Beberapa waktu lalu saya bersama dokter Frida Neila berkesempatan ngobrol bareng melalui Live Instagram untuk melaksanakan Tanya Jawab Vaksin Covid-19. Saya pikir isu ini masih harus menjadi perhatian bersama. Agar tidak ada lagi orang yang masih menyalahkan sistem maupun meminjam topik “konspirasi” sebagai bahan yang memang asyik dan akan selalu laku untuk digoreng. 

Tsunami informasi yang terjadi karena kita tengah berada di era digital terkadang membuat kita bingung. Siapa yang benar? Mana yang benar? Apa yang harus kita lakukan? Bahkan banyak orang yang mendadak menjadi “ahlinya” ketika suatu topik menjadi pembicaraan hangat. Semua ikut berpendapat sehingga membingungkan banyak orang. Begitulah yang terjadi saat ini. Pembicaraan vaksin Covid-19 seolah tidak ada matinya.

Oleh karena itu untuk meluruskan pemahaman yang belum benar, kami mencoba untuk meluruskan dan juga memberi kesempatan pada teman-teman untuk berpikir, apa jadinya kalau Vaksin Covid-19 ini tidak akan pernah dikembangkan penelitiannya? Sampai kapan kita akan hidup berdampingan dengan virus tanpa mengenalinya melalui antibodi dalam tubuh diri sendiri.

tanya jawab vaksin covid-19

Tanya Jawab Vaksin Covid-19

Beberapa pertanyaan yang kemarin sempat kami bahas dalam acara tersebut bisa disimak di sini yaa :

Q : Benarkah vaksin Covid-19 berbahaya? Karena banyak juga media yang membahas tentang keefektifan vaksin ini di Indonesia, yang katanya belum mencapai 90% namun sudah diberikan pada masyarakat.

A : Sebelumnya, kalau berbicara tentang keefektifan sebuah vaksin, apalagi Vaksin Covid-19 yang virusnya tergolong masih baru ditemukan ya, ini prosesnya sangat panjang. Regulasi yang dikeluarkan oleh WHO sama rumitnya atau bahkan lebih rumit dibanding dengan izin beredarnya makanan atau minuman.

Vaksin Covid-19 ini harus melalui beberapa persyaratan yang harus lolos sebelum diberikan pada masyarakat. Satu diantaranya dinamakan uji klinis. Nah, uji klinis ini prosesnya panjang, tidak hanya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan hingga puluhan tahun. Misalnya saja vaksin campak, polio, DPT, dan lain-lain. Mengapa? Ya karena ilmu pengetahuan memang membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mendapatkan prosesnya.

Dulunya penyakit campak, polio hingga Tuberculosis yang belum ada vaksinnya tentu dianggap sangat berbahaya. Bahkan hingga saat ini. Namun ketika ada vaksin, campak dan polio yang dulunya dianggap berbahaya saat ini tidak, berkat adanya vaksin itu sendiri. Kemudian jika saat ini ada yang lebih baru bisa jadi dulunya dianggap aman namun sekarang tidak.

Lalu persoalan vaksin bukan hanya persoalan sample yang berhasil dan tidak. Namun juga persoalan kemanusiaan. Ketika didistribusikan ke masyarakat tentu WHO dan BPOM akan memastikan aman terlebih dahulu baru didistribusikan ke masyarakat. Barulah kita bisa berbicara soal efektivitas dan efikasi.

Yang disebut-sebut sebagai efektivitas Vaksin Covid-19 itu sendiri adalah kemampuan seseorang agar tidak mudah tertular setelah diberikan vaksin. Sedangkan efikasi adalah kemampuan tubuh untuk mencegah gejala yang ditimbulkan oleh virus tidak terlalu buruk. Keberadaan vaksin memang tidak menjamin seseorang akan bebas dari rantai penularan. Namun adanya vaksin ini untuk meringankan gejala yang muncul sehingga tidak akan terlalu berat ketika terinfeksi. Sehingga risiko ke arah kematian pun menjadi lebih kecil.


Q : Lalu bagaimana dengan perbedaan efektivitas Vaksin tersebut berbeda-beda di setiap negara?

A : Hal itu lumrah terjadi. Bagaimana tidak? Bahkan sample yang diambil pun berbeda-beda di tiap negara. Ada negara yang melibatkan lansia untuk menerima vaksin Covid-19 sebagai sample usia lanjut. Ada juga yang tidak. Seperti di Indonesia, hanya mengambil sample pada rentang usia 18 hingga 59 tahun tanpa cormobid (orang tanpa penyakit penyerta).

Lalu tentu saja hal ini juga berkaitan dengan laju penularan yang memengaruhi sample juga.

Namun untuk saat ini Vaksin Covid-19 Sinovac sudah mengeluarkan sebuah statement bahwa vaksin Covid-19 saat ini sudah aman untuk lansia (berdasarkan kondisi di Brazil). Distribusi ini tidak akan terlepas dari perbedaan interval penelitian dan berujung pada keluarnya izin dari BPOM.


Q : Kalau Vaksin Covid-19 hanya tersedia untuk usia di atas 18 tahun, maka apakah bisa disimpulkan bahwa Ibu hamil dan menyusui belum bisa mendapatkan Vaksin?

A : Betul sekali. Karena untuk sementara ini belum ada penelitian pada ibu hamil dan menyusui juga anak-anak.


Q : Lalu bagaimana solusinya dok untuk anak-anak?

A : Satu-satunya solusi untuk saat ini adalah dengan terus menerapkan 3M. Memakai Masker, Mencuci tangan dan Menjaga Jarak.


Q : Lalu bagaimana dok dengan orang yang punya sesak nafas atau penyakit bawaan lain. Bolehkah menerima vaksin?

A : Vaksin Covid-19 dan vaksin lainnya ini hanya punya satu kontraindikasi saja sebenarnya. Yaitu alergi atau sensitivitas masing-masing orang. Oleh karena itu pasien dengan Cormobid, terlebih yang ada hubungannya dengan masalah pernafasan, sebaiknya tidak divaksin terlebih dahulu. Karena saat inipun para ahli juga masih menunggu penelitian dari kelompok berisiko juga.


Q : Bagaimana dengan orang yang sudah pernah terinveksi Dok? Apakah juga berhak mendapatkan vaksin?

A : Untuk survivor Covid-19 belum dianjurkan untuk melakukan vaksin.


Q : Adakah jeda yang perlu diperhatikan ketika ingin melaksanakan Vaksin Covid-19?

A : Iya, betul. Pemberian vaksin Covid-19 ini melalui dua tahap : Dosis pertama selama 14 hari. Lalu 14 hari kemudian harus melaksanakan vaksin dosis kedua. Adapun untuk lansia dosis kedua diberikan setelah melewati 28 hari.


Q : Bagaimana jika dosis kedua tidak dilakukan Dok?

A : Perlu diketahui bahwa imunitas yang dibentuk oleh tubuh kita secara alami ini baru bisa terbentuk di hari ke-14. Pemberian vaksin perlu diulang lagi dalam periode tertentu atau tubuh membutuhkan booster lagi. Selain itu virus dan strain-nya bisa berubah-ubah, jadi kita memang bisa sakit lagi kalau tak melakukan  pencegahan.

Maka jika dosis kedua tidak dilakukan maka tidak sempurna, atau respon tubuh terhadap virus hanya setengah jalan.


Q : Bagaimana dengan kejadian pasca Vaksinasi dok?

A : Gejala pasca vaksinasi ini bisa berupa mual-mual, demam, atau diare. Namun selama gejala ini bisa ditangani, insyaAllah tubuh masih aman dan baik-baik saja.


Yang jelas, berbicara soal vaksin ini bukan hanya berbicara soal keselamatan dan kesehatan diri sendiri. Tapi juga tentang orang lain. KIta berbicara soal kemanusiaan. Dalam tanya jawab Vaksin Covid-19 ini dokter Frida menjelaskan dengan sangat jelas, gamblang, mudah dipahami dan tentu saja bisa masuk ke dalam hati dan pikiran saya.

Ketika orang sudah mau divaksin, maka ia juga menyelamatkan orang lain dari risiko penularan virus. Maka salah jika dikatakan, “anak saya ngga kenapa-napa kok ngga divaksin.” Sejatinya memang Allah telah memberikan kesehatan pada anak tersebut melalui temannya yang telah divaksin. Temannya yang sudah divaksin ini melindungi teman-temannya yang lain dari risiko tertular. Kembali lagi pada fungsi vaksin tersebut di atas bahwa vaksin akan membuat tubuhnya memiliki kemampuan untuk tidak mudah tertular dan juga tidak memiliki gejala berat kalaupun dia tertular.

Maka dengan adanya vaksin Covid-19 ini kita juga bisa mengambil kesempatan agar bisa bermanfaat untuk orang banyak. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya? Apa yang kita lakukan saat ini, yaitu bersedia diberikan vaksin adalah salah satu hal yang dulu juga pernah dilakukan oleh nenek moyang kita ketika menghadapi flu, polio, campak, dan penyakit lainnya. Lalu hasilnya kita manfaatkan saat ini, sehingga penyakit-penyakit tersebut bisa ditekan laju penularannya sehingga menyelamatkan nyawa banyak orang sampai saat ini.

Begitu juga dengan vaksin Covid-19 ini. Apa yang kita lakukan saat ini adalah untuk masa depan ilmu pengetahuan serta kesehatan anak cucu kita kelak. Jika tak ada seorangpun yang bersedia untuk divaksin, sampai kapan Covid-19 akan menjadi momok di setiap sendi kehidupan kita. Jadi, jangan lagi takut divaksin ya. Sebagai generasi muda kita harus memiliki kemampuan literasi digital yang baik. Tidak serta merta membenarkan pendapat orang yang bahkan sama sekali tidak tahu apa yang dikatakannya.

Tanyakan pada ahlinya, serahkan pada ahlinya.

Bagaimana? Adanya tanya jawab Vaksin Covid-19 ini apakah bisa menghilangkan ragu di dadamu?

vaksin covid

Saya siap divaksin!