Highly Sensitive Person, atau orang yang supersensitif memang dialami oleh sebagian orang, termasuk saya.
Seorang Highly Sensitive
Saya paling anti jika harus pergi ke pasar yang dipenuhi oleh banyak orang. Pernah suatu ketika saya terpaksa harus menggiling daging sapi untuk bahan dasar pentol ke pasar. Saya memang tidak pernah diberi ibu tugas untuk menggiling daging. Tapi kali ini, saya terpaksa melakukannya karena memang sudah tidak ada lagi yang bisa disuruh ibu. Ketika sampai di pasar, saya mulai menutup hidung yang entah mengapa selalu mudah mencium bau-bauan, apapun itu. Mulai dari aroma bunga sampai sampah.
Belum juga menyerahkan daging ke tukang giling saya sudah pusing luar biasa. Dunia serasa berputar dan tidak ada udara segar yang bisa saya hirup. Hingga saya pun lemas dan terpaksa keluar dari pasar.
Kejadian ini tidak hanya satu kali. Tapi setiap kali saya harus ke pasar, saya selalu memilih untuk menunggu di tempat parkir ketimbang harus ikut masuk ke dalam pasar. Hiruk pikuknya sangat mengganggu dan membuat saya seketika mabuk. Hehehe..
Saya pikir, ini adalah hal tidak wajar dan orang-orang banyak menyebut saya sebagai orang yang abnormal, kebanyakan gaya (karena tidak bisa ke pasar), anak manja, dan lain sebagainya. Padahal, di mall pun, saya tetap merasa pusing kalau terlalu banyak orang yang memenuhi mall tersebut. Tak ada bedanya dengan pasar.
Saya juga sering merasa lelah dengan cahaya yang sangat terang, musik yang keras, suara-suara lantang yang berteriak dan sejenisnya. Begitu juga dengan rasa mual yang mudah terpicu dengan bau atau visualisasi sebuah benda yang saya takutkan. Rasanya otak saya tak kuat menerima dan mencerna semua stimulus visual dan audio itu dalam satu waktu.
Tanpa disadari, saya pun mudah menyerap emosi negatid dari orang-orang yang sedang bermasalah. Saya pun mudah merasakan seseorang yang sedang punya beban emosi atau tidak. Sayangnya, hal itu membuat saya terjebak dalam energi negatif mereka, seolah-olah energi negatif masuk ke dalam tubuh. Setiap bertemu dan mendengarkan orang yang sedang bersedih atau bermasalah, saya jadi “tertular” emosi negatif yang sama. Leher dan pundak tiba-tiba terasa tegang, kepala pusing, bahkan menjadi mudah menangis atau marah.
Ternyata semua itu saya temukan jawabannya dari tulisan Regis Machdy dalam Loving The Wounded Soul bahwa ternyata memang ada orang-orang yang terlahir dengan sensitivitas yang lebih tinggi. Sensitivitas tersebut maksudnya adalah tingkat aktivitas saraf yang lebih tinggi dari kebanyakan orang. Orang-orang dengan sensitivitas tinggi sangat peka terhadap stimulus dari luar, baik yang bersifat fisik maupun emosional. Mereka inilah yang disebut sebagai HSP (Highly Sensitive Person).
Indikator orang dengan Highly Sensitive Person (HSP)
Untuk mengidentifikasi apakah kita seorang HSP atau bukan, kita bisa menjawab beberapa pertanyaan yang disusun oleh Elaine N.Aron yang diterjemahkan dalam bukunya, Loving The Wounded Soul :
- Apakah Anda mudah kewalahan oleh hal-hak seperti lampu terang, bau yang kuat, tekstur barang yang kasar atau suara sirine?
- Apakah Anda memiliki kehidupan batin yang kaya dan kompleks?
- Ketika masih kecil apakah orangtua atau guru melihat Anda sebagai orang yang sensitive atau pemalu?
- Apakah Anda melihat segala hal dengan sangat detail (kondisi ruangan, gestur, dan ekspresi lawan bicara)?
- Apakah Anda mudah mendeteksi emosi orang lain dan terpengaruh dengan suasana hati mereka?
- Pada hari-hari yang padat dan sibuk, apakah Anda perlu menarik diri ke tempat tidur atau kamar untuk memiliki privasi dan kelegaan dari situasi tersebut?
- Apakah Anda bingung ketika harus melakukan banyak hal dalam waktu singkat?
- Apakah Anda berusaha menghindari film-film yang mengandung unsur kekerasan seperti pembunuhan?
- Apakah Anda berusaha mengatur hidup Anda agar terhindar dari situasi yang membuat kesal atau mendapatkan stimulus yang berlebihan?
- Apakah Anda memperhatikan atau menikmati aroma, rasa, suara, atau karya seni yang indah?
Kalau kebanyakan jawabannya adalah “ya” maka kita bisa mengunjungi laman resmi HSP di internet (hsperson.com) yang dibuat oleh Elaine untuk membantu para HSP memahami dirinya. Pada laman tersebut juga terdapat tes yang membantu memastikan apakah kita seorang HSP atau bukan.
Highly Sensitive Person yang Terlahir Berbeda
HSP disebut juga sebagai Overexcitabilities (OEs) yaitu kondisi tubuh yang lebih sensitif dan peka daripada orang kebanyakan. Selain stimulus bersifat indrawi, HSP juga sangat peka terhadap stimulus yang bersifat intelektual dan emosional/perasaan. Ketika diberi rangsangan intelektual seperti pertanyaan mengenai rumus fisika sederhana, mereka akan berpikir sampai fisika kuantum. Mereka juga mudah terstimulasi oleh rangsangan bersifat emosional. Mereka jauh lebih memiliki empati yang tinggi karena sensitivitasnya. Namun di sisi lain mereka tidak dapat mengendalikan empati tersebut. HSP kerap menyerap emosi negatif dari orang-orang di sekitarnya. Seperti spons yang menyerap kesedihan, kekecewaan dan kemarahan orang lain.
Mengapa bisa terjadi?
Hal ini bisa terjadi karena tubuh manusia memiliki sistem yang bernama mirror neuron system. Kita bisa ikut sedih ketika melihat teman yang sedih. Bisa ikut bahagia ketika melihat orang lain bahagia. Pada orang-orang HSP diduga neuron ini lebih aktif, sehingga mereka lebih sensitif.
Hal-hal yang bisa dilakukan
Regis menyarankan agar HSP kembali ke diri sendiri setiap kali mulai merasa jengah. Cara sederhana adalah dengan menutup mata dan menarik napas, dimana pun berada. Entah di kantor, angkutan umum, atau lapangan sekalipun. Bisa juga dengan berjalan kaki di rumput tanpa alas, menghirup aromaterapi, menghirup bunga di taman atau mandi dengan air yang menyegarkan.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk menghadapi dunia yang penuh rangsangan adalah dengan teknik visualisasi. Judith Orloff, seorang psikiater, HSP dan penulis buku The Empaths Survival Guide merekomendasikan visualisasi sebagai salah satu teknik terbaik untuk menjaga kestabilan pikiran dan emosi. Banyak tekniknya, salah satunya dengan membayangkan diri kita diselimuti cahaya putih atau merah muda setiap kali merasa menerima terlalu banyak stimulus.
Atau, kamu punya teknik lain untuk menjaga kestabilan rasa dan raga? Sharing di kolom komentar yuk!
Referensi :
Pfeifer, J.H. Miroring Others emotion relates to empathu and interpersonal competence in children.
Regis Machdy, Loving The Wounded Soul
Yuk baca juga : Kepribadian : Ekstrover Juga Bisa Depresi
Kopi, rokok.. senjata ampuh penetralisir perasaan kacau & kemampatan berfikir ning 🙇🙇🙇🙇
Kopi & rokok.. senjata ampuh penetralisir hati kacau & pikiran buntu ning 🙇🙇🙇
[…] Baca Selengkapnya […]
saya pikir saya termasuk orang yang tinggi empati nya, tapi ternyata bisa juga tergolong HSP. Informasi yang menarik. Thumbs up.
Saya tipe sensitif apa ya hee, kalau kurang nyaman biasanya saya sampaikan secara langsung dengan orang yang bersangkutan. Tuntas
Dari indikator untuk mengukur seseorang mengidap hsp, ada beberapa di diri saya.
Hmm, apakah hsp dalam diri seseorang dapat diukur presentesanya??
wah jadi penasaran nih, sepertinya saya harus beli bukunya juga… 🙂
Aku baru tahu lho mb jihan ada ya ternyata orang dengan tipe HSP ini, tapi saya rasa semua orang hampir memiliki HSP dengan kadar yang berbeda mungkin yaa mb, cmiiw hihi
Mba aku kok merasa jd HSP yaa, aku tuh gampang banget sedih dan ketawa, serius deh. Tapi dulu aku tanya-tanya katanya ini ekspresif sifatnya begini. Kalau untuk bau-bauan sih ga begitu banget. Cuma kalau untuk kepekaan atau emosional banget parahnya. Apa aku termasuk yaa?
Mb Jihan apa aku termasuk salah satu tipe HSP ini ya, soalnya aku tuh gampang banget lho nangis, tapi gampang juga ketawa. Nah, dulu pernah nanya-nanya katanya tipe kaya aku tipe ekspresif, gampang banget mengekspresikan perasaan gitu. Tapi untuk bau-bauan sih aku biasa aja, hihi
Oo ada istilahnya ya hipersensitiv ini..btw sama ga ya dengan orang yg moody?krna orang moody tuh kadar empatinya jg tinggi mba
Dari variabel pertanyaan yang disebutkan di atas, hampir semua saya menjawab IYA. Apakah itu berarti saya hampir super sensitif? Orang sekarang nyebutnya baperan? Mungkin jadinya jadi tulisan saya yang dikit-dikit puitis ya Mbak?
Habis baca artikel ini saya langsung menganalisa diri saya. Dari ciri-ciri yang disebutkan sepertinya saya masuk dalam HSP. Ternyata ada cara mudah untuk menghilangkan rasa jengah ya mbak. Cukup jalan-jalan dan menghirup aromaterapi. Nanti mau saja coba ini
Pantesan kak jihan waktu ke Taman Sari kok sambat pusing terus pulang duluan. Baru tau lho akunya ternyata kak Jihan ini super Sensitive orangnya. Nantik kita nongki di kaepci aja ya yang sepi. Biar ndak berisik.
wkwkwkwk begitulah. Ngga lebayy lohh.
Yoi ke kaepsi lebih mantep wkwk
aku baru ada HSP ini mbak. tapi aku percaya juga selain karena sensori yang berbeda memang tiap org ada yang mudah menyerap emosi nih mbak. aku cus cek ke webnya ah
Hmmm, aku jadi tergelitik untuk mencari tahu apakah ada korelasi antara highly sensitive person dengan orang yang mempunyai alergi. Kakakku sangat nggak nyaman berada di keramaian yang sekiranya panas dan pengap. Dia akan merasakan sesak napas, pusing, lemas, kemudian kulitnya bentol-bentol. Saat konsultasi ke dokter, lebih ke arah alergi dari asmanya karena berhadapan dengan suasana pengap dan panas, bukan alergi langsung pada kulit.
Atau, mungkin nggak ya orang yang highly sensitive ini daya tahan tubuh juga rendah? Apakah ada bahasannya dalam buku tersebut, Mbak?
Dari list pertanyaan di atas hanya ada dua yang kena ke saya, mudah banger mendeteksi bau-bauan, mulai dari aroma wangi hingga aroma tak wangi, makanya jarang banget pakai parfum, hi-hi-hi.
Saya juga bingung jika harus melakukan banyak hal dalam waktu singkat, biasanya langsung tinggalkan kerjaan dan masuk kamar, tarik selimut dan bobo cantik
Dulu sensitif juga, tp seiring perjalanan usia, udah lebih kontrol. Mulai memahami dan mengerti orang lain. Berfikir lebih banyak dari sisi yg lain hehehe
Kayaknya aku termasuk ya. Hihihi. Orang pakai parfum, aku yang mual. di tempat ramai suka pusing. jadi, habis belanja ini itu dari pasar sampai rumah masukan kulkas. Gak jadi masak, karena kepala sudah pusing.
Umm… Saya masuk HSP gak ya,, td hampir kebanyakan jawaban iya. Baca pesan WA aja kl bahasanya beda sy jd rada sensi.. Btw kl teknik ala saya dalam menjaga kestabilan jiwa dan raga, selain menulis, memperlama berdoa setelah salat, nonton drakor yg lucu, Mbak Jihan.
Wah ada ya orang seperti itu. HSP masuk kategori penyakit phisikis kali ya mbak. Bisa sembuh tidak ya?
Apakah saya HSP atau bukan? Setelah baca ini, kayaknya masih 50:50. Mungkin jg saya masih harus mendalami lg tentang diri saya dan HSP itu sendiri. Semoga apa pun itu bisa membantu kita untuk lebih mudah lg dlm menjalani hidup
wah berarti anak sulungku termasuk hight sensitive person dong. anakku takut dengar suara keras, lihat orang bertengkar langsung nangis. ditegur juga nangis, lihat film kekerasan takut banget. pokoke sensitive deh. kata orang harus diterapi biar gak gitu terus.
wah, baru-baru ini tertarik bgt sm psikologi dan Buku The Wounded Soul masuk ke wishing list aku (mau nyelesaiin yg lain dulu hehe) dan terimakasih untuk artikel ini yg serasa baca introduction dr buku itu & aku menemukan fakta ttg HSP ini.
aku bener2 sensitif cahaya dan musik/suara keras sejak kecil. aku mikir itu biasa sih, smpe akhir2 ini semakin tau psikologi semaikin tau jg kalau aku “beda”, dan terjawablah dg HSP ini. Thxuu Kak!
Btw ini baru pertama kalinya mampir hihi salam kenal!🥰✨
[…] Jihan Mawaddah : Apakah Kamu Orang SuperSensitif? […]
[…] Klosko dan Jeffrey Young, dua ahli dalam bidang psikologi mencoba memberikan terapi baru pada kliennya. Hasilnya? Tentu saja berhasil! Lifetrap schema meneliti sebelas problem […]
[…] overthinking ini merupakan salah satu outcome yang dihasilkan sebagai dampak buruk dari trust issue. Ada banyak […]
sy rasa tidak^^”
cmiiw
[…] First time ikut camping rasanya nano-nano. Antara senang tapi takut. Senang karena ini pengalaman pertama camping di luar kota. Selama hidup belum pernah ikut kemah keluar kota, paling banter ya di halaman sekolah ketika saya duduk di Sekolah Dasar dulu. Takut karena memikirkan bagaimana nanti toiletnya, mandinya, pasti akan sangat tidak nyaman. Ya, sebegitu over thinkingnya saya memang. Soal over thinking, baca saja di sini ya. […]