Hijab atau Jilbab di Indonesia yang kita ketahui saat ini nampaknya memiliki pergeseran nilai yang cukup mengkhawatirkan. Suatu hari saya berbincang dengan kawan saya yang berasal dari Pakistan. Negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar setelah Indonesia. Bayangkan, negara sebesar Pakistan masih bertanya pada saya, “Kenapa orang Indonesia selalu mengenakan penutup di kepalanya tapi tubuhnya tidak seperti ditutup?”
Kebanyakan orang-orang Pakistan yang bermadzhab Hanafi ini tentu bukannya tidak tahu hijab atau jilbab yang harus dipakai oleh wanita. Hanya saja dia heran, mengapa ‘bentuk’nya begitu aneh. Ini subyektif sih, tapi ada benarnya juga sebagai koreksi untuk kita umat Islam pada umumnya.
Karena jelas bahwa tutorial hijab menurut Surat An-Nur : 31 bukanlah jilbab yang hanya menutup rambut. Rambut, bukan kepala. Karena masih banyak kita jumpai jilbab yang hanya menutup bagian rambut, telinga yang masih nampak, leher yang masih terpampang nyata, juga dada yang tidak tertutup sebagaimana mestinya.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka ….” (QS. An-Nuur: 31)
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Jelas bahwa yang diperintahkan untuk ditutup adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Ditutup artinya tidak diperlihatkan baik bentuk, warna maupun siluetnya. Meskipun begitu bukannya yang berhijab lalu harus kita salahkan dan kita justifikasi bahwa dia tidak menjalankan perintah agama dengan benar. Karena memang ulama memberikan penafsiran yang berbeda-beda soal batasan hijab atau jilbab ini.
Namun saya sendiri meyakini bahwa jilbab atau hijab yang benar adalah yang menutup seluruhnya (hingga lekuk tubuh) sehingga tidak ada lagi yang nampak darinya selain muka dan telapak tangan. Inilah yang mendasari saya kemudian untuk lekas mengganti celana dengan rok. Mengganti jilbab yang pendek-pendek dengan jilbab yang terulur hingga menutup dada. Serta belajar mengenakan kaos kaki meskipun di siang hari tampak seperti orang sakit. Jilbab sudah bukan lagi menjadi trend bagi saya. Tapi menjadi sebuah identitas yang harus saya kenakan kemanapun saya pergi dari rumah.
Identitas sebagai muslimah yang ingin terus menjadi baik. Jangan khawatir, ini semua berproses kok, begitu juga dengan saya yang awalnya tidak menurut Quran (tapi menurut fashion dan trend masa kini), perlahan seiring dengan ilmu yang kita dapat serta hidayah dari Allah tentunya, kita akan terus membaik perihal berpakaian.
Jadi bagaimana tutorialnya? Simple, kenakan baju yang tidak press body, tidak juga menerawang, bisa setelan gamis yang kini sudah banyak sekali model dan macamnya. Serta kenakan jilbab yang juga tidak menerawang hingga menutup dada. Tidak ada tutorial lain yang lebih selamat dibandingkan ini, insya Allah.