Indonesia telah melalui transformasi yang mengagumkan dalam lima belas tahun terakhir. Rerata pertumbuhan ekonomi bertahan di angka sekitar 6% dalam dasawarsa terakhir. Indonesia juga menjadi anggota G-20, satu-satunya di Asia Tenggara.

Namun Indonesia juga berisiko tidak membantu rakyat miskin dan rentannya. Pengentasan kemiskinan mulai stagnan, dengan penurunan yang mendekati nol pada tahun 2014. 

Ketimpangan pendapatan naik dengan cepat dan hampir sepertiganya berasal dari ketimpangan kesempatan. Anak-anak yang sehat dan terdidik hidup berdampingan dengan anak-anak yang menderita malnutrisi, tidak mampu belajar di sekolah, dan putus sekolah terlalu dini.

Rodrigo A.Chaves (County Director, Indonesia The World Bank dalam Executive Summary : Ketimpangan yang Semakin Lebar)

finantier

Rodrigo A.Chaves (County Director, Indonesia The World Bank) / source : antaranews

Sebenarnya, apa masalahnya ya? Mengapa ketimpangan ini terjadi? Bagaimana solusinya?

Fenomena Penerima Dana Manfaat

Saya ini buat apa sih mbak rekening? Udah tua, diberi rumah gubuk dan makan nasi garam saja saya sudah bersyukur. Justru kalau punya kartu-kartu itu saya jadi takut.

Ungkapan itu datang dari salah seorang penerima manfaat dari GETAPAK (Gerakan Ketahanan Pangan) Indonesia yang bekerja sama dengan salah satu LSM dari Australia. Bantuan itu diberikan pada mereka-mereka yang terdampak Covid-19 baik secara langsung maupun tidak langsung.

Meskipun besarannya tidak seberapa, namun harapannya bantuan tersebut bisa dimanfaatkan untuk urban farming atau modal membuka sebuah usaha. Bantuan sebesar Rp 600.000,- yang diberikan selama tiga bulan tersebut dipantau oleh relawan, apakah sudah digunakan dengan benar atau tidak.

Orang-orang yang mendapat bantuan ini kebanyakan memang tidak memiliki rekening. Oleh karena itu kebijakan GETAPAK bekerjasama dengan POS Indonesia menghubungkan mereka dan pihak LSM dari luar negeri untuk mengambilnya di kantor-kantor pos pusat wilayah masing-masing.

Sejauh ini sih memang tidak ada masalah karena dana hanya diberikan selama tiga bulan saja (namanya juga bantuan modal ya kan). Namun ketika saya melihat salah satu penerima dana manfaat tersebut adalah Bapak-bapak atau Ibu-ibu yang kadang untuk berjalan saja susah namun harus berangkat ke kantor pos, rasanya kok miris. Kenapa tidak langsung dibukakan rekening saja?

Ini pun hanya sebagian kecil saja yang mendapatkan dana manfaat dari LSM luar negeri tersebut. Padahal ada begitu banyak penduduk Indonesia yang tidak memiliki rekening dan membutuhkan bantuan dana.

Sementara zaman sudah memasuki era digital, sudah banyak berlaku e-money, e-wallet, dan lain sebagainya yang memungkinkan masyarakat yang tinggal di desa sekalipun merasakan perputaran uang yang cepat sebagaimana penduduk kota. Saya pun berpikir, bagaimana ya caranya mereka yang berada di desa ini juga ikut merasakan perputaran uang tersebut? Sehingga ekonomi bisa lebih merata.

Ada satu konsep yang disebut open finance yang saya baca dari laman Bank Sentral Republik Indonesia. Yuk kita bahas bagaimana konsep ini membawa manfaat untuk mempercepat inklusi keuangan di Indonesia.

finantier

Finantier For Better Future : Bantuan untuk Masyarakat Indonesia yang Tidak Memiliki Rekening Bank

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan mengenai data digital yang terkumpul lewat gawai kita, bahwa apa yang kita miliki (data pribadi) sudah bisa dilacak dengan mudah. Karena mereka dikumpulkan setiap detik, setiap waktu yang kita habiskan saat terhubung dengan internet untuk kepentingan berbagai korporasi.

Banyak kasus data digital yang dijual ke berbagai perusahaan mungkin membuat kita ngeri ya. Namun, kita juga perlu tahu bahwa sebenarnya data yang terkumpul tidak hanya menguntungkan perusahaan, tapi juga konsumen. Mereka sebenarnya juga sangat berhati-hati dalam menggunakan data pelanggan agar terhindar dari persaingan.

Padahal bisa jadi perusahaan tersebut tidak memiliki gambaran menyeluruh tentang identitas digital kita. Akhirnya keterbatasan akses pun akan menjadi kendala atau bahkan berbuah masalah di kemudian hari karena kurangnya informasi pribadi kita. Nah, melalui Open Finance kita bisa memanfaatkan data kita sendiri lho. Apa dan bagaimana konsepnya, yuk kita bahas satu per satu.

Finantier Open Finance : Memanfaatkan Data Kita Sendiri

Sebelumnya mungkin kita bahas dulu yuk apa itu open finance. Jadi, open finance ini adalah pertukaran data keuangan konsumen yang disetujui dan diamankan antara lembaga keuangan, guna menghubungkan kumpulan data tersebut dengan kumpulan data lainnya. Hal ini memungkinkan data pribadi kita diproses dengan cara yang menguntungkan.

Kalau sudah “diamankan” antara lembaga keuangan, pastinya semua ini harusnya sudah berada di bawah pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) kan. Jadi sebenarnya kita tidak perlu khawatir lagi jika data tersebut akan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Berdasarkan konsep Open Finance ini ada sebuah gagasan dari Finantier yang dapat memudahkan fintech platform dan lembaga keuangan lainnya untuk lebih memahami konsumen dan meningkatkan akses keuangan bagi mereka, khususnya yang tidak memiliki rekening bank di Indonesia. Seperti contoh pada awal paragraf tadi misalnya.

Gagasan open finance ini dapat dibantu dengan Verifikasi Identitas milik Finantier yang dapat mengumpulkan data lebih dari 95% platform keuangan di Indonesia untuk memungkinkan perusahaan memverifikasi identitas penggunanya agar lebih cepat dan efisien. Produk ini pun dapat membantu perusahaan untuk memvalidasi identitas konsumen yang tidak memiliki rekening bank dengan mengakses data platform keuangan alternatif seperti pemberi pinjaman P2P.

Hal ini tentu sangat memudahkan para konsumen untuk mengakses layanan keuangan yang sebelumnya hanya tersedia bagi mereka yang memiliki rekening bank. Karena kita tahu ya, ketimpangan ekonomi karena ada yang punya akses atau rekening bank dengan mudah, ada juga yang tidak sama sekali. Inilah yang menyebabkan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jika verifikasi identitas bisa dilakukan, maka tidak harus yang memiliki rekening saja yang bisa dibantu.

finantier for better future

Finantier For Better Future : Membantu Membuka Layanan Keuangan Untuk Siapa Saja

Seperti kasus penerima dana manfaat yang sudah saya ceritakan di atas. Jika mereka ingin memulai sebuah usaha sedangkan bank tidak bisa memberinya bantuan karena tidak memiliki informasi yang memadai tentang identitasnya, maka hal ini menghambat mata pencahariannya kan? Karena sudah pasti usahanya tidak akan jalan karena kekurangan modal.

Terlebih jika kita tahu bahwa Indonesia memiliki salah satu konsentrasi UMKM tertinggi di dunia. Lalu bagaimana kita dapat menyediakan layanan keuangan yang diperlukan dengan lebih baik untuk mendukung pertumbuhan mereka?

Nah melalui produk Verifikasi Identitas Finantier inilah, data identitas orang yang membutuhkan bantuan tersebut tidak akan ditolak oleh layanan keuangan yang diperlukan. Sebagai gantinya, bank dapat mengakses data calon penerima bantuan dari aplikasi dompet digital guna pemeriksaan identitas datanya sebelum memproses pinjaman.

Melalui pinjaman tersebut, teman-teman kita yang tidak memiliki rekening atau kesulitan memiliki akses kesana akan dapat mengembangkan usahanya dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tidak berlebihan jika dikatakan Finantier For Better Future, kan?

Selain untuk kepentingan verifikasi identitas, Credit Scoring yang dimiliki oleh Finantier juga memungkinkan berbagai platform keuangan bisa mengukur kemampuan pengguna layanan untuk melakukan pembayaran kembali.

Biasanya OJK yang menyediakan credit scoring ini. Namun kita juga bisa memanfaatkan Finantier untuk menganalisis berbagai data keuangan mulai dari transaksi hingga pembayaran pinjaman di berbagai platform resmi yang disetujui Pemerintah. Semata untuk memastikan kelayakan kredit seseorang, apakah ia selalu membayar tepat waktu, tidak tepat waktu, atau bahkan tidak pernah membayar tagihan utang-piutangnya.

Selain itu ada satu Kelebihan credit scoring dari Finantier, yaitu mampu menjembatani kesenjangan informasi yang memungkinkan bank dan lembaga keuangan menawarkan layanan keuangan bagi mereka yang tidak memiliki rekening bank di Indonesia. Karena kadang-kadang ada seseorang yang meminjam dari bank dan ditolak karena riwayat kreditnya yang buruk. Padahal ada sisi lain yang bank tidak tahu bahwa orang yang dimaksud punya arus kas bisnis positif di platform lain.

Finantier For Better Future : Mendukung Ekonomi Inklusif di Indonesia

Financial inclusion involves providing access to an adequate range of safe, convenient and affordable financial services to disadvantaged and other vulnerable groups, including low income, rural and undocumented persons, who have been underserved or excluded from the formal financial sector. (FATF on bi.go.id)

Saya mungkin sudah banyak menuliskan ekonomi inklusif atau keuangan inklusif di atas. Namun mungkin ada beberapa dari kita yang tidak tahu apa sebenarnya ekonomi inklusif itu?

Tidak ada standart baku sebenarnya tentang pengertian keuangan atau ekonomi inklusif itu sendiri. Namun kita bisa mengambil salah satu pengertiannya di sini :

Istilah financial inclusion atau inklusi keuangan menjadi tren pascakrisis 2008, terutama didasari dampak krisis kepada kelompok in the bottom of the pyramid (pendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, difabel, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran yang umumnya unbanked. Dimana jumlahnya tercatat sangat tinggi di luar negara maju.

Pada G20 Pittsbugh Summit 2009, anggota G20 sepakat perlunya peningkatan akses keuangan bagi kelompok ini yang dipertegas pada Toronto Summit tahun 2010, dengan dikeluarkannya 9 Principles for Innovative Financial Inclusion sebagai pedoman pengembangan inklusi keuangan. Prinsip tersebut adalah leadership, diversity, innovation, protection, empowerment, cooperation, knowledge, proportionality, dan framework.

Sejak saat itu, banyak fora internasional yang fokus pada kegiatan inklusi keuangan seperti CGAP, World Bank, APEC, Asian Development Bank (ADB), Alliance for Financial Inclusion (AFI), termasuk standard body seperti BIS dan Financial Action Task Force (FATF), termasuk negara berkembang seperti Indonesia.

finantier for better future

Mengapa Perlu Keuangan Inklusif?

Dilansir dari laman resmi Bank Indonesia, ada berbagai alasan yang menyebabkan masyarakat menjadi unbanked. Baik dari sisi supply (penyedia jasa) maupun demand (masyarakat). Yaitu karena price barrier (mahal), information barrier (tidak mengetahui), design product barrier (produk yang cocok) dan channel barrier (sarana yang sesuai).

Keuangan inklusif mampu menjawab alasan tersebut dengan memberikan banyak manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat, regulator, pemerintah dan pihak swasta. Beberapa manfaat yang bisa dinikmati jika kita bisa melaksanakan keuangan inklusif tersebut antara lain :

  • Meningkatkan efisiensi ekonomi
  • Mendukung stabilitas sistem keuangan
  • Mengurangi shadow banking atau irresponsible finance.
  • Mendukung pendalaman pasar keuangan
  • Memberikan potensi pasar baru bagi perbankan
  • Mendukung peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia
  • Berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang berkelanjutan
  • Mengurangi kesenjangan (inequality) dan rigiditas low income trap, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya berujung pada penurunan tingkat kemiskinan.

Lho, bukannya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sudah tinggi ya? Itu kan bagus..

Iya benar, memang sudah tinggi, tapi ekonominya masih timpang. Benar pertumbuhan ekonominya tinggi tapi angka kemiskinannya juga masih tinggi. Apa artinya? Itu artinya uang masih berputar untuk sebagian orang saja. Oleh karena itu ekonomi kita masih disebut ekonomi eksklusif, karena masih tidak merata dan timpang. 

Berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia pada 15 Juli 2020, jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah. Pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin mencapai 26,42 juta orang. Jumlah tersebut setara dengan 9,78% penduduk. Angka ini meningkat dibandingkan September 2019 sebesar 9,22%.

Jika dilihat berdasarkan jumlahnya, penduduk miskin pada Maret 2020 bertambah 1,63 juta orang atau naik 6,6% dibandingkan angka pada September 2019. Sementara jika dilihat berdasarkan lokasinya, kemiskinan terbesar berada di kawasan perdesaan. Jumlahnya mencapai 15,26 juta orang atau 12,82%. Sedangkan, di perkotaan jumlahnya 11,16 juta orang atau 7,38%.

Apa artinya? Hal ini berarti tingkat ketimpangan pun semakin besar. Dimana perputaran uang benar-benar hanya ada di wilayah-wilayah tertentu saja. Seperti yang sudah saya tuliskan pada paragraf sebelumnya, mereka yang hidup jauh dari perkotaan juga semakin jauh dari kemakmuran. Tak heran jika penduduk yang bermukim di pedesaan mengalami tingkat kemiskinan terbesar hingga tahun 2020.

penduduk miskin indonesia

source : Badan Pusat Statistik Indonesia, 15 Juli 2020 (dalam databoks.katadata.co.id)

Bagaimana Penerapannya?

Dari berbagai belahan dunia, untuk menurunkan financial exclusion dilakukan dalam dua pendekatan, yaitu secara komprehensif dengan menyusun suatu strategi nasional seperti Indonesia, Nigeria, Tanzania atau melalui berbagai program terpisah, misal edukasi keuangan seperti dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pascakrisis 2008.

Penerapan keuangan inklusif umumnya bertahap dimulai dengan target yang jelas seperti melalui penerima bantuan program sosial pemerintah atau pekerja migran (TKI) sebelum secara perlahan dapat digunakan oleh masyarakat umum.

finantier for better future

Siapa Saja Yang Menerapkan? 

Strategi keuangan inklusif bukanlah sebuah inisiatif yang terisolasi, sehingga keterlibatan dalam keuangan inklusif tidak hanya terkait dengan tugas Bank Indonesia, namun juga regulator, kementerian dan lembaga lainnya seperti Finantier dalam upaya pelayanan keuangan kepada masyarakat luas. Melalui strategi nasional keuangan inklusif diharapkan kolaborasi antar lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan tercipta secara baik dan terstruktur.

Bersyukur sekali Finantier mendorong agar ekonomi kita tidak lagi eksklusif dan perputaran uang hanya terjadi pada sebagian masyarakat saja. Finantier dapat mendorong inklusi keuangan dengan memberikan layanan akses keuangan bagi masyarakat di daerah seperti yang sudah saya tuliskan di awal paragraf.

Bayangkan jika masyarakat yang saat ini tidak tersentuh “bank” mendapatkan dana manfaat atau bantuan dari Pemerintah untuk modal usaha. Mungkin tumbuhnya UMKM di Indonesia tidak hanya terjadi di perkotaan, tapi juga di wilayah pinggiran atau pedesaan yang bahkan tak bisa kita bayangkan sebelumnya.

Bayangkan bagaimana jika roda perekonomian kita bergerak lebih merata. Mungkin mereka yang saat ini mencari ilmu dari desa ke kota kelak akan punya banyak alasan untuk kembali ke desanya. Ikut mengabdi, membangun dan mendukung pemerataan ekonomi. Angka kemiskinan pun bisa ditekan sekecil mungkin. Tidak ada lagi penduduk yang kelaparan atau bahkan merasa terjajah di negeri sendiri.

Melalui Finantier For Better Future, saya pun berharap Indonesia lebih cepat mengurangi angka kemiskinan, demi Indonesia yang lebih baik.

Finantier For Better Future referensi :

Executive Summary : Ketimpangan yang Semakin Lebar, Aku Akhiri Ketimpangan untuk Indonesia (World Bank Group dan Australian Aid), November 2015.

Situs resmi Bank Indonesia : bi.go.id

finantier.co

#FinantierForBetterFuture