Sehat dan sakit disebut keadaan yang menyatu dalam diri kita sebagai manusia. Konsep “sehat” dan “sakit” merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia dan dikenal di semua kebudayaan. Namun seringkali kita kesulitan untuk menentukan batasan-batasannya secara eksak. Sampai sejauh mana seseorang dikatakan sehat dan sampai sejauh mana ia dikatakan sakit.

konsep sehat dan sakit

Sehat dan Sakit

Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat dirasakan dan diamati keadaannya. Saat ini ketika saya duduk mengetik huruf demi huruf, saya merasa nyaman, tidak ada gangguan secara fisik maupun mental. Namun kondisi begini belum tentu dikatakan sehat kan. Meskipun saya tidak punya keluhan-keluhan fisik. Sebagian orang juga beranggapan bahwa bayi yang “gemuk” adalah bayi yang sehat, dan berbagai anggapan lainnya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga memengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat itu sendiri.

Kita punya acuan untuk memahami konsep “sehat”, WHO merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial. Tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat.” Maka dari definisi tersebut bisa kita tarik benang merah bahwa sehat bukan sekadar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun belum tentu dikatakan sehat. Karena semestinya dia dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Perbedaan Disease, Illness dan Sickness

Kebalikan dari kondisi sehat, yaitu sakit dalam bahasa kita terkait dengan tiga konsep dalam bahasa Inggris, yaitu disease, illness, dan sickness. Ketiga istilah ini mencerminkan bahwa kata “sakit” mengandung tiga pengertian. Yaitu berdimensi biopsikososial. Secara khusus, disease berdimensi biologis, illness berdimensi sosiologis (Calhoun, 1994).

Disease penyakit berarti suatu penyimpangan yang simptomnya diketahui melalui diagnosis. Jadi dia tetap ada tanpa dipengaruhi keyakinan orang atau masyarakat terhadapnya. Contohnya tumor, influenza, AIDS adalah suatu penyakit. Simptomnya dapat dikenali dari suatu diagnosis, baik dengan menggunakan indera atau menggunakan alat-alat bantu tertentu dalam suatu diagnosis.

Illness adalah suatu konsep psikologis yang menunjuk pada perasaan, persepsi, atau pengalaman subjektif seseorang tentang ketidaksehatannya atau keadaan tubuh yang dirasa tidak enak. Sebagai pengalaman subjektif, maka illness ini bersifat individual. Seseorang yang memiliki atau terjangkit suatu penyakit belum tentu dipersepsi atau dirasakan sakit oleh seseorang tapi oleh orang lain hal itu dapat dirasakan sakit.

Sedangkan Sickness merupakan konsep sosiologis yang bermakna sebagai penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai orang yang sedang mengalami kesakitan (illness atau disease). Dalam keadaan sickness ini orang dibenarkan melepaskan tanggung jawab, peran, atau kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dilakukan saat sehat karena adanya ketidaksehatannya. Kesakitan dalam konsep sosiologis ini berkenaan dengan peran khusus yang dilakukan sehubungan dengan perasaan kesakitannya dan sekaligus memiliki tanggung jawab baru, yaitu mencari kesembuhan.

Bisa jadi suatu kesakitan yang dirasakan atau diakui oleh seseorang atau masyarakat tidak selalu dirasakan secara sama oleh yang lain (Pacthter, 1994). Hal ini juga berlaku untuk jenis gangguan mental (mental illness). Pengertian di atas sudah menggambarkan betapa luasnya cakupan sehat dan sakit itu. Namun demikian pengertian di atas telah memberikan gambaran yang lebih jelas sejauh mana batasan-batasannya.

sehat dan sakit

pict from freepik

Hubungan Kesehatan Fisik dan Mental

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan tentang Hubungan Kausal Antara Perasaan dan Tubuh hal ini dibuktikan oleh berbagai penelitian terkait. Peneliatan yang menyangkut hubungan gangguan fisik dan mental diperkuat oleh Goldberg pada tahun 1984 yang mencoba melakukan studi khusus tentang pengakuan gangguan psikiatrik oleh kalangan non-psikiater. Diungkapkan bahwa gangguan psikiatris adalah hal umum yang bisa terjadi pada pasien-pasien yang mengalami sakit (fisik) dan pasien yang menjalankan operasi pembedahan.

Dia mengemukakakn sekitar 20-40% pasien-pasien yang mengakut sakit secara fisik ternyata dapat didiagnosa mengalami gangguan mental. Meskipun mayoritas di antara mereka kurang memeroleh perhatian. Goldberg mengungkapkan terdapat tiga kemungkinan hubungan antara sakit secara fisik dan mental ini.

Pertama, orang mengalami sakit mental disebabkan oleh sakit fisiknya. Karena kondisi fisiknya tidak sehat, dia tertekan sehingga menimbulkan akibat sekunder berupa gangguan secara mental. Kedua, sakit fisik yang diderita itu sebenarnya gejala dari adanya gangguan mental. Ketiga, antara gangguan mental dan sakit secara fisik adanya saling menopang, artinya bahwa orang menderita secara fisik menimbulkan gangguan secara mental, dan gangguan mental itu turut memperparah sakitnya.

Jelas ya, penjelasan mengapa ketika stress seringkali bisa menyerang organ lain seperti lambung atau jantung. Karena kesehatan fisik dan kesehatan mental memang saling berhubungan. Artinya, jika satu terganggu akan membawa pengaruh kepada bagian yang lainnya. Hubungan antara keduanya sangat kompleks meskipun tidak dapat dinyatakan bahwa satu aspek menentukan yang lainnya.

Yuk Jadi Pribadi yang Berbahagia!

sehat dan sakit

pict from freepik

Jangan biarkan kesehatan mental kita terganggu meskipun kita mengalami gangguan kesehatan fisik sekalipun. Kalau cara ampuh yang dulu saya terapkan ketika kurang lebih satu tahun harus bedrest karena penyakit yang saya derita, adalah membahagiakan diri sendiri. Bagaimanapun caranya. Kondisi saat down memang seringkali menghampiri. Perasaan tidak berguna, merepotkan orang lain, sampai keinginan untuk mengakhiri hidup tentu saja pernah ada. Namun sekali lagi saya dikuatkan oleh sebuah harapan dari agama yang saya anut. Keindahan Islam yang mengajarkan saya untuk ikhlas menerima takdir buruk dan takdir baik adalah satu fase pembelajaran yang sangat berharga.

Ketika saya mengingat ayat Allah yang berbunyi, “Apakah kamu mengira ketika kamu mengatakan beriman, sedangkan kamu tidak diuji?”

Yap, saya pun sadar bahwa segala hal yang mampir dalam kehidupan kita di dunia ini adalah bentuk ujian Allah pada hambaNya. Apakah ia akan bersyukur atau kufur? Apakah ia akan mengeluh sampai gaduh, atau meluaskan dada untuk bersabar atas segala ujianNya. Maka saya pun membahagiakan diri sendiri dengan menerima segala takdir yang telah menimpa saya saat itu. Melakukan hal yang saya sukai, menjalani hidup dengan penuh optimisme, dan makan lahap! Hehehe, betul lho, makan yang banyak itu salah satu kunci kebahagiaan. Kalau tidak percaya, boleh kok dicoba 🙂

Yuk bahagiakan diri dengan syukur. Jangan sampai sakit membawa kita pada pintu kufur.