Siapa anak Malang yang ngga kenal Ayam goreng Nelongso? Ayam goreng legendaris idolanya anak kos. Selain harganya yang murah meriah, ayamnya juga enak, apalagi sambelnya. Selain jadi idolanya anak kos, pantaslah kalau ayam goreng Nelongso ini juga jadi idolanya bapak-bapak dan ibu-ibu yang suka hemat soal makan.

Kebetulan, rumah saya dekat sekali dengan gerai Ayam Goreng Nelongso di Jalan Surabaya, kota Malang. Jalan kaki 5 menit sampai. Oleh karena itulah ayam goreng Nelongso ini jadi salah satu menu kesukaan suami saya juga kalau istrinya lagi ngga masak. Terlebih sambalnya itu lho!

Siapa sangka dibalik suksesnya Ayam Goreng Nelongso, ternyata ada kisah pilu dibalik perjuangan ownernya, Mas Nanang. Bagaimana kisah keberhasilannya hingga memiliki 71 cabang ini? Yuk ikuti kisahnya, petik hikmahnya.

Kisah Pilu Nanang Suherman

owner ayam goreng nelongso

source : instagram/@nanang_anakbaik

Never give up on your dreams for they are always waiting for you forever

Saya selalu bahagia mendengarkan kisah-kisah orang sukses. Mengapa? Karena bisa menjadi bahan bakar tersendiri bagi saya untuk tidak menyerah dengan mimpi. Paling tidak, begitulah yang saya pelajari dari Mas Nanang, pemilik ayam goreng Nelongso.

Mas Nanang adalah anak tunggal yang lahir di tengah keterbatasan ekonomi. Meski begitu, Mas Nanang dibebaskan untuk bermimpi oleh kedua orangtuanya. Apapun impiannya, orangtua Mas Nanang akan mendukungnya. Termasuk ketika Mas Nanang ingin kuliah saat itu. Padahal kondisi perekonomian keluarga tengah terbatas. Namun karena impiannya ingin menuntut ilmu hingga sarjana itulah kemudian yang membawa pria kelahiran Probolinggo tersebut hijrah ke Malang.

Kuliah di Malang pun dilakoninya sambil bekerja sebagai loper koran di perempatan Dinoyo. Namun Mas Nanang tak pernah merasa malu sedikitpun. Kuliah semester pertama sudah jualan loper koran.

Lagian, ngapain malu sih? Kan halal.

Bahkan ketika ada saudaranya yang tidak sengaja bertemu dengan Mas Nanang pun, ia enggan menyapa. Kalau perlu putar balik agar tidak bertatap muka dengan mas Nanang. Ia malu punya saudara seorang loper koran.

Mas Nanang tak malu juga tak berkecil hati. Ia bahkan memaklumi orang-orang yang berpura-pura tidak mengenalnya kala itu. Tekadnya yang kuat dan keluwesannya dalam bekerja membawa Mas Nanang menjadi agen loper koran pada akhirnya. Hingga ia memiliki banyak kios yang ujung-ujungnya banyak digusur oleh satpol PP.

Lalu Mas Nanang berpindah bisnis untuk membuka toko komputer, dan pernah beberapa kali memenangkan tender di Pemerintahan. Namun Mas Nanang menyadari bahwa ambisinya memang terlalu tinggi. Sehingga toko komputer pun tidak bertahan lama. Mas Nanang juga sempat beberapa kali membangun bisnisnya kembali yang diakhiri dengan kebangkrutan.

Apakah kemudian Mas Nanang menyerah? Ngga dong. Mas Nanang menemukan kesempatan lainnya yang mungkin jauh dari impiannya selama ini. Mas Nanang akhirnya masuk ke dunia perbankan. Menjadi pegawai sebuah bank dengan gaji yang sudah pasti setiap bulannya.

Namun, menjadi pegawai pun tidak membuat Mas Nanang puas. Akhirnya ia pun berhenti dan memutuskan untuk belajar bisnis besi tua bersama pamannya. Sambil belajar dan menabung sedikit demi sedikit, Mas Nanang pun akhirnya membuka bisnis besi tua itu sendiri sambil mempersiapkan pernikahannya dengan gadis yang baru ditemuinya selama satu bulan terakhir.

Prosesnya pun sangat cepat. Sejak perkenalan menuju pernikahan, Mas Nanang dan istrinya hanya butuh waktu satu bulan saja. Gentle banget ya? Coba kalau anak zaman sekarang, mungkin banyak yang berpikir satu bulan tidak cukup untuk saling mengenal peringai dan watak calon istri atau suami. Namun Mas Nanang dan istrinya memilih untuk terus berkomitmen dengan cinta mereka karena diberi waktu berapapun tidak akan cukup untuk mengenal pasangan kita.

Namanya juga manusia kan, akan selalu berubah dan berbolak-balik hatinya. Hanya iman yang menjaga kita dari semua itu.

Wanita Hebat Dibalik Suksesnya Nanang Suherman

Setelah menikah, Mas Nanang juga diterpa begitu banyak ujian. Bisnis plastiknya yang bangkrut, hilangnya pekerjaan, menumpuknya hutang-hutang (baik dari bank sampai rentenir). Jumlah pinjaman Mas Nanang saat itu sekitar 1,5 Milliar. Bukan jumlah yang sedikit tentu saja. Mas Nanang harus merelakan banyak hal dalam hidupnya, termasuk rumah.

istri nanang suherman

source : instagram/@yeni.isna

Mas Nanang bahkan pernah menginap beberapa hari dari pom bensin ke pom bensin lainnya untuk menumpang tidur. Kondisi yang sepertinya mungkin saya tidak akan pernah bisa menjalaninya. Maka salut banget dengan istri Mas Nanang, yang selalu menemani Mas Nanang bahkan dalam kondisi titik terendahnya sekalipun.

Mengeluh itu pasti, namanya juga manusia. Tapi tak pernah terlintas sedikitpun dalam hati dan pikiran istrinya untuk pulang ke rumah orangtuanya dan hidup berkecukupan di rumah orangtua.

Ada saat-saat ketika istri mas Nanang hamil tua dan sudah waktunya melahirkan, Mas Nanang tak memegang sepeser uang pun. Akhirnya Mas Nanang pun memulung, mencari uang, apa saja yang penting halal. Hingga berhasil membawa pulang 1,5 juta rupiah untuk biaya kelahiran istrinya di bidan. Bahkan ketika istri Mas Nanang sudah kesakitan selama tiga hari karena pembukaan tak kunjung bertambah, mertua Mas Nanang pun menyarankan untuk segera melakukan operasi caesar.

Namun istrinya bersikukuh untuk bisa melahirkan di bidan saja. Semata karena istrinya tahu bahwa Mas Nanang hanya punya 1,5 juta rupiah untuk biaya persalinan. Demi menjaga marwah atau kehormatan suaminya, istri Mas Nanang tetap bergeming bahkan ketika ia harus operasi. Alhamdulillah, Allah takdirkan persalinannya pun normal.

Mas Nanang juga pernah ditagih setiap hari oleh debt collector dan dihajar hingga babak belur. Bahkan setelah anaknya lahir. Memilukan ketika istrinya melihat wajah Mas Nanang yang habis dihajar sang penagih. Begitu juga dengan bayinya yang mungkin kita pikir tidak tahu apa-apa. Nyatanya, ia juga menangis ikut merasakan pedihnya hati ayah dan ibunya.

Udah ya Nak, ini tangisanmu yang terakhir ya. (ucap Mas Nanang – saat anaknya menangis begitu kencang. Seolah merasakan sakit seperti yang dirasakan bapaknya karena babak belur)

Memang benar apa yang dikatakan pepatah, ada wanita hebat dibalik lelaki yang sukses.

Titik Balik Ayam Goreng Nelongso dengan Logo Bebek

ayam goreng nelongso

Saat titik terendah pun, Mas Nanang masih tetap optimis dengan potensi yang dimilikinya. Menyewa rumah sekaligus warung yang di dalamnya sudah ada gerobak, kompor, wajan penggorengan, dan lain sebagainya seolah menuntun Mas Nanang pada usaha kuliner.

Apakah Mas Nanang bisa masak? Tentu saja tidak.

Alhamdulillah lidah saya ini normal. Kalau nyicip masakan di tempat makan, pasti tempat makan itu rame. Berarti selera saya juga disukai oleh banyak orang. Saya memang ngga bisa masak, tapi saya bisa nyicip masakan.

Luar biasa bukan? Mas Nanang selalu fokus pada kelebihan yang dimilikinya, kemudian mengembangkan potensi tersebut hingga bisa menjadi cuan. Saya pikir, karena tekad dan ndablegnya mas Nanang inilah akhirnya beliau bisa berhasil.

Berawal dari jual ayam goreng dan bebek goreng di gerobak sambil antar jemput istri yang memutuskan untuk bekerja, mas Nanang pun akhirnya menemukan jalan menuju kesuksesannya hingga saat ini. Meskipun sempat akan diusir lagi dari kontrakannya karena akan dibangun ruko di tanah tersebut, namun mas Nanang justru bertekad akan membeli tanah di tempat itu bagaimanapun caranya.

Akhirnya usahanya bersama istri pun membuahkan hasil. Mas Nanang berhasil membeli ruko pertama kalinya dengan harga sekian Miliar tanpa ditawar. Karena Mas Nanang ingat, di sanalah ia merintis usahanya menjual ayam dan bebek goreng. Berlelah-lelah dengan istrinya yang luar biasa.

Dibalik logo bebek yang menemani Ayam Goreng Nelongso, ada kisah unik dibaliknya. Dulunya, Mas Nanang memang menjual bebek goreng dengan rasa yang biasa saja. Namun pada suatu hari Mas Nanang harus menjemput istri dan meninggalkan bebeknya diukep selama kurang lebih dua jam. Hasilnya? Tentu saja bebeknya jadi buruk rupa, remuk tak karuan. Namun siapa sangka rasanya sangat enak dan menjadi SOP penyajian Ayam Goreng Nelongso hingga saat ini?

Lagipula saat ganti branding, Mas Nanang tetap ingin mempertahankan logo buatan temannya itu. Logo dengan gambar bebek namun tetap bertuliskan Ayam Goreng Nelongso.

ayam goreng nelongso

Ujian Demi Ujian Semakin Membesarkan Ayam Goreng Nelongso

Apakah ujian yang dialami Mas Nanang berhenti di situ? Tentu saja tidak. Ayam goreng nelongso yang cabangnya sudah mulai berdiri tegak di beberapa titik, harus merelakan satu cabang yang dimilikinya habis dilalap api. Habis tak bersisa kecuali neon box ayam goreng nelongso yang menjadi icon keberuntungan.

Bukannya menyerah dan menutup gerai yang membuatnya rugi besar itu, namun Mas Nanang justru merombaknya, merenovasi dan bangkit lagi dari keterpurukan. Salut dengan Mas Nanang. Kebakaran yang begitu besar itu bahkan sempat diberitakan di media masa nasional. Jadi meskipun rugi, Mas Nanang mengambil pelajaran dari situ.

Kini, ia tak usah mengeluarkan biaya marketing untuk memasarkan produknya itu. Tanpa itu semua, kini Ayam Goreng Nelongso sudah terkenal. Kini, banyak yang menanyakan resep ayam goreng nelongso. Padahal menu ayam goreng nelongso ya itu-itu saja. Apa sih rahasia resepnya? Cabangnya pun tidak hanya di Malang, tapi juga ada ayam goreng nelongso Surabaya hingga Depok.

Sampai saat ini pun, selama pandemi Ayam Goreng Nelongso grup tetap berusaha bertahan dan tetap ekspansi cabang ke 71 di Purwosari yang akan dibuka melalui Grand Openingnya cabang ke 71 Ayam Goreng Nelongso Purwosari pada 24 Juni 2021.

Harga ayam goreng nelongso Surabaya dan Malang serta beberapa kota lain juga sama kok. SOPnya juga sama. Inilah kemudian yang membuat franchise ayam goreng nelongso bisa kita temui di banyak tempat.

Menjadi jujukan alias tempat berlabuh banyak perut yang kelaparan. Menjadi penolong di saat mahasiswa hanya punya uang lima ribu rupiah tapi ingin kenyang. Terimakasih Ayam Goreng Nelongso sudah menemani kami semua, menjadi gerai ayam dan bebek idola sekaligus memberi pelajaran bahwa hidup harus punya mimpi.