Alasan Kenapa Saya Harus Ngeblog

Ada jatah sekitar dua puluh ribu kata untuk wanita dalam seharinya, namun jatah ribuan kata itu tidak akan saya habiskan dengan kata-kata percuma, untuk ghibah atau menghujat orang lain misalnya. Hehe… Karena nyaris banyak orang menghabiskan waktunya untuk membuka chat dan berinteraksi dengan inner circle mereka di gawai masing-masing, waktu satu jam pun tidak akan terasa. Nah, daripada gitu kan?

 

Menulis bagi saya seperti self healing, termasuk terapi untuk meredakan emosi yang kadang meledak-ledak. Daripada dimanfaatkan dengan bercuap-cuap di medsos dengan kata-kata yang tidak perlu akan sangat bermanfaat jika saya salurkan untuk menulis di blog. Karena hanya blog satu-satunya sosial media yang dapat memuat banyak kata atau istilahnya sampahan kita sebagai wanita khususnya.

 

Ada banyak penelitian yang mengatakan bahwa menulis dapat meredakan emosi, salah satunya pendapat yang saya ambil dari paparan Daniel Goleman seorang ahli psikologi yang menulis sebuah buku best seller yang berjudul Emotional Intelligence. Mengapa menulis menjadikan emosi kita mereda? Karena pada dasarnya emosi adalah sebuah respon dari stimulus yang diterima amigdala dalam otak kita dan memiliki sirkuit yang sangat pendek. Karena sangat pendek itulah maka hal-hal yang membuat emosi itulah yang dapat membangkitkan tindakan-tindakan yang akhirnya kita sesalkan kemudian. Jika dalam keadaan emosi kemudian kita mengendapkan terlebih dahulu stimulus itu dengan kegiatan menulis misalnya, maka disitulah amigdala melepaskan stimulus itu menuju neokorteks yang akan memproses informasi yang diterima otak dengan lebih masuk akal dan tidak “emosional”.

 

Itulah mengapa menulis dapat menjadi self healing bagi kita.

Alasan lain karena saya sendiri tipe orang yang suka berbagi apapun, kecuali berbagi cinta, hehe..

Tapi untuk urusan ngeblog saya masih awam banget meskipun saya sudah berani untuk membeli domain, semata untuk menghargai kekonsistenan saya menulis di blog. Syukur-syukur akan menjadi blogger terkenal dan dapat dirasakan manfaat dari tulisannya oleh pembaca.

Alasan terakhir adalah karena saya ingin memiliki jejak digital yang bermanfaat, yang tak lekang oleh waktu, hilang tergerus zaman. Karena hanya tulisan kitalah yang abadi, sedangkan kita kelak akan mati.

Surabaya, 11 April 2019.