Saya mau cerita panjang nih soal ekspedisi besar di Indonesia yang daridulu bikin saya gedeg. Kalau bukan karena tokonya yang minta untuk pakai ekspedisi ini, saya ngga bakal pakai. Masih ada POS Indonesia yang selalu tepat waktu dan pelayanannya memuaskan, meskipun agak mahal dikit. Tapi puas gitu loh, ngga pernah dibikin emosi.

Tiga kali dibikin emosi sama ekspedisi J*E ini.

Kasus pertama nih ibuk saya bikin pentol dan rolade. Waktu itu perdana deh pakai J*E. Karena waktu itu memang J*E lah yang paling dekat dengan rumah. Tinggal jalan kaki lima menit. Makanan ini bakal dikirim ke adik yang ada di Karawang sana. Kita udah pakai jasa yang waktu kirimnya cuma butuh waktu sehari. Jenis barang pun sudah saya sebutkan bahwa barang ini harus cepat sampai, sehari lah estimasinya. Lalu pihak penyedia jasa menyanggupi bahwa barang akan sampai dalam waktu kurang lebih dua puluh empat jam atau sehari. Lega dong saya, insya Allah makanannya ngga bakal basi gitu lah ya. Soalnya kalau memang ngga bisa kirim sehari saya bisa cari ekspedisi lain gitu.

Setelah disanggupi saya pun menunaikan kewajiban dengan membayar lunas biaya kirim, dan tinggal menunggu barang sampai. Saya pun berpesan ke adik saya bahwa barang akan sampai besok, langsung hangatkan lalu masukkan kulkas karena takut basi. Eh besoknya ngga ada barang sampai dong, sampai malam ditunggu pun ternyata ngga sampai-sampai. Yaudah tunggu besok pagi kalau besok ngga dikirim biar saya yang telpon pihak ekspedisi Karawang. Nyatanya sampai lewat jam 10 pagi barang tidak terkirim juga, cek resi dari kemarin masih ada di tangan kurir. Apakah artinya kurir ini bawa pulang barang konsumen? Ngga tahu. Yang tahu gimana cara kerjanya bisa komen di bawah ya.

Akhirnya saya telpon lah itu ekspedisi, karena kalau lebih dari sehari ini barang pasti udah basi aja, secara itu kan daging ya, pentol dan rolade yang butuh dihangatkan kalau tidak segera dimakan. Setelah saya complaint ini itu dan sedikit mengancam, tak lama berselang (sekira tiga puluh menitan) si adik menghubungi saya bahwa barangnya telah sampai.

“Mbak apain sih itu J*E? Kurirnya nganter ketakutan gitu lho…”

“Ya abisnya kalo ngga diancem-ancem mereka ga denger.”

Setelah kapok dengan ekspedisi itu selanjutnya saya pun tidak pernah memakai jasa mereka kecuali sangat terpaksa. Terpaksa kalau memang penjual tidak melayani pengiriman dengan ekspedisi lain.

Cerita kedua adalah ketika saya mengirim buku ke Pakistan. Ada salah seorang teman yang ingin sekali memiliki salah satu antologi yang saya tulis dan juga beberapa buku berbahasa Indonesia yang ingin dia pelajari. Meskipun sudah saya sampaikan bahwa semua itu bisa didapat dari e-book. Tapi teman saya ini memang lebih suka buku fisik daripada e-book. Sama lah ya, emang beda sensasinya baca buku fisik dan e-book. Saya pun jauh lebih suka baca buku fisik daripada e-book.

Singkat cerita pihak ekspedisi sudah oke dan menjanjikan buku akan sampai kurang lebih dua minggu kemudian. Segala syarat sudah saya penuhi dan hak mereka juga sudah saya bayar. Seminggu kemudian (atau lebih) ekspedisi menghubungi saya bahwa barang tidak bisa sampai ke penerima karena alamatnya tidak jelas. Lalu saya hubungi teman saya, katanya alamat itu sudah lengkap komplit dengan kodepos dan alamat kantornya yang gampang ditemui. Lalu ekspedisi menelepon saya lagi di hari yang sama dan mengatakan bahwa paket saya dikembalikan ke Indonesia karena pajak masuk barang ke Pakistan sangat mahal dan dibebankan kepada pengirim.

Saya shock dong, lho kok ngga ada informasi di awal kalau pajak mereka tinggi? Kenapa baru bilang sekarang? Dan lagi kenapa barang dengan cepat diputuskan untuk dikembalikan kalau memang tidak bisa dikirim? Kenapa tidak menunggu konfirmasi saya atau penerima saja? Bukannya kalau dikatakan sudah sampai di Pakistan akan jauh lebih mudah menghubungi pihak penerima agar bisa diambil? Yang bener yang mana? Udahlah ngga jelas banget pokoknya ini ekspedisi. Lalu uang saya pun tidak kembali. Katanya kalau ingin kembali saya disuruh bikin claim barang secara tertulis.

Ribet! Sehingga saya memutuskan untuk mengikhlaskan buku-buku serta uang yang sia-sia itu. Entah apakah benar sudah dikirim ke Pakistan atau mereka hanya mampir saja di gudang-gudang ekspedisi. Tidak pernah berangkat dan tidak pernah juga menghubungi si penerima di Pakistan. Saya kesal tapi karena bulan puasa, akhirnya saya diam. Mencoba bersabar, sekali lagi.

Nah cerita terakhir nih sudah membuat saya benar-benar kesal to the max. Setelah suami membelikan stroller bayi untuk Isya, saya tanya pakai ekspedisi apa kok ngga nyampe-nyampe? J*E. Wah udah tuh, perasaan langsung ngga enak, tapi saya diam. Sampai akhirnya ada notif di bukalapak bahwa katanya stroller sudah sampai (menurut tracking resi) dan barang sudah diterima atas nama Yusuf. What the….? Bahkan di rumah saya pun tidak ada yang namanya Yusuf, tetangga pun tidak. Ini apaan lagi sih J*E? Hari itu juga saya telpon J*E Malang, katanya akan dicoba untuk hubungi gudang dan kurir, saya disuruh menunggu telpon dari kurir. Oke.

Dua hari berlalu tidak ada yang menghubungi saya ataupun suami. Padahal setiap hari sudah saya telpon. Hari kedua tidak pernah diangkat. Hari ketiga pun sama. Padahal tidak ada nada sibuk. Saya sudah melaporkan barang yang hilang tersebut lewat DM instagram, twitter juga telpon CS pusat. Jawabannya sama. Hari ketiga saya telpon lagi, nihil. Hari keempat saya telpon lagi dan katanya akan segera diproses, saya lelah mendengar jawaban yang sama tanpa ada progress yang jelas. Kalaupun hilang saya hanya ingin status barang itu dirubah, dari delivered menjadi not delivered sehingga saya bisa claim asuransi kehilangan dari bukalapak. Namun hal itu tidak juga mereka lakukan. Setelah menyampaikan kekecewaan serta amarah saya yang selalu di PHP pada CS pusat, saya putuskan telpon kembali bagian CS J*E kota. Jawabannya juga saya disuruh menunggu. Ketika saya tanya berapa lama saya harus menunggu? Jawabannya, untuk kasus seperti ini agak lama karena harus investigasi dulu ke gudang dan kurir. Tetap, mereka tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Lalu saya mengatakan bahwa saya hanya ingin status barang itu dirubah, dari delivered menjadi not delivered, kenapa susah sekali? Apakah perusahaan ini tidak punya tracking kurir? Tidak tahu barang dimana, dibawa siapa?

Setelah puas ngomel-ngomel, saya pun makan (teteup yaaa…)

Setelah makanan saya habis, sekira lima belas menitan kali ya ada tuh orang teriak bilang ada paket. Mas-mas dengan ketakutan langsung bilang bahwa ada paket atas nama suami saya dan dia letakkan begitu saja barangnya di teras. Saya langsung buru-buru turun dan menghadang kurir sebelum dia ngacir.

“Darimana mas?”
“J*E bu..” wajahnya jelas tampak sangat buru-buru dan memelas, mulanya saya ingin ngomeli dia juga, tapi lihat wajahnya saya jadi ngga tega.

“Kok lama ya baru dikirim?”
“Iya kan soalnya ini barang mobil, gede jadi ngantarnya tertunda agak lama.”
“Masnya namanya siapa? Yusuf?”
“Bukan, saya Yogi.”

“Kok di status diterima atas nama Yusuf ya mas?”

“Oh saya ngga tahu Bu ini tadi saya disuruh CS untuk segera antar barang ini karena ada komplen.”

“Oh yaudah makasih mas.”

Nah lho, itu barang sebenarnya dimana sih? Kenapa harus dengan marah-marah seperti ini barang baru dikirim?
Udahlah, kapok sama ini ekspedisi!

PS. Cerita ini ditulis atas persetujuan CS J*E kota Malang atas nama Cici. Jadi kalau mbaknya mau protes kok ditulis di blog atau mau nuntut saya lah apa lah, nah ini saya ada rekaman percakapan kita di telepon. Cici bilang laporin aja, tulis aja. Oke nih saya tulis 😘