Nafas mengi dari putri kecilnya mengganggu pikirannya selama beberapa hari ini. Tak hanya sesak nafas, namun putri kecil yang akrab dipanggil Nada itu juga sempat mengalami demam yang naik turun selama beberapa hari. Namun ternyata obat penurun panas tidak kunjung memberikan hasil. Nada justru semakin parah sesak nafasnya dan itu membuat ibunya khawatir. Bergegaslah Sang Ibu membawa Nada ke puskesmas. Disitulah ia mengetahui bahwa Nada terkena pneumonia. Salah satu penyakit menular yang menjadi satu-satunya sebab utama pembunuh anak-anak di Indonesia, bahkan dunia. (Cerita dari Ayu Arini, Lombok, untuk UNICEF Indonesia)

Setiap tahun, rata-rata separuh juta anak Indonesia tertular pneumonia dengan angka kematian sekitar rata-rata 10.000 jiwa. Beruntung, Nada tidak terlambat mendapatkan perawatan dan penyembuhannya saat ini berjalan dengan baik.

Mengingat Nada saya jadi teringat dengan keponakan-keponakan saya yang tidak hanya sekali atau dua kali didiagnosa menderita Pneumonia. Sebelum punya anak, saya menganggap pneumonia hanyalah sesak nafas biasa yang bisa sembuh seiring waktu karena kekebalan tubuh anak yang kian hari pasti kian meningkat. Namun ternyata saya salah besar. Tingkat penyebaran pneumonia yang sangat tinggi tersebut tentu saja bisa ditekan semaksimal mungkin dengan adanya vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) yang sudah mulai diberlakukan di Indonesia sejak 2017 lalu.

Begitu juga mitos tentang kekebalan tubuh pada anak. Padahal dalam tubuh manusia, terdapat dua macam sistem kekebalan tubuh. Yaitu kekebalan tubuh alamiah dan buatan. Kekebalan tubuh alamiah dapat diperoleh dari ibu. Sedangkan kekebalan tubuh buatan adalah kekebalan tubuh yang muncul karena adanya ‘rangsangan’ dari luar, seperti vaksin BCG untuk upaya pencegahan TBC sudah diberikan sejak dini karena tidak bisa diturunkan dari Ibu.

pekan imunisasi dunia

Tentu saja kita berharap tidak ada Nada Nada yang lain. Harapan kita, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan produktif. Namun, tidak semua orang mampu memahami betapa pentingnya imunisasi. Tidak semua orang mau membuka pikiran mereka untuk mengakui bahwa manusia tidaklah sempurna, bahwa manusia tidak memiliki kekebalan tubuh dari virus maupun bakteri tertentu. Untuk itulah tulisan ini ada.

Perjalanan Vaksin di Dunia dari Waktu ke Waktu

Sebelum vaksin ditemukan, banyak diantara kita yang tahu banget bahwa dulu dunia menjadi tempat yang “mengerikan” dan “berbahaya” karena jutaan orang meninggal dunia akibat penyakit yang saat ini bisa kita cegah.

Seperti cacar misalnya, pada tahun 1970-an cacar menjadi penyakit infeksi yang sangat menular dan telah menewaskan sekitar 30% penderitanya. Bahkan yang selamat pun seringkali menjadi buta atau memiliki bekas luka. Tahun-tahun tersebut belum ditemukan vaksin atau program imunisasi lengkap seperti sekarang. Hingga pada 1798 ditemukanlah kata vaksin yang berasal dari bahasa latin vacca (artinya sapi, tercipta). Dinamakan demikian karena berdasarkan hasil percobaan pada sapi selama 2 tahun.

Begitu juga dengan risiko kematian akibat campak yang sangat tinggi di tahun-tahun tersebut. Sekitar 2,6 juta orang hampir meninggal karena campak setiap tahunnya sebelum vaksin penyakit ini ditemukan dan diperkenalkan pada masyarakat di tahun 1960-an. Hingga WHO merilis data bahwa vaksinasi menyebabkan penurunan sebesar 80% kematian karena campak antara tahun 2000 hingga 2007.

Hingga sampai saat ini, dunia telah berubah menjadi lebih baik berkat ditemukannya vaksin dan juga program imunisasi wajib yang telah ditetapkan Pemerintah. Meskipun kita tahu juga akan selalu ada perlawanan disana-sini. Tidak hanya saat ini, bahkan zaman dahulu pun kecurigaan terhadap vaksin sudah ada. Jangankan sekarang, di masa lalu pun orang-orang juga banyak yang mempertanyakannya karena alasan keagaaman, alasan karena vaksinasi tidak bersih, hingga melanggar kebebasan untuk memilih.

mengapa imunisasi

Padahal ketika sebagian besar populasi tervaksinasi atau punya imunisasi yang lengkap, hal ini akan membantu pencegahan menyebarnya penyakit yang kemudian akan memberikan perlindungan pada orang-orang yang belum memiliki kekebalan atau karena memang tidak bisa diimunisasi.

Oleh karena itu dapat saya katakan, sebenarnya masalah vaksinasi atau imunisasi adalah persoalan kemanusiaan. Bukan untuk diri sendiri, namun juga untuk kepentingan seluruh umat manusia di dunia ini.

Seperti masa-masa sebelum kata “vaksin” atau imunisasi itu ada, akan selalu muncul pertentangan di tengah-tengah usaha Pemerintah untuk menekan penularan Covid-19. Meskipun zaman sudah modern, akses informasi begitu mudah dan bisa dengan cepat didapatkan, namun tetap saja vaksin masih menjadi “musuh” bagi sebagian orang.

Namun semua itu tentu saja tak membuat langkah kita surut. Sebagaimana di masa lalu, selalu muncul kelompok-kelompok anti vaksin dengan berbagai alasan dan argumen yang sebenarnya tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebagaimana yang dituliskan oleh Roland Hughes dalam BBC News, pada tahun 1800-an kelompok antivaksinasi pertama muncul di Inggris. Kelompok ini mendesak langkah alternatif untuk mengatasi penyakit, seperti mengisolasi pasien misalnya.

Begitu juga pada 1870-an, kelompok sejenis muncul di Amerika Serikat hingga Prancis. Jangankan kita sebagai negara berkembang yang teknologinya kita sadari masih jauh dibanding negara-negara di Barat, apalagi teknologi di bidang kesehatan, mereka yang ada di benua Eropa dan Amerika pun ternyata juga menghadapi tantangan yang sama dari waktu ke waktu. Generasi antivaksin yang dihadapi memang berbeda, namun kita semua menghadapi masalah yang sama.

Oleh karena itu tidak heran jika muncul berbagai macam pertentangan dan prasangka terkait vaksin Covid-19 yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Hingga selama kurang lebih dua tahun pandemi berlangsung, pada akhirnya masyarakat mau tidak mau harus mengakui bahwa langkah vaksinasi ini adalah langkah efektif untuk menekan penularan virus Covid-19 dan juga berbagai penyakit menular lainnya yang menjadi program wajib imunisasi dari Pemerintah.

Imunisasi di Tengah Pandemi Covid-19

“Setelah satu tahun hidup dalam pembatasan, ruang kelas yang kosong, vaksinasi yang terlewat, pesta ulang tahun virtual, dan makan malam keluarga yang dibatalkan, orang-orang di seluruh dunia sekarang mendapatkan vaksin COVID-19 atau dengan cemas menunggu saat mereka akan mendapatkannya. Dan ini adalah pengingat tentang pentingnya vaksin lain sehingga memungkinkan kita menjalani kehidupan sehari-hari,” -Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore-

Saat ini kita semua tahu bahwa vaksin Covid-19 adalah harapan terbaik yang kita miliki untuk melanjutkan kehidupan normal kita, apa yang tetap ‘normal’ untuk terlalu banyak anak di seluruh dunia adalah tidak adanya akses ke vaksin untuk penyakit yang dapat dicegah sama sekali. Ini bukan ‘normal’ yang harus kita kembalikan.

Setiap tahun, 14 juta bayi dan anak-anak di seluruh dunia tidak mendapat vaksin apa pun untuk melawan penyakit yang dapat dicegah, banyak dari mereka tinggal di lokasi pedesaan terpencil, zona konflik atau lingkungan kumuh dan tanpa akses ke layanan kesehatan penting lainnya. Pada beberapa waktu lalu, pandemi Covid-19 telah membuat situasi ini semakin mengerikan, karena pembatasan terkait pandemi dan gangguan pasokan mengancam peningkatan kematian anak yang dapat dicegah.

Ditambah lagi data dari Surveilans Kemkes bahwa rerata selama dua tahun pandemi kemarin, ada 1.078 anak yang positif Covid-19 setiap hari. Sehingga [ada rentang waktu Maret 2020 hingga 10 April 2022 ada 6.032.707 anak yang terkonfirmasi positif, dengan 155.626 diantaranya meninggal dunia.

manfaat imunisasi lengkap

Pertanyaan selanjutnya adalah :

Amankah melakukan imunisasi di tengah pandemi Covid-19?

Banyak orangtua yang akhirnya menunda imunisasi dasar lengkap yang seharusnya dilakukan karena adanya pandemi. Fasilitas kesehatan menjadi tempat berbahaya karena menjadi sumber penularan virus yang paling mudah bagi anak-anak. Meskipun pusat keramaian lain tentu juga tidak kalah berbahaya karena gelombang kedua pun banyak menewaskan klaster keluarga. Adanya pandemi membuat langkah imunisasi dasar lengkap semakin jauh dari 100%.

“Tetapi, sekarang keadaan sudah berangsur normal. Klinik-klinik mulai beroperasi lagi, orang tua kembali datang agar anak dapat diperiksa kesehatannya dan diberikan imunisasi, dan masyarakat secara umum semakin sadar tentang manfaat vaksin.” (HM Carnoto saat diwawancarai oleh UNICEF).

Pandemi Covid-19 ternyata juga membawa hikmah tersendiri, bahwa sebagian orang yang selama ini abai terhadap imunisasi dasar, kini semakin memiliki perhatian apakah anak-anak sudah memiliki imunisasi dasar lengkap untuk melindungi dirinya?

Edukasi dan sosialisasi yang selalu dilakukan oleh Kemkes pada masyarakat tentang imunisasi di berbagai kanal media sosial, seminar luring, hingga webinar membuat kita tahu bahwa kadar antibodi akan cepat menurun bila vaksinasi tidak lengkap. Beberapa fungsi imunisasi lengkap dan tambahan yang sering disampaikan oleh Kemkes, salah satunya melalui webinar pada beberapa waktu lalu menyatakan beberapa manfaat imunisasi sebagai berikut :

  • Imunisasi lengkap dan tambahan dapat meningkatkan dan mempertahankan konsentrasi antibodi tetap tinggi dan lebih lama.
  • Perlindungan lebih lama terhadap bahaya penyakit menular

Sehingga meskipun pandemi kemarin menjadi halangan bagi kita untuk melakukan imunisasi dasar lengkap pada anak, maka sekaranglah saatnya melakukan imunisasi dasar lengkap meskipun tertinggal beberapa bulan. Prof. dr. Soedjatmiko dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia 2022 mengatakan bahwa tidak mengapa memberikan imunisasi susulan, ketimbang tidak sama sekali. Beberapa vaksin dapat diberikan secara bersamaan (biasa disebut imunisasi kejar, boleh melakukan imunisasi tetes dan 3 suntik bersamaan).

Beberapa Masalah atau Pertanyaan tentang Imunisasi 

fakta imunisasi

Prof. dr. Soedjatmiko dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia April 2022 kemarin juga menyatakan ada beberapa masalah atau pertanyaan yang sering muncul di masyarakat, seperti :

Bagaimana jika kartu vaksinasi terselip atau hilang? dan orangtua lupa vaksinasi sudah lengkap atau belum, bagaimana jika kelebihan vaksinasi?

Seperti yang telah dipaparkan di atas, vaksinasi boleh dilakukan secara bersamaan, boleh tetes dan 3 suntik bersamaan. Jika kartu vaksinasi terselip atau hilang, maka dianggap belum lengkap pada rentang umur 1-5 tahun. Sehingga anjuran dari Kemes adalah segera lengkapi, karena kelebihan pun tidak berbahaya.

Bagaimana dengan anak berkebutuhan khusus. Apakah tetap harus melakukan vaksinasi?

Anak berkebutuhan khusus : autis, ADD, Sindroma Down, disabilitas intelektial, palsi serebral, tuna rungu, wicara, netra dan daksa tetap harus melakukan vaksinasi, bahkan penting untuk melengkapi imunisasi dasar maupun tambahan.

Apakah imunisasi boleh dilakukan pada anak dengan penyakit kronis?

Anak dengan penyakit kronis seperti epilepsi, asma, talasemia, DM, hingga hipertensi boleh melakukan vaksinasi, semua dinilai aman untuk anak-anak dengan penyakit kronis.

Adapun untuk jenis imunisasi, jadwal imunisasi bayi lengkap dapat diakses melalui puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Pekan Imunisasi Dunia 2022 : Imunisasi Lengkap, Indonesia Sehat

Pekan Imunisasi Dunia dirayakan setiap tahun pada minggu terakhir bulan April. Pekan Imunisasi Dunia bertujuan untuk mempromosikan penggunaan vaksin di tengah-tengah masyarakat untuk melindungi orang-orang dari penyakit menular.

Tentu saja tidak hanya Indonesia yang melaksanakannya, tapi juga dilaksanakan oleh lebih dari 180 Negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berfokus pada tindakan kolektif yang diperlukan dalam menjamin setiap orang agar terlindungi dari penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi (PD3I). Selain itu Pekan Imunisasi Dunia juga diharapakan dapat menjangkau lebih banyak lagi masyarakat yang belum menyadari betapa pentingnya vaksinasi.

Karena sebenarnya vaksinasi tidak hanya persoalan meningkatkan kesehatan, tapi juga kesejahteraan semua orang, dimanapun, sepanjang hidup kita. Adapun di Indonesia sendiri, Pekan Imunisasi Dunia 2022 mengusung tagline Imunisasi Lengkap Indonesia Sehat dengan tujuan mewujudkan pelayanan imunisasi yang bermutu dengan cakupan yang tinggi dan merata di seluruh tanah air. Selain itu, kita juga harus tetap mempertahankan Indonesia Bebas Polop menuju tercapainya eradikasi polio global sebagaimana tujuan Kemkes. Juga mempertahankan Eliminasi tetanus Neonatorum dan Eliminasi Campak serta mewujudkan terkendalinya penyakit Rubella tahun 2020.

jadwal imunisasi lengkap

Sebagaimana yang disebutkan oleh UNICEF, kita patut merasa bangga karena dalam 4 dasa warsa terakhir telah berhasil mencapai eradikasi cacar tahun 1974, eradikasi polio tahun 2014 dan eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal tahun 2016. Selain itu, kita juga bersyukur karena telah melengkapi Program Imunisasi dengan antigen-antigen yang dapat mencegah berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti campak, difteri, tetanus, pertusis, polio, hepatitis B, meningitis, pneumonia, hingga Japanese Ecephalitis.

Namun bagaimanapun Kemkes bersama dengan masyarakat Indonesia tetap harus bekerja keras dan cerdas untuk meningkatkan cakupan, jangkauan, serta kualitas pelayanan imunisasi agar tidak muncul lagi kasus-kasus atau kejadian luar biasa PD3I.

Yuk bersama-sama kita dukung Pekan Imunisasi Dunia sebagai langkah untuk menyehatkan bangsa. Bukankah pesan Nabi Muhammad untuk mempercayakan satu urusan pada ahlinya? Maka, yuk belajar bersama-sama, memahami dari sudut pandang ahli, hingga kita temukan banyak manfaat dari imunisasi.

Ask dont asume, Trust the facts

 

Materi tentang vaksinasi :

www.bbc.com

unicef.org

p2pkemkes.go.id