Rasanya sudah bertahun-tahun lalu tidak membaca karya Pipiet Senja. Novel-novelnya dulu kubaca saat masih berseragam putih biru.

Nemu buku ini udah lama sebenarnya saat jalan-jalan ke Islamic Book Fair. Langsung jatuh cinta karena sudah lama tak mendengar dan membaca karya Pipiet Senja. Lalu baru punya kesempatan untuk membaca kemarin.

MasyaAllah kejutan dalam novel ini membuat aku teringat kembali peristiwa beberapa tahun yang lalu. Ketika jarum infus dan transfusi begitu akrab dengan pembuluh nadiku.

Perjalanan penuh keajaiban seorang Ibu penyintas kanker nasofaring membuatku lagi-lagi tertampar dan kembali tersungkur untuk bersyukur. Kanker terdengar menakutkan di telinga kita. Membaca berbagai macam operasi dan kemoterapi yang dilalui Ibu Tri rasanya tak sanggup jika harus berada di posisi beliau. Menyerah mungkin akan lebih melegakan. Namun tidak dengan Ibu Tri, beliau menikmati setiap rasa sakit yang mendatangi setiap inci sel kanker dalam tubuhnya. Betapa Allah mencintai ibu Tri hingga menjadikan ujian demi ujian dalam rangka naik derajat. Lalu aku yang sehat ini kadang masih saja lupa untuk bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup hingga detik ini.

Pipiet Senja selalu menghadirkan hikmah luar biasa di setiap tulisannya. Tak peduli orang berkata, “Coba baca tulisan si ini Han, biar ngga baca tulisan macam Te*e L*** gitu.”

Tak apa itu kan hanya pendapat, tapi aku yakin bahwa setiap tempat adalah sekolah. Setiap orang adalah guru, dan setiap buku adalah ilmu (Roem Topatimasang).

Buku menggembirakan ini sepertinya akan sangat sulit untuk dilupakan. Lewat Mengejar Pelangi, aku belajar bagaimana sabar, syukur dan berjuang.

Semoga Ibu Tri sehat selalu dan rasa sakit yang sudah terlewati dan tertuliskan disini menjadi amal jariyah bagi Ibu. Aamiin.

Terimakasih untuk ceritanya, terimakasih inspirasinya.

#gerakanoneweekonebook #oneweekonebook #nasofaring