Pengalaman vaksin Astrazeneca ini saya tulis ketika kakak, paklek, serta beberapa teman saya terkonfirmasi positif padahal sudah melakukan vaksinasi Covid-19 beberapa pekan yang lalu. Mulanya saya ingin ikut vaksin di bulan Mei bersama Ayah, Ibu dan kakak-kakak saya. Namun kuota yang ada hanya untuk pelayan publik dan tokoh masyarakat saja saat itu.
Apalah pelayan publik honorer seperti saya ini, wkwk. Becanda sih, intinya saat itu Ibu bilang : kasih kesempatan yang tua-tua dulu. Baiklah. Akhirnya saya mengalah dan menunggu adanya vaksin gelombang selanjutnya. Alhamdulillah, dapat jatah vaksin dari kantor suami (itu pun karena menggantikan orang yang mengundurkan diri) di bulan Juni 2021. Rezeki lah ya.
Tak berapa lama setelah saya vaksin, kakak saya ternyata terkonfirmasi positif dengan gejala sedang (karena harus diberi infus dan dirawat di Rumah Sakit). Saya tidak tahu kondisi persisnya bagaimana (berapa saturasi oksigennya, tekanan darahnya, dan lain sebagainya). Karena sampai saat ini ketika ditanya kabarnya selalu mengucapkan alhamdulillah sudah jauh lebih baik dari hari pertama beliau mengalami demam dan meriang. Apapun itu, saya bersyukur beliau baik-baik saja.
Pengalaman Vaksin Astrazeneca Pertama
Sebelumnya karena suami sudah pernah positif dengan gejala ringan (meriang, demam, turunnya nafsu makan hingga badan yang lemas disertai batuk kering) saya jadi lebih siap ketika harus divaksin. Paling tidak saya bisa mengira-ngira apa yang harus saya lakukan jika setelah vaksin saya demam dan punya gejala ringan seperti yang dialami oleh suami.
Bukan berarti meremahkan, namun saya sudah siapkan hal-hal yang bisa membantu untuk mengurangi efek samping dari vaksin yang sudah masuk ke dalam tubuh.
Menunggu Antrian Screening
Sesaat setelah datang, kita harus segara mendaftar ulang untuk mengambil nomor antrian. Setelah mendapatkan nomor antrian, satu per satu akan dipanggil untuk dilakukan screening. Saat itu saya mendapat nomor antrian lima belas dari 50 orang yang akan divaksin. Lalu menunggu sekitar 30 menit dan screening pun dilakukan oleh asisten dokter dan perawat.
Screening ini sangat penting sebelum vaksin dilakukan. Kenapa? Karena untuk mengetahui riwayat penyakit kita, berapa tekanan darah saat ini, saturasi oksigen, hingga alergi apa saja. Semuanya harus diungkapkan dengan jujur demi kebaikan kita juga. Keluhan sekecil apapun harus diutarakan.
Saat itu, saya pun menjawab berbagai pertanyaan terkait screening dengan sedetail mungkin. Tentang riwayat penyakit yang pernah dialami, apa yang saya rasakan saat ini dan beberapa pertanyaan pun saya ajukan pada asisten dokter dan perawat agar saya merasa lebih tenang.
Setelah screening, barulah perawat akan memberikan hasilnya pada dokter. Lalu dokter akan memutuskan apakah kita aman untuk melaksanakan vaksin Astrazeneca atau tidak. Butuh waktu sekitar 60 menit juga saya menunggu panggilan dokter. Alhamdulillah, saya diperbolehkan vaksin.
Ucapan Dokter yang Menentramkan
Sesaat setelah dipanggil, saya segera menuju ruangan dokter. Bersyukur banget saat itu dokter yang bertugas perempuan, jadi ngga malu atau canggung karena kan suntiknya harus di bagian lengan atas jadi mau tidak mau lengan baju harus dibuka sampai batas akhir pundak.
Dokter yang bertugas saat itu juga sangat ramah dan berhati-hati sekali. Setiap mau melakukan sesuatu, beliau mengucap basmalah. Hati rasanya jadi ikut tentram. Yang awalnya deg-degkan jadi ikut tenang karena beliau juga sangat hati-hati dan berdoa sebelum melakukan pekerjaannya. Sederhana sih, tapi menurut saya ini penting. Mungkin karena inilah suasana hati saya setelah keluar dari ruangan dokter jadi lebih baik.
Sebelumnya saya manyun karena harus antri lumayan lama, hehe. Maklum, satu jam bagi emak-emak seperti saya adalah waktu yang berharga. Selain karena khawatir anak saya akan terpapar dengan penyakit di klinik yang cukup ramai, juga saya tidak betah lama-lama duduk diam (sayang sekali saat itu juga saya lupa tidak bawa buku untuk bacaan, mikirnya hanya sebentar gitu tinggal suntik wkwk).
Namun setelah bertemu dan menyelesaikan vaksin dengan dokter, saya langsung ceria. Suami mengajak saya ke minimarket untuk membeli minuman, juga membeli beberapa kudapan untuk anak saya yang sudah mulai lapar.
Tunggu 30 menit untuk melihat reaksi Pasca Vaksin
Setelah disuntik vaksin, kita juga harus menunggu selama 30 menit untuk melihat reaksi pasca vaksin. Harapannya tidak akan terjadi apa-apa, lalu kita pun diperbolehkan pulang.
Selama 30 menit itulah saya menunggu di mini market bersama suami dan Caca. Saya juga sempat membeli cold brew untuk menahan kantuk nantinya. Karena sudah pasti sepulang vaksin pasti Caca masih belum mau tidur siang, masih waktunya bermain. Jadi saya harus menahan kantuk kalau-kalau efek vaksinnya memang demikian.
Setelah 30 menit berlalu, alhamdulillah saya tidak merasakan apapun kecuali sedikit pegal-pegal di lengan sebelah kiri, tempat disuntikkannya vaksin. Kata dokter itu hal yang wajar dan nanti akan hilang sendiri. Kalau pun tidak hilang-hilang, boleh dikompres dengan air dingin.
Yang Dilakukan Setelah Vaksin
Beberapa hal yang saya lakukan setelah vaksin yaitu :
- Minum vitamin. Sebelum vaksin saya memang sudah mengantisipasi bagaimana caranya agar saya bisa tetap beraktivitas dan tidak sampai demam. Setelah vaksin dan sesampainya di rumah saya langsung mengonsumsi vitamin K, D dan C (dalam satu tablet).
- Makan tepat waktu dengan nutrisi seimbang. Selain vitamin saya juga selalu berupaya untuk makan tepat waktu saat itu. Siang, malam dan keesokan harinya untuk sarapan. Ini penting sih, sesibuk apapun makanan adalah asupan utama agar metabolisme tubuh kita dapat bekerja dengan baik, begitu juga dengan antibodi.
- Mengurangi aktivitas. Ini juga hal yang harus kita perhatikan. Kalau pada hari dimana kita mendapatkan vaksin dan sibuk, sebaiknya kita kurangi dulu kesibukan itu dan alihkan untuk beristirahat yang cukup. Hari pertama dan kedua pasca vaksin pun saya tidak menyentuh pekerjaan sama sekali. Entah itu menulis maupun pekerjaan kantor. Saya hanya beraktivitas ringan, mengerjakan pekerjaan ringan di rumah.
- Sedia paracetamol. Berjaga-jaga jika kita terkena demam, perawat menganjurkan saya untuk minum paracetamol. Namun alhamdulillah, baik hari pertama, kedua hingga 2 minggu setelah vaksin pun saya tidak terkena demam. Puji syukur banget lah pokoknya.
- Berpikir positif. Kalau kata ustadz, Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya. Saya coba terapkan ini ketika takut atau galau karena sesuatu. Serahkan saja urusan pada Tuhan kita yang Maha Besar dan Agung. Setiap sujud saya juga selalu berdoa, menyerahkan segalanya pada Allah. Jangan ada satu urusan pun yang lepas dari genggaman dan kasih sayang Allah. Termasuk urusan vaksin ini. Oleh karena itulah saya tidak takut, juga tidak risau. Bahkan sangat ingin melakukan vaksin demi kemanusiaan. Seperti yang telah saya bahas di artikel sebelum ini.
Meskipun begitu ada banyak juga pertanyaan, Mengapa sudah pernah vaksin tapi masih bisa terinfeksi?
Menurut pengalaman vaksin astrazeneca, kakak saya juga termasuk orang yang sudah vaksin namun tetap terinfeksi dan terkonfirmasi positif satu minggu yang lalu (pekan ke-3 Juni 2021). Beliau demam, lemas dan sedikit pusing. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana jika saat itu kakak saya tidak vaksin? Bisa jadi kondisinya akan lebih parah dari yang saat ini kan? Bisa jadi beliau sesak napas atau bahkan saturasi oksigennya turun dan jauh dari ambang batas normal.
Sebenarnya persoalan vaksin ini sudah banyak dibahas oleh para ahli. Saya hanya ingin menuliskan sedikit yang saya tahu soal vaksin ini. Vaksin tidak menjamin seseorang akan bebas dari virus Corona memang. Namun vaksin akan melindungi kita jadi gejala yang lebih berat hingga mengurangi risiko kematian.
Sebagaimana vaksin flu yang dulu ditemukan juga tidak langsung serta merta menjadi vaksin yang sempurna. Ia juga melalui proses penelitian bertahun-tahun hingga tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itulah peran kita saat ini untuk mendukung vaksinasi sangat penting. Bukan untuk kita saja. Tapi juga untuk ilmu pengetahuan dan anak cucu kita kelak.
Kita sadar virus ini tidak akan hilang. Bahkan kelak anak cucu kita juga akan berdampingan dengan virus Covid-19. Namun, berkat orang-orang yang mau divaksin saat ini, anak cucu kita nanti yang akan menikmati kesempurnaan vaksin yang sudah dibuat oleh ilmu pengetahuan. Sehingga akan ada masanya virus ini akan menjadi virus yang biasa terjadi.
Yuk, kita berdoa untuk kebaikan negeri dan orang-orang di seluruh dunia. Kita bantu petugas medis dan juga ilmuwan agar vaksin bisa terus diperbaiki dan menjadi sempurna. Berpikir positif saja. Semoga pengalaman vaksin astrazeneca dosis pertama yang saya alami ini bisa bermanfaat untuk teman-teman ya.
saya ingin sekali vaksin, namun kondisi tubuh belum fit, karena habis kena pilek.. jadi terpaksa nunggu sampai benar-benar pulih… makasih infonya kak
Tunggu fit aja kak. InsyaAllah sebelum vaksin petugas selalu lakukan screening. Jadi kalau dirasa akan ada efek yang berat untuk tubuh, pasti mereka beritahukan. Semangaaat kak. Sehat2 yaaa
Selamat ya… Anda turut mendukung program pemerintah.
Saya hanya heran masih ada sebagian masyarakat yang tidak percaya covid itu nyata adanya.