Entah kenapa tahu-tahu gambarnya jadi begini.
Gambar ini menceritakan tentang perjalanan seorang wanita dengan kucingnya. Kucing berumur lima tahun itu dibawa oleh sang wanita bernama Menik, yang tengah melakukan perjalanan panjang delapan ratus kilometer dari rumahnya. Entah apa yang dicarinya. Menik hanya ingin berjalan dan terus berjalan hingga delapan ratus kilometer jauhnya. Mungkin Menik sedang stres dan ingin segera melepas beban hidupnya dengan melakukan perjalanan.
Suatu siang Menik kehabisan bekal dan dia merasa lapar dan haus yang amat sangat. Begitu juga dengan kucingnya. Menik tengah menyusuri jalan aspal yang sangat terik hingga agaknya permukaan aspal itu bisa membuat mendidih sepanci air untuk memasak mie.
Namun apa daya, bekal Menik sudah habis tak bersisa. Ia hanya punya harapan dan kucing kesayangannya. Di tengah kesadarannya yang terganggu, Menik melihat di kejauhan ada sesuatu yang dibakar. Baunya harum, batin Menik.
Menik semakin mendekati sumber asap yang ditangkap oleh matanya itu. Seperti bau kemenyan yang dibakar. Namun, begitu Menik menghampiri sumber bau dan pemandangan itu, ternyata fatamorgana mengecoh pandangan mata waras Menik.
Tapi perutku lapar, gumam Menik.
Makan kemenyan pun jadi, rasanya aku sudah tidak punya tenaga untuk melanjutkan perjalanan.
Begitulah, tergambarlah cerita di atas. Super absurd dan random. Hikmahnya? Jangan makan kemenyan kalau kelaparan.
Terimakasih sudah membuang lima menit waktumu untuk membaca tulisan ini.
#OneDayOnePost #DesemberMenulis #DesemberDay11