahu bagaimana kualitas air di sekitar “perkemahan”. Kamar yang semula kami sewa hanya untuk mandi, beralih menjadi tempat peristirahatan di kala malam untuk 7 orang perempuan yang cekikikan dan tak tahu malu langsung masuk kamar bertujuh, dan tempat peristirahatan bagi 3 laki-laki di siang harinya. Untung hotel nya ngga nyadar kalau kami sering bergantian memasuki kamar hotel. Wkwkwk. Rugi banyak!
Kontingen kami juga kompak. Mulai dari urusan “membangun” tenda di siang bolong, bolos bareng saat senam pagi (iyalah kita kan masih di hotel) hahaha, sampai urusan lomba tumpeng pun (yang kami pesan lewat catering) kami kompak “ngambek” berjamaah dan tidak membiarkan juri menilai tumpeng kami karena keburu habis sebelum dinilai. Hahaha. Di sinilah saya mulai mengenal ibu-ibu super yang kompak dan menyenangkan, di balik meja kantor yang biasanya seram dan tegang.
Ternyata senior-senior yang selama ini saya anggap serius, bisa semenyenangkan ini saat kami menghabiskan waktu bersama selama 3 hari kemarin.
Ah, senang bisa bersama mereka. Tapi kalau disuruh kembali, jelas jawabannya tidak. Sudah cukup ternyata piknik rasa-rasa ini membuat badan pegel-pegel dan digigit nyamuk Surabaya yang konon katanya sayapnya berwarna hijau dan besar-besar. Entah benar atau tidak.
Akan terasa piknik sesungguhnya dan bisa saya pertimbangkan untuk ikut lagi mungkin jika tempatnya agak dingin dan jauh dari kota.
Ada banyak cerita sebenarnya. Kisah sang pengantar catering yang ternyata janda. Jadi untuk lomba tumpeng kami pesan catering khusus dan diantar oleh seorang wanita yang menurut saya cantik, dan ternyata bukan hanya saya yang berpikir demikian, tapi juga teman-teman lain yang ikut melihat si wanita ini mengantar makanan kami. Tidak taunya janda, si jomlo di tenda sebelah pun kecewa, hahaha.
Ya, masih banyak kisah yang tersisa, seperti juga seorang lelaki jomlo mapan di tenda sebelah, kisah sebuah warung sederhana di pinggir jalan, dan banyak lagi. Menyusul untuk ditulis berikutnya ya!
Ada satu orang yang tidak ikut foto karena memang jarang ke tenda, panas katanya. Kalau teman bloger bagaimana? Kapan nih jambore pertama kali yang pernah dijalani?
Memori Juli 2018 🙂 Kangen euy
Aku jambore pertama pas SD, tidurnya di rumah warga, tp lantainya masih tanah gitu. Tiap pagi dianterin teh anget sm bude & kue. Serasa pindah bobo aja, bukan kemah. Wkwkwkwk…
Nah inii pindah bobo aja sebenernya ya mba wkwkwkwkwk