Omong-omong soal usus buntu, saya jadi ingat cerita dari Ibu saya di tahun 1990-an. Saat itu saya masih berumur 3 tahun, dan tentu saja saya masih ingat malam-malam ketika saya menemani Ibu di rumah sakit. Memeluknya tanpa tahu sedang sakit apa beliau.
Saat sudah mengerti, saya pun tahu Ibu dulu sempat mengalami fase-fase kritis dalam hidupnya. Kata dokter saat itu harapan hidupnya hanya 20%, mengharap keajaiban pasca operasi yang bisa dibilang gagal. Kok bisa gagal?
Flashback Kisah Ibu
Ibu saya memang perempuan pekerja keras. Seolah ngga ada capeknya, bahkan setelah beliau pensiun dua tahun lalu. Ada saja kegiatannya di luar pekerjaan. Sampai-sampai, kami sebagai anaknya tak kuasa menahan beliau untuk duduk anteng di rumah menikmati hidup. Apalah daya, sejak Ibu masih muda memang aktivitasnya tak pernah berhenti kecuali untuk makan dan tidur secukupnya.
Ketahanan beliau terhadap rasa sakit pun juga membuat saya terheran-heran. Jadi di tahun 1992 saat itu Ibu saya harus dilarikan ke Rumah Sakit karena menderita sakit perut hebat. Saya yang masih bocil tentu saja tidak tahu apa-apa. Tahunya Ibu di rumah sakit sekitar sebulan lamanya.
Apa yang membuat harapan hidup beliau tinggal 20%?
Jadi, ternyata Ibu saya punya usus buntu yang harus dioperasi sesegera mungkin. Namun ternyata saat dibawa ke Rumah Sakit sudah terlambat, usus buntu sudah pecah dan menjalar kemana-mana. Ke indung telur yang kemudian harus dipotong dan disteril salah satunya, ke beberapa organ lain, pokoknya kata dokter itu seperti parutan kelapa yang udah nyebar kemana-mana.
Hitungannya ya operasi besar 🙁
Spesialis bedah sudah menuntaskan operasi besar saat itu, namun Ibu yang tidak patuh untuk tidak minum setelah operasi membuatnya tidak bisa kentut. Perutnya membesar, padahal operasi belum dinyatakan berhasil sampai Ibu dinyatakan bisa kentut sebagai tanda bahwa pencernaannya sudah bekerja dengan baik pasca operasi.
Karena penyebaran apendix yang sudah pecah itulah sebenarnya yang membuat kondisi ibu saya parah dan berbahaya jika segalanya tak kembali dengan normal secepatnya. Namun kuasa Allah itu nyata. Berkat doa dan ikhtiar para dokter di rumah sakit, serta mungkin memang masih takdirnya Ibu saya, akhirnya Ibu bisa kentut dan dokter menyatakan bahwa operasinya berhasil, tinggal menunggu pemulihan saja.
Seperti itulah kejadian tersebut seolah-olah terjadi di depan mata saya, karena beberapa malam saya memang sempat tidur bersama Ibu yang terbaring di Rumah Sakit. Beberapa fragmen sempat terekam dalam otak saya saat itu.
Jadilah kalau ada kasus usus buntu saya selalu teringat dengan kejadian yang menimpa Ibu saya dan selalu mewanti-wanti untuk tidak menyepelekan apapun sakit yang kita derita.
Pilih Tindakan yang Tepat Untuk Mengatasi Usus Buntu Bersama EMC HealthCare
Dilansir dari laman EMC Healthcare dikatakan bahwa usus buntu atau yang disebut Appendix, merupakan suatu bagian pada usus besar yang berbentuk tubular buntu dengan panjang rata-rata 8-9 cm dan terletak di daerah kanan bawah dari rongga perut. Dengan berbagai sebab, organ ini dapat mengalami peradangan (appendicitis) dan paling sering terjadi pada kelompok usia 10-20 tahun.
Penyakit ini sangat berbahaya bila terlambat ditangani, karena appendix dapat pecah, sehingga terjadi infeksi berat (sepsis) yang dapat mengancam nyawa pasien. Nah ini nih yang terjadi pada Ibu saya. Appendix sudah pecah dan membahayakan nyawanya saat itu.
Memang gimana sih gejalanya?
Masih dari website resmi EMC HealthCare, gejala yang sering dirasakan pada penderita radang usus buntu adalah nyeri pada perut. Nyeri awalnya dirasakan disekitar pusar, kemudian berpindah ke daerah kanan bawah dari perut. Gejala lain yang dirasakan oleh pasien antara lain, demam, perut kembung, mual dan muntah, konstipasi atau diare.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas biasanya disertai dengan peningkatan sel darah putih (Leukosit) pada pemeriksaan laboratorium. Jadi jangan pernah menyepelekan sakit ya teman-teman. Jika ada keluhan seperti gejala di atas, segera ke dokter atau rumah sakit. Konsultasikan dengan spesialis bedah apa yang harus dilakukan dan apa yang sebaiknya dihindari.
Tim dokter dan perawat dari EMC HealthCare siap membantu masalah yang teman-teman hadapi untuk mendapatkan penanganan terbaik yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Percayakan perawatan teman-teman di Rumah Sakit EMC baik untuk aktifitas pra-operasi maupun pasca-operasi untuk mendapatkan layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Kesehatan kita yang tak ternilai harganya ini harus dijaga baik-baik, jangan sampai sudah terlambat lalu menyisakan penyesalan tak berkesudahan.
Semoga artikel ini bermanfaat ya, dan selalu jaga kesehatan teman-teman!