MasyaAllah, Indonesia memang secuil surga yang diciptakan Allah di dunia ini. Apa saja bisa tumbuh, negara tropis yang benar-benar kaya dan makmur.
.
Ini foto ubi ungu (Ipomea batatas poiret) setelah dipotong untuk dimasak. Sebelumnya, ubi ini dibiarkan begitu saja di dapur. Lama tak tersentuh, hingga bagian ujung umbinya tumbuh batang seperti ini dengan sendirinya.
.
.

Lalu saat membaca Tottochan’s Children yang menceritakan bagaimana Tanzania dan Nigeria pada tahun 1985an mengalami kekeringan panjang hingga sungai yang lebarnya 0,8km pun bisa kita lewati tanpa harus menggunakan jembatan, saya langsung baper. Mata berkaca-kaca teringat anak-anak disana. Rasanya hati ikut sakit. Bagaimana saat itu anak-anak meminum air lumpur untuk bertahan hidup karena benar-benar tidak ada air! Apalagi air bersih yang terus mengalir seperti di rumah kita. Tak ada pohon, tak ada sumur, suhu udara mencapai 67°C ketika Miss Kuroyanagi dalam perjalanan menuju kamp pengungsian mereka.
Anak-anak disana hanya makan satu sendok tepung yang dicampur air dan gula, sekali makan. Jatah mereka hanya dua kali sehari, pagi dan malam. Padahal mereka masih dalam masa pertumbuhan.
Orang dewasa mendapat jatah dua sendok adonan tepung dan roti serta gula yang lebih kental dua kali sehari. Pagi dan malam. Tidak ada oven, tidak ada kayu bakar untuk memanggang.

Maka nikmat mana lagikah yang kau dustakan? .
Secuil surga yang dihadirkan Allah di Indonesia ini masih belum kita sadari, luput kita syukuri, bahkan kita ikut merusaknya. Sedih sekali rasanya ada ubi yang bisa kapan saja kita makan masih saja belum bisa membuatku bersyukur. Ya Allah… .
.
#ipomoeabatatas #wonderfulindonesia #syukur