Cerita bergambar selalu menarik hati saya, sejak kecil. Bahkan sampai saat ini pun saya masih menyukai cerita bergambar. Membacanya membangkitkan imajinasi saya. Lalu saat memiliki bayi akhirnya cerita bergambar itu seolah memaksa saya untuk bisa mendongeng. Menjelaskan pada anak berusia dua tahun untuk memahami gambar yang ada di depannya dengan bahasa sederhana.

Cerita bergambar juga membantu memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan, bermain sekaligus rekreasi, yang merupakan tiga dari sepuluh hak anak yang tertuang dalam Konvensi Hak-Hak Anak PBB pada tanggal 20 November 1989 yang juga disahkan oleh Indonesia dalam Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990.

Berbicara tentang hak anak saya jadi teringat dengan sebuah Taman Pendidikan Al-Quran di sebuah desa di Probolinggo. Suatu hari saya mengikuti sebuah kontes penyuluh teladan tingkat provinsi. Banyak inovasi yang disuguhkan oleh masing-masing penyuluh. Mulai dari kampung bebas narkoba, inisiasi pembinaan keluarga sakinah, hingga sebuah TPA untuk anak-anak inklusi.

Melihat videonya saya meneteskan air mata dan menyadari bahwa masih sedikit saya peduli terhadap anak-anak yang seharusnya diberi perhatian lebih. Mereka tetaplah anak-anak. Tetap memiliki hak untuk diberi perhatian, diberi pendidikan serta penghidupan yang layak. Meskipun banyak orang di sekitar kita yang tidak mampu menghadirkan semua itu, apalagi untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Adanya Taman Pendidikan untuk anak-anak inklusi yang juga membutuhkan bimbingan rohani tersebut menjadikan saya berpikir juga untuk memiliki taman baca untuk anak-anak hebat ini. Tentu saja bukan hanya sekadar taman baca, tapi juga rumah dongeng bagi mereka. Membayangkannya saja saya sudah bersemangat. Apalagi melakukannya untuk mereka. Sebelum itu, saya pun mencari tahu bagaimana efek dongeng ini pada anak-anak. Hasilnya? Mereka membuat saya mendongeng lebih banyak lagi untuk Isya.

mendengarkan dongeng hak setiap anak

Mendengarkan Dongeng, Hak Setiap Anak

Sepuluh hak anak yang disepakati dalam Konvensi Hak-Hak Anak PBB pada tanggal 20 November 1989 adalah : hak untuk bermain, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan perlindungan, hak untuk rekreasi, hak untuk mendapatkan makanan, hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan, hak untuk memiliki identitas, hak dalam memiliki status kebangsaan, hak untuk berperan dalam pembangunan dan hak mendapatkan kesamaan.

Mendengarkan dongeng merupakan hiburan yang menyenangkan untuk anak. Mendengarkan dongeng juga memberikan manfaat positif bagi anak. Karena dongeng adalah sarana pendidikan karakter yang dampaknya sudah dapat dirasakan sejak zaman dahulu kala. Sejak ibu kita mendongengkan Kancil Mencuri Mentimun. Nenek dan orangtua kita terdahulu membuat dongeng untuk anak-anak dengan tujuan menyisipkan unsur pendidikan moral itu sendiri serta sebagai sarana hiburan, sebagaimana hak yang harus ia dapatkan.

Oleh karena itu, dongeng bisa menjadi wahana untuk mengasah imajinasi, alat pembuka cakrawala anak, mencerdaskan anak dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Mendengarkan dongeng juga bisa menjadi salah satu media komunikasi untuk menyampaikan beberapa pelajaran dari pesan moral yang didapatkan. Harapannya anak akan dapat menerapkan apa yang sudah didengarkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Harapan di tahun 2021 ini agaknya ingin juga saya sisipkan untuk membangun sebuah rumah dongeng untuk anak-anak. Bebas siapapun mereka, darimana mereka berasal hingga segala keistimewaan apa saja yang mereka miliki. Berawal dari ide untuk membuat rumah dongeng inilah saya ingin memperkaya bacaan anak-anak. Terlebih cerita bergambar yang pasti banyak menarik perhatian mereka.

Manfaat Membacakan Dongeng Lewat Cerita Bergambar

Seiring perkembangan zaman, mendongeng mulai ditinggalkan. Orangtua lebih memilih untuk meninggalkan gadget untuk anak mereka ketimbang bacaan. Saya pun kadang merasa lelah ketika harus membacakan cerita untuk anak, meskipun sudah menjadi komitmen diantara saya dan suami untuk membiasakan dongeng sebagai salah satu kegiatan rutin untuk anak. Berbekal manfaat dongeng itulah prinsip itu harus tetap dijalankan meskipun tubuh dalam keadaan lelah.

Apalagi jika ingin memiliki impian untuk memiliki rumah dongeng. Bukankah membacakan dongeng harusnya sudah menjadi bagian dari rutinitas? Menjadikan mendongeng sebagai rutinitas tentu saja tidak mudah. Apalagi untuk saya yang banyak sekali keinginannya. Oleh karena itu sebelum membentuk habit itu sendiri, saya harus tahu bahwa mendongeng ini banyak sekali manfaatnya. Keuntungan yang didapatkan apa saja, dan lain sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, saya pun mulai mengamati bagaimana perkembangan Isya sejak umurnya tiga bulan hingga saat ini 23 bulan, setelah dibacakan dongeng rutin hampir setiap malam. Bahkan dongeng menjadi kebiasaan yang tak bisa ditinggalkan karena setiap mau tidur, Isya meminta saya untuk membacakan sesuatu untuknya. Atau paling tidak mendongeng versi saya sendiri. Hehe.

isya mencari cerita bergambar.

Diantara manfaat membacakan dongeng lewat cerita bergambar untuk anak antara lain :

  • Memperkaya kosakata anak. Melalui kegiatan mendongeng, anak akan menyerap lebih banyak kosa kata dari cerita bergambar yang kita bacakan. Memorinya akan menyimpan kosa kata tersebut dengan sendirinya.
  • Mendengarkan sebuah cerita bisa menstimulasi daya imajinasi anak. Berdasarkan pengalaman, saya sangat suka sekali mendengarkan dongeng sejak kecil. Hasilnya, daya imajinasi saya kadang terlampau tinggi. Tidak jarang orang menyebutnya overthinking. Ketika kita membacakan dongeng untuk anak, otaknya akan bekerja dan menggambarkan versinya sendiri cerita yang didengarnya. Inilah yang dapat menstimulasi daya imajinasinya.
  • Melatih kemampuan mendengar. Mendongeng untuk anak akan dapat melatih kemampuan mendengarnya. Saya teringat pada salah seorang keponakan yang tuna netra. Ibunya begitu tekun membacakan dongeng dan cerita-cerita dalam kitab suci kami, AlQuran untuk melatih pendengarannya juga. Meskipun ia tidak bisa melihat, namun kemampuan mendengarnya sangat tajam karena terus dilatih melalui kegiatan mendongeng.
  • Meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi. Kita bisa melihat perbedaan ini ketika anak sudah memasuki fase belajar berbicara atau bubbling. Anak yang terbiasa diperdengarkan dongeng akan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini karena perkembangan otak linguistiknya berlangsung dengan baik.
  • Mengajarkan pada anak tentang konsep cerita, angka, huruf, warna dan bentuk. Anak yang terbiasa mendengarkan cerita akan memiliki kemampuan memahami konsep sebuah cerita. Bahkan tak jarang ia bisa merangkai cerita versi dirinya sendiri. Begitu pula dengan perkenalan soal angka, huruf, warna dan bentuk yang bisa kita ajarkan lewat dongeng.
  • Memberikan informasi tentang dunia di sekitarnya. Melalui cerita yang didengar atau dibacanya, anak akan mendapatkan banyak hal. Teringat sebuah pernyataan dari Bapak Roem Topatimasang, penulis Sekolah Itu Candu bahwa setiap buku adalah ilmu. Karena apapun yang ia dengarkan dari buku yang dibacakan oleh ibu atau ayahnya adalah ilmu baru baginya. Ada hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui lalu menjadi pengetahuan baru untuknya. Akhirnya ia akan belajar tentang dunia di sekitarnya.
  • Melatih daya ingat. Hal yang seringkali saya lakukan pada Isya adalah menanyakan kembali cerita yang pernah saya bacakan untuknya. Apakah ia akan mengingat setiap detail kejadian dari cerita? Kadang saya juga membiarkan dia bercerita ulang dengan gaya bahasanya sendiri.

Masih banyak lagi manfaat dongeng bagi anak yang mungkin bisa teman bloger temukan seiring dengan pertumbuhan anak nantinya, yang jelas mendongeng bukanlah hal sia-sia atau membuang waktu. Meskipun waktunya panjang, ada banyak hal yang bisa dipelajari anak dari kegiatan tersebut.

Cara Mendongeng untuk Anak Usia 18-24 Bulan

Sebelum kita mendongeng, ada baiknya kita pahami dulu tujuan membacakan cerita tersebut pada anak. Terlebih di usia Isya yang masih 23 bulan ini apa yang sedang ia pelajari. Bagi anak berusia 18-24 bulan, ia sudah memasuki tahap mengucapkan kalimat. Sehingga membacaka dongeng untuknya jelas bertujuan untuk merangsang bayi untuk mengucapkan lebih dari satu kata atau kalimat.

Bagaimana caranya? Menurut Kak Roosie Setiawan, seorang aktivis Read Aloud dan juga penulis buku Membacakan Nyaring ada cara tersendiri untuk mendongeng di setiap rentang usia anak. Adapun untuk anak berusia 18-24 bulan, berikut cara-cara yang bisa kita terapkan pada anak :

1. Menggunakan Cerita Bergambar dengan satu kata atau lebih, atau bisa juga dengan satu kalimat pendek.

2. Memilih cerita dengan konten yang lebih luas, salah satunya seperti cerita fabel.

3. Membiarkan bayi memilih cerita yang dia inginkan

4. Bayi sudah sangat aktif dan agak sulit untuk mendapatkan waktu tenang. Sehingga ketika saya ditanya, kapan saya membacakan dongeng untuk Isya? Waktu yang tepat adalah sebelum si bayi tidur siang atau malam hari.

cerita bergambar lets read

Ketika membacakan dongeng, saya juga selalu menunjukkan halaman depan cerita bergambar tersebut. Lalu saya sebutkan judulnya, penulis serta ilustratornya. Meskipun kadang ia tak memperhatikan, namun harapannya suatu saat ia ingat dengan apa yang didengarnya sambil lalu itu. Ketika memulai membaca, teman bloger juga sebaiknya mulai menunjukkan gambar-gambar di depannya. Mulai sampul depan, bagian awal sampai akhir buku, hingga sampul belakang.

Menggunakan kecepatan membaca lambat dan menjaga interaksi dengan bayi juga hal penting yang sebaiknya diatur. Karena ketika ia dilibatkan dalam dongeng yang kita bacakan, ia akan semakin menghayati dan membangkitkan imajinasinya. Apalagi jika ditambah dengan kita yang menggunakan intonasi dan ekspresi sesuai jalan cerita.

Barulah setelah selesai membacakan dongeng untuk si buah hati, kita pancing ia untuk menyebutkan gambar-gambar atau tulisan yang ada. Tak jarang juga saya memancing Isya untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya seputar cerita yang dibacakan. Kadang saya mengajukan pertanyaan dan menunggu untuk memberinya kesempatan menjawab.

Semua hal tersebut di atas bukannya tidak memiliki tantangan sama sekali. Bahkan ketika bayi sudah mulai aktif dan memilki pilihannya sendiri, ia akan memilih cerita dengan tokoh, mainan dan binatang yang digemarinya. Begitu juga dengan persoalan waktu. Seringkali waktu yang tenang untuk membacakan dongeng adalah saat menjelang tidur ketika orangtua kadang sudah merasa lelah atau mengantuk. Inilah tantangan yang harus kita hadapi dan diselesaikan.

Lets Read Membantu Memenuhi Hak Anak Lewat Cerita Bergambar

Lets Read adalah sebuah aplikasi cerita bergambar yang diharapkan bisa mendongkrak minat literasi anak-anak Indonesia. Lets Read ini diprakarasi oleh Books for Asia. Yaitu program literasi yang telah berlangsung sejak 1954. Program tersebut menerima U.S. Library of Congress Literacy Awards atas inovasi dalam promosi literasi pada Desember 2017.

Sebagaimana misi Lets Read untuk membudayakan kegemaran membaca pada anak Indonesia sejak dini, ia juga memperhatikan dan mencoba untuk memenuhi hak anak melalui digitalisasi cerita bergambar. Selain itu, Lets Read ingin mengangkat kearifan lokal daerah masing-masing dengan mengembangkan cerita rakyat yang sudah ada di sana. Meskipun begitu, Lets Read tentu saja tidak ingin membatasi pengetahuan soal budaya dan pendidikan untuk anak-anak.

mendongeng bersama lets read

Oleh karena itu Lets Read juga menerjemahkan buku cerita anak berkualitas yang diterbitkan dari dalam maupun luar negeri. Menariknya, di dalamnya juga disertai dengan terjemahan ke dalam bahasa nasional dan bahasa ibu.

Melalui cerita bergambar yang disajikan oleh Lets Read dalam aplikasinya ini saya menjadi lebih percaya diri dan merasa optimis. Bahwa kelak saya akan bisa membangun rumah dongeng untuk anak-anak. Khususnya anak-anak dengan kebutuhan khusus. Saya yakin, sebagaimana Isya, mereka bisa belajar dan memetik hikmah dari berbagai cerita yang disajikan melalui dongeng. Saya juga yakin dongeng akan membawa mereka pada kepercayaan diri serta pengetahuan tentang dunia yang sebelumnya tak pernah mereka ketahui.

Lets Read membantu menghidupkan dongeng yang hampir mati suri melalui cerita bergambar yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.

Kisah Roti dan Semut, Mengajarkan Persahabatan Hingga Melatih Critical Thinking

Salah satu cerita bergambar yang saat itu sangat ingin didengar Isya melalui dongeng saya adalah cerita dengan judul Semut dan Roti. Bersyukur sekali Lets Read memberikan terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. Mengapa memilih semut dan roti? Selain karena gambarnya yang lucu, Kisah Semut dan Roti adalah kisah sederhana yang juga merangsang kemampuan berpikir kritis anak. Semut dan Roti juga mengajarkan tentang gotong royong, persahabatan, dan berbagi untuk sesama.

cerita bergambar semut dan roti

Kisah Semut dan Roti ini saya bacakan berkali-kali karena tak cukup Isya mendengarnya hanya sekali.

“Ti an emut Buu, tii an emut..” ucap mulut kecilnya yang masih belum bisa sempurna mengeja.

“Oh, roti dan semut? Isya ngga bosen?” tanyaku.

“No..” katanya sambil menggelengkan kepala.

Baiklah, kisah Roti dan Semut pun meluncur kembali dari mulut saya hingga ia tertidur.

Kisah semut yang memungut roti dari jalan dan bagaimana caranya ia bisa membawa roti sebesar telapak tangan manusia itu untuk dibawa ke rumahnya. Bisakah semut membawanya sampai ke rumah? Di sinilah keterampilan berpikir kritis anak digali. Selain menggunakan problem based learning, Roti dan Semut juga pada akhirnya memberikan solusinya. Bagaimana caranya agar semut bisa membawa roti besar itu ke rumah untuk teman-temannya.

Bagaimana ya kelanjutan semut yang menemukan roti tersebut? Bisakah ia sampai ke rumahnya dengan membawa roti? Bagaimana caranya? Teman bloger bisa turut membacanya juga melalui aplikasi Lets Read. Tidak hanya kisah semut dan roti, namun ada ratusan koleksi cerita bergambar dari Let’s Read di sana. Teman bloger dapat membaca dan mengunduhnya secara gratis! Jadi jangan lupa disebarkan ya. Yuk dan baca cerita bergambarnya melalui situs maupun aplikasi Android.

dongeng dan aplikasi lets read

Untuk info koleksi terbaru serta diskusi dan pelatihan terkait literasi, sila ikuti media sosial Let’s Read! di Instagram dan Facebook dengan nama akun: @letsread.indonesia

Yuk ikut menghidupkan dongeng di Indonesia melalui cerita bergambar dari Lets Read 🙂