Adopsi hutan Indonesia adalah salah satu cara para “pejuang hutan” atau yang biasa disebut tim ranger untuk memberikan solusi pada teman bloger sekalian, khususnya orang-orang perkotaan untuk bisa ikut berperan aktif dalam usaha pelestarian hutan. Kalau dulunya ada adopsi pohon, maka sekarang ada yang namanya adopsi hutan. Kemarin, saya berkesempatan untuk ikut “jalan-jalan virtual” ke Hutan Konservasi di wilayah Leuser bersama para ranger itu.

adopsi hutan

Tepatnya hari Jumat kemarin tanggal 2 Oktober 2020 saya berkesempatan untuk menghadiri online gathering bersama 29 bloger dari 200-an jumlah bloger yang mengikuti lomba blog Hutan Itu Indonesia bersama dengan Blogger Perempuan Network (BPN). Hadir di tengah-tengah kami Mas Christian, perwakilan dari Program Adopsi Hutan, Hutan Itu Indonesia, Mas Irham (dari LSM Konservasi Leuser) serta Mbak Satya Winnie (blogger, influencer sekaligus pemerhati hutan juga).

Dibuka dengan Lagu Indonesia Raya semakin menambah keharuan saya pada program acara ini. Betapa seringnya kita menyanyikan lagu cinta tanah air, namun tak tahu bagaimana kabar tanah air. Betapa seringnya kita membanggakan kekayaan alam, namun tak setitik pun kita tahu sudut-sudut alam yang mulai tenggelam. Rusak, hancur, bersepai, lapuk, hingga lenyap.

Cerita dari Hutan

Adanya program Hutan Itu Indonesia ini untuk membangun narasi dan kampanye pada masyarakat perkotaan khususnya, dan pada masyarakat Indonesia pada umumnya. Bahwa kita harus segera melakukan sesuatu untuk hutan di Indonesia.

Tanpa dipungkiri bahwa keadaan hutan kita saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. Lagi-lagi kita harusnya tidak diam-diam saja. Harus bergerak. Salah satunya dengan tulisan, melalui data, fakta maupun opini. Karena ujung-ujungnya kita harus melakukan sesuatu, khususnya orang kota ya, yang kebanyakan tidak atau belum merasakan langsung bagaimana pentingnya hutan ini bagi kelangsungan makhluk hidup seluruhnya. Mas Christian mengatakan,

Kita yang jarang melihat langsung, bisa jadi tidak bisa mencintai hutan maka kita bisa menceritakannya, salah satunya lewat tulisan. Salah satu aksi nyata ya kampanye lewat tulisan ini.

Lewat online gathering kemarin, kami dibawa Kak Winnie dan Mas Irham jalan-jalan menyusuri hutan Leuser. Sebelum memasuki hutan, Kak Winnie, Mas Irham dan team berhenti di sebuah desa yang terdapat di Leuser ekosistem. Desanya kecil namun menyenangkan. Mungkin ada yang mengira bahwa orang Aceh itu orangnya keras, tidak mau menerima orang luar dan berbagai hal menyeramkan lainnya. Ternyata opini itu salah, dibuktikan bahwa di desa ketambe mereka ramah sekali.

desa ketambe

“Makanya saya sering kembali ke desa ini karena orang-orangnya super ramah sudah seperti keluarga.” Tutur Kak Winnie saat itu.

Selama perjalanannya menyusuri hutan yang mirip dengan hutan terlarang di serial Harry Potter itu, kak Winnie tak henti-hentinya bersyukur. Benar adanya bahwa hutan adalah berkah tersendiri dari Tuhan untuk manusia.

Kawasan konservasi Leuser masih alami dan “tak tersentuh”. Tidak heran jika saat itu Kak Winnie menemukan pohon sangat besar dengan lubang di bagian pangkalnya. Orang-orang menyebutnya Strangler Fig, salah satu pohon parasit yang tumbuh tinggi menjulang serta besarnya batang yang sangat kokoh. Jika dihitung kelilingnya dengan banyaknya jumlah orang yang berdiri di sekelilingnya, mungkin butuh puluhan orang di sana.

Strangler Fig ini disebut parasit karena dia “mencekik” pohon lain supaya bisa tumbuh tinggi, sampai pohon inangnya mati. Namun di sisi lain strangler fig ini jadi sumber makanan penting bagi banyak satwa di hutan, jadi menurut saya ngga jahat-jahat banget. Selain itu ia mendukung keseimbangan ekosistem dalam kawasan hutan ini.

Berada di hutan seperti di atas akan menyadarkan kita banyak hal. Termasuk renungan tentang bagaimana Tuhan menurunkan pandemi untuk umat manusia.

Mungkin pada masa pandemi ini kita sadar bahwa tanpa gadget, tanpa medsos di dunia, kita bisa tetap hidup. Namun tanpa hutan? Kita tidak akan bisa hidup. Tanaman, buah-buahan, udara bersih serta air bersih selalu dari hutan.

(Satya Winnie)

Negeri kita ini diberkati dengan hutan yang luar biasa. Super kaya dan beragam. Betul sekali jika ada slogan Hutan Itu Indonesia karena memang Indonesia pantas mendapatkannya.

Mengapa Adopsi Hutan?

Hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia. Indonesia juga memiliki tutupan hutan hujan  tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brazil dan Congo.  Meski demikian, Indonesia lebih memiliki keunikan ekosistem karena kondisi wilayahnya sebagai negara kepulauan.  Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau dengan garis pantai terpanjang nomor empat di dunia sejauh 95.181 km (sumber : Live Stream Hari Hutan Indonesia).

adopsi hutan

Letak Indonesia di antara benua Asia dan Australia semakin membuat lengkap keunikan keanekaragaman hayati di dalamnya. Karakteristik flora dan fauna wilayah Asia, flora fauna Australia, dan peralihan dari keduanya dapat ditemukan di Indonesia.  Ekosistem hutan mulai dari pantai sampai dengan puncak pegunungan bersalju abadi juga dapat ditemukan di Indonesia. Nah, komplit banget kan!

Keistimewaan Hutan di Indonesia tentu saja termasuk pada bagaimana ia bisa menjaga kestabilan ekosistem dan jumlah oksigen dalam udara di sekitarnya. Hal ini sangat penting bagi alam, dimana akan berdampak pada kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu semakin maraknya perusakan hutan dengan pembakaran secara disengaja, penanaman sawit, serta pembangunan adalah beberapa faktor yang membuat para pegiat lingkungan sakit hati.

Ikut sedih ketika pohon-pohon ditebang tanpa gerakan penanaman kembali. Banyak yang tidak menyadari bahwa hutan banyak memberikan penunjang kehidupan bagi manusia itu sendiri. Seperti sumber listrik yang berasal dari microhydro. Pernahkah kita berpikir bahwa listrik juga bersumber dari hutan juga? Kalau tidak ada hutan tentu saja tidak akan ada listrik. Lalu air bersih, udara yang sehat, darimana Tuhan salurkan semua itu untuk manusia?

Maka adopsi hutan Indonesia adalah salah satu aksi untuk ikut menjaga pohon tetap tegak berdiri di sana, ekosistem pun ikut terjaga. Saya pun ikut merasakan rasa “memiliki” ketika ada program adopsi hutan ini. Kecenderungan manusia, ketika ia sudah membayar sesuatu, lalu ada perasaan untuk memiliki. Dari situlah perasaan cinta pun akan tumbuh. Cinta pada sesuatu yang kita miliki.

Maka menurut saya adopsi hutan adalah cara yang cukup efektif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mulai mencintai pohon, mencintai hutan Indonesia. Tidak sembarangan merusak, tidak sembarangan menebang bahkan. Karena ia sadar bahwa menanam pohon adalah untuk melindungi. Untuk siapapun, mau anak siapapun, cucu siapapun, mari kita lestarikan lingkungan kita. Jaga hutan kita, demi anak cucu kita nanti ya 🙂

Apa Yang Bisa Kita Lakukan?

Banyak LSM yang menyuarakan tentang kampanye pentingnya pelestarian hutan. Bahkan mereka pun langsung terjun untuk itu. Aksi nyata para ranger secara sukarela tersebut tentu saja butuh banyak dukungan. Karena Pemerintah sendiri pun belum mengambil sikap serius terhadap isu-isu lingkungan seperti ini. Maka mereka membutuhkan banyak dukungan, salah satunya dari para bloger seperti kita.

kegiatan ranger LSM

Sebagai seorang bloger, kita bisa ikut melakukan aksi kok. Meskipun kita hanya bisa memberi bantuan kecil seperti adopsi hutan dan menulis cerita-cerita positif yang terkait dengan lingkungan dan hutan kita. Semakin banyak yang menulis, maka akan semakin banyak pula informasi yang sampai di masyarakat terkait dengan adopsi hutan dan kondisi hutan kita saat ini. Kalaupun tidak bisa mengikuti aksi kecil itu, masyarakat minimal punya rasa cinta pada hutannya sendiri, Hutan Indonesia.

Jika sebelumnya saya hanya mengetahui lewat bacaan tentang kondisi hutan dan bagaimana adopsi hutan itu, melalui online gathering kemarin saya jadi lebih banyak mendengar, melihat dan berdiskusi secara langsung dengan praktisinya. Rasa sayang pada hutan Indonesia pun semakin tumbuh dan menguatkan saya untuk terus menulis tentang kebaikan, termasuk kampanye adopsi hutan ini. Saya berpikir, kalau tulisan saya untuk saat ini tidak banyak dibaca, tidak banyak juga mengetuk hati banyak orang, kelak mudah-mudahan bisa menjadi bacaan serta mengetuk pintu hati anak, cucu, dan cicit dari generasi kita saat ini.

Hutan, nyanyikan lagu senandung kesejukan
Sumber merdu suara kicauan
Tempat bunga-bunga bermekaran
Memberi sangkar para musafir liar
Hutan hamparkan jutaan nikmat
Dari yang cair sampai yang padat
Isikan kekosongan perut umat
Ciptakan lingkaran himat
Hutan semburkan kesegaran dan cinta
Imbuhkan kenyamanan kehidupan
Tebarkan harmoni alam
Wujudkan banyak harapan
Hutan peneduh langkah umat
Payungi panas dan hujan
Perangi tentara polutan
Dan bukti kebesaran tuhan
(Tim Sastra Majalah Hutan, 2019)
Salam lestari, yuk ikut adopsi hutan!