Ketika kemarin saya mengikuti sesi sharing dalam gathering online bersama Eco Blogger Squad dan @pantaugambut, ada orang yang bertanya tentang ‘Apa sih Ekosistem Gambut itu?’, ‘Sejujurnya aku ngga ngerti apa fungsinya gambut itu?’
Ya, beberapa akun mengatakan demikian. Wajar sih, karena saya pun tidak akan tahu dengan detail fungsi ekosistem gambut kalau tidak mengikuti gathering bareng teman-teman Eco Blogger Squad dan narasumber lainnya. Jadi memang masih banyak lho orang-orang yang belum teredukasi dengan baik tentang ekosistem gambut ini.
Saya merasa, inilah saatnya blogger turun aksi untuk ikut membantu mengedukasi masyarakat, khususnya inner circle kita sendiri deh agar mereka paham dan tahu pentingnya pengelolaan ekosistem gambut untuk kelangsungan makhluk hidup di dunia ini.
Hadir bersama kami, Ibu Dr. Herliana Agustin (Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran) dan juga Ola Abbas (Koordinator Nasional Pantau Gambut) dan memberikan pengetahuan pada saya tentang ekosistem gambut. Mulai dari fungsi lindung ekosistem gambut sampai bagaimana kita menjaga kelestarian biodiversitas Indonesia melalui pemulihan ekosistem gambut.
Menjaga Kelestarian Biodiversitas Indonesia
Berbicara tentang menjaga kawasan gambut, kita tak bisa lepas juga dari pembicaraan tentang menjaga kelestarian biodiversitas Indonesia. Ada begitu banyak jenis spesies flora maupun fauna yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana Indonesia termasuk ke dalam pemasok terbesar satwa liar di Asia. Monyet untuk vaksin contohnya. Pemasok terbesarnya dimana? Negara kita, Indonesia.
Indonesia juga termasuk ke dalam 10 besar negara mega diversities dan 1,3% luasnya di dunia. 12% jenis mamalia dari dunia ini, ada di Indonesia. Menyusul sebanyak 7,3% spesies dari seluruh amfibi dan reptil di dunia ini juga ada di Indonesia. Lalu 17% spesies burung yang ada di dunia juga menghuni hutan-hutan di Indonesia.
Namun ancaman keanekaragaman hayati di Indonesia itu juga menunjukkan bahwa Indonesia juga negara kedua tercepat dalam laju kepunahan dunia setelah Meksiko.
Belum ditambah lagi dengan tingkat penyelundupan satwa liar termasuk yang tertinggi ke-4 dunia setelah human trafficking, weapon trafficking, drugs trafficking.
Adanya ancaman itu sehingga muncullah prediksi bahwa
50 persen spesies akan punah pada 2100, bahkan sebelumnya
Bisa lebih cepat tergantung bagaimana manusia mengendalikan laju perubahan iklim yang terjadi di bumi ini. Teman-teman masih ingat bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi biodeiversitas di bumi kita? Mulai dari perubahan perilaku satwa, kerentanan pada reproduksi satwa, mematikan terumbu kerang hingga ancaman ekosistem.
Pemicu utamanya tak lain dan tak bukan adalah adanya deforestasi berupa alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambahan, perumahan, atau wisata. Ditambah lagi saat ini alih fungsi kawasan gambut yang dapat merusak ekosistem yang ada di sana.
Terancamnya Satwa di Kawasan Gambut
Teman-teman perlu tahu bahwa luas gambut Indonesia adalah terbesar kedua di dunia. Luasnya mencapai 22,5 juta hektare (ha). Keberadaan gambut tersebut memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai penyimpan 30 persen karbon dunia yang juga memengaruhi perubahan iklim di bumi ini.
Kawasan gambut adalah kawasan dengan ekosistem yang sangat kaya. Hampir semua keluarga dari kerajaan Animalia ada di sana. Ngerinya, diceritakan dalam online gathering bahwa satwa-satwa tersebut tengah dalam ancaman.
Mereka terancam karena perburuan, perdagangan, satwa invasi dan juga tak lepas dari adanya rekayasa genetika.
Kasus dilegalkannya perburuan tanpa batasan akan berdampak pada manusia juga pada akhirnya. Manusia akan menghadapi rantai makanan yang rusak atau ketidakseimbangan ekosistem karena adanya perburuan itu. Belum lagi jika satwa-satwa tersebut dijual atau diperdagangkan hingga menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.
Dicontohkan pada sesi webinar kemarin, adanya satwa invasi juga telah merusak ekosistem gambut. Satwa invasi ini maksudnya masuknya satwa asing ke Indonesia dan dia lepas ke alam dan akhirnya mengancam satwa endemik yang kita miliki.
Misalnya saja kasus lepasnya ular Amerika yang bisanya sangat mematikan dan tidak ada penawarnya di Indonesia. Jika ini lepas ke alam, tentu saja ini akan menjadi ancaman bukan? Dan masih banyak lagi satwa-satwa asing yang mengancam satwa endemik milik kita. Tidak seharusnya satwa ini berada di tempat yang bukan habitatnya.
Belum lagi kasus ular albinon hasil rekayasa genetika yang akan membahayakan ular itu sendiri begitu lepas di alam. Ular albino tidak bisa berkamuflase, ia hanya akan menjadi santapan predator tanpa ampun dan merusak ekosistem kita nantinya.
Masih ada lagi tentang foto-foto satwa yang terkepung oleh api karena adanya kebakaran hutan yang disengaja. Ada monyet ekor panjang yang mati karena terkepung oleh api. Begitu juga dengan binatang lainnya seperti rusa, piton, ular, bekantan, hingga beruang yang terbakar karena adanya pengeringan lahan gambut.
Hambatan yang Dihadapi
Hambatan yang kita hadapi dalam usaha untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut ini tentu tidak mudah. Ada banyak hal yang menjadi hambatan dan tidak bisa begitu saja bisa dihilangkan.
Karena hambatan itu bisa jadi berupa :
- Persepsi dan pemahaman yang salah tentang konservasi.
Misalnya ketika banyak public figure atau influencer yang banyak memelihara satwa dilindungi dengan dalih karena mencintai satwa tersebut. Ada yang memelihara monyet, macan, bahkan singa.
Padahal mencintai bukan berarti memeliharanya. Sehingga mereka harus kehilangan insting atau naluri yang seharusnya ada.
- Kurangnya pemahaman mengenai satwa liar dan satwa domestik
Seperti yang telah saya sampaikan pada paragraf sebelumnya bahwa adanya satwa invasi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak paham mengenai satwa liar dan satwa domestik.
Saya pernah melihat channel Youtube seorang influencer yang mendatangkan satwa asing ke Indonesia untuk dipelihara. Saya jadi ngga kebayang sih bagaimana kalau dia nanti lepas. Apakah dia bisa bertahan atau justru dapat menghabisi satwa endemik yang ada di hutan kita?
- Kurangnya pengetahuan mengenai ekosistem secara keseluruhan
Kurangnya pengetahuan tentang ekosistem, khususnya ekosistem gambut maka secara otomatis juga akan berdampak pada edukasi pada masyarakat tentang lahan gambut itu sendiri.
Mengenal Ekosistem Gambut dan Restorasi Gambut
Disampaikan dalam sesi gathering online bersama Eco Blogger Squad kemarin oleh kak Ola Abbas bahwa gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan dan lumut, juga jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.
Karakteristik gambut yang ideal adalah basah dan mengandung banyak karbon di bawahnya. Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.
Diantara ciri-ciri lahan gambut disampaikan juga oleh Kak Ola Abbas dalam kesempatan gathering online kemarin :
Adanya konversi gambut inilah yang mendorong adanya restorasi gambut hingga kita dapat mengembalikan fungsi ekologi ekosistem gambut yang punya banyak manfaat ini.
Perlu teman-teman ketahui, konversi gambut adalah alih fungsi lahan gambut yang merupakan perubahan fungsi dari lahan gambut. Konversi gambut tersebut pada umumnya, tidak sesuai dengan fungsi awal lahan gambut sebagai penyeimbang ekosistem sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itulah lahan tersebut membutuhkan restorasi.
Dilansir dari website pantau gambut, restorasi gambut adalah proses panjang untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari lahan gambut yang terdegradasi. Restorasi ekosistem gambut dilakukan dengan menjaga kandungan air di dalamnya.
Oleh sebab itu, Badan Restorasi Gambut (BRG) mengupayakan restorasi melalui pendekatan 3R: rewetting atau pembasahan gambut, revegetasi atau penanaman ulang, serta revitalisasi sumber mata pencaharian.
Lahan Gambut di Indonesia
Dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia, 13%-15% terdapat di lahan gambut Indonesia, yaitu 35-40 ribu spesies pohon tinggi.
Selain itu, terdapat 35 spesies mamalia, 150 spesies burung, dan 34 spesies ikan di lahan gambut. Beberapa fauna merupakan spesies endemik dan dilindungi International Union for Conservation of Nature (IUNC) yang masuk ke dalam Red List IUNC, seperti buaya senyulong, langur, orang utan, harimau Sumatera, beruang madu, dan macan dahan.
Lahan gambut Indonesia bernilai penting bagi dunia, karena menyimpan setidaknya 53-60 miliar ton karbon, membuat kawasan ini sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon.
Luas lahan gambut di Indonesia belum dapat dipastikan.
- Pada 1992, penelitian Pusat Penelitian Tanah Bogor menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
- Pada 2005, Wetlands International memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
- Sementara pada 2011, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 14,9 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
Manfaat Lahan Gambut untuk Ekosistem
Beberapa fungsi ekosistem gambut yang dipaparakan oleh kak Ola Abbas sebagai berikut :
1. Mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau
Daya serapnya yang tinggi membuat gambut berfungsi sebagai tandon air. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850 persen dari bobot keringnya. Selain itu, gambut yang terdekomposisi juga mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya.
2. Menunjang perekonomian masyarakat lokal
Berbagai tanaman dan hewan yang habitatnya di lahan gambut dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat sekitar gambut.
3. Habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati
Berbagai macam flora dan fauna dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut. Beberapa jenis flora sangat berguna bagi masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di lahan gambut berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.
4. Lahan gambut menjaga perubahan iklim
Gambut menyimpan cadangan karbon yang besar sehingga ketika lahan gambut Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu, dikeringkan atau mengalami alih fungsi, simpanan karbon di dalam gambut terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.
Namun, siapa sangka saat ini ekosistem gambut kita sedang terancam?
Terancamnya Ekosistem Gambut
Pada tahun 2019, luas lahan gambut Indonesia sebesar 13,43 juta ha, turun 1,5 juta ha dibandingkan tahun 2011 yakni 14,93 juta ha.
Lahan gambut seringkali dianggap sebagai lahan terbuang yang dapat dikeringkan dan dialihfungsikan. Anggapan ini telah menjadi salah satu penyebab utama degradasi dan alih fungsi lahan gambut, terutama akibat semakin terbatasnya ketersediaan lahan mineral.
Demi kepentingan pertanian dan perkebunan, lahan gambut dikeringkan secara terus menerus untuk mencegah air kembali membanjiri gambut. Siklus surutnya dan pengeringan gambut yang terus berlangsung menjadi sumber emisi karbon yang tidak akan berhenti.
Akibatnya akan banyak terjadi bencana alam. Seperti :
- Banjir : terjadi jika fungsi hidrologis gambut hilang adalah terjadinya banjir di atas lahan gambut atau daerah aliran sungai yang dapat mengancam keberlangsungan pertanian masyarakat sekitar.
- Kebakaran : Pengeringan gambut berdampak pada tingkat kebakaran yang tinggi. Fungsi penyerapan air pada gambut yang sangat kering akan sulit dilakukan karena dalam keadaan tersebut, gambut sudah tidak berfungsi sebagai tanah dan sifatnya sama seperti kayu kering.
- Kabut Asap : Api yang menjalar ke bawah permukaan tanah menyebabkan pembakaran yang tidak menyala sehingga hanya asap putih yang tampak di atas permukaan dan menyebabkan kegiatan pemadaman kerap sulit dilakukan serta menimbulkan masalah Kesehatan bagi masyarakat sekitarnya.
- Pencemaran Tanah : Pirit adalah mineral tanah (kandungan FeS2) yang sering ditemukan di lahan rawa dan akan teroksidasi menjadi senyawa beracun dengan kandungan besi dan alumunium apabila bertemu dengan udara (oksigen).
- Terganggunya Aktivitas : Kerusakan lahan gambut menyebabkan dampak yang nyata seperti kebakaran, banjir, dan pencemaran tanah. Namun, lebih jauh lagi, pengaruh negatif kejadian-kejadian tersebut merambat pada kehidupan masyarakat.
Terjadinya bencana-bencana tersebut di atas sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi bertambah cepatnya perubahan iklim di dunia. Karena tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Selain itu juga kerusakanlahan gambut menyebabkan dampak besar bagi ekologi. Rusaknya ekosistem gambut, perlahan akan mempersempit ruang hidup satwa, punahnya tanaman-tanaman endemic gambut tropis, dan imbasnya justru akan berujung pada kehidupan masyarakat. Hilanglah keanekaragaman hayati yang kita punya.
Inilah pentingnya restorasi gambut. Sebagai bagian dari solusi yang bisa kita lakukan bersama-sama. Dengan melindungi yang masih tersisa dan memulihkan yang rusak dengan restorasi gambut.
Restorasi gambut bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan sejahterakan masyarakat. Upaya restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pembasahan, penanaman ulang, dan merevitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai generasi muda yang punya akses untuk menyebarkan kebaikan, kita perlu lho menyuarakan ini. Terlebih saya sebagai seseorang yang mengaku blogger. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan sebagai warga negara yang mencintai bangsa ini. Jika semua ambil peran masing-masing sesuai dengan kapasitasnya, saya yakin restorasi gambut bisa kita lakukan bersama-sama. Demi kehidupan yang lebih baik untuk anak cucu kita, demi semua makhluk hidup di dunia.
Akhir kata, saya mengutip apa yang telah disampaikan kak Ola Abbas dalam presentasinya kemarin :
Butuh waktu ribuan tahun untuk membentuk gambut. Namun hanya sesaat untuk merusaknya #Peatlandnotwasteland
Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menjadi sarana edukasi bagi teman-teman yang belum pernah mendengar soal ekosistem gambut dan juga bagi masyarakat pada umumnya.
referensi : presentasi Dr. Herliana Agustin (Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran) dan juga Ola Abbas (Koordinator Nasional Pantau Gambut) dalam online gathering bersama Bloggerperempuan, Hiip Indonesia dan Eco Blogger Squad.
Ikuti juga Komunitas Pertanian Sariagri yuk untuk mendukung pertanian di Indonesia.
Ngeri ya kalau lahan gambut di negara kita terus-terusan dirusak. Dulu setiap tahun selalu disibukkan dengan kabut asap karena pembakaran pada lahan gambut. Alhamdulillah beberapa tahun terakhir ini tidak banyak diberitakan lagi ya
Mungkin karena Pandemi? Hehehe
Para pembakar lahan tertahan PPKM kali ya
Semoga saja selanjutnya pemerintah bisa menghentikan aksi perusakan lahan gambut yang sangat merugikan ini ya
Langsung nyesek pas ngebayangin narasi Kakak tentang monyet ekor panjang yang terkepung api. Bahkan sampai piton, beruang. Duh sedih jadinya.
Belum lagi tentang masuknya hewan dari luar wilayah seperti ular amerika yang malah jadi predator mengerikan. Ular albino yang malah paling nggak berdaya jika dilepasliarkan.
Duh duh.
aku pernah lihat liputan orangutan di salah satu tv swasta, dan memang mereka itu dijaga banget ya mbak. Kadang miris sih, masalah kekgini harunya dinomorsatukan biar kawasan hutan kita tetap apik!
Menarik dengan istilah Satwa invasi. Aku baru kepikiran gimana hewan asing terlepas di sini dan merusak ekosistem sini. Bener deh, aku sering lihay artis/influencer/dll memelihara hewan langka asing. Kalau lepas bs merusak ekosistem lokal ya. Ngeri juga. Ada yg rekayasa genetik pula.
Inget cerita teman tentang kondisi air di daerah hutan gambut yang merah. Baru bayangkan airnya aja sudah 🙁 apalagi asapnya saat kebakaran
Rupanya kerusakan lahan gambut menyebabkan dampak besar bagi ekologi ya mbak. Salah satunya akan mempersempit ruang hidup satwa, kalau ruang gerak satwa aja udah sempit lah dia kan berontak dan mencoba mengusik kehidupan manusia. Hmm semoga itu banyak yang sadar ya, jadi jangan asal merusak lahan gambut.
Ini pelajaran apa ya dulu.. lupa-lupa ingat. Tentang pentingnya lahan gambut untuk lingkungan. Tapi ya gitu deh, pelajarannya nggak nempel, jadi setelah gede ya cenderung cuek.
Alhamdulillah diingetin sama mbak Jihan, jadi bisa lebih aware tentang masalah gambut ini.
ya Allah, aku membaca tiap ulasannya antara sedih dan kagum. sedih karena ancaman yang dihadapi oleh ibu pertiwi atas sumberdaya alamnya. kagum bahwa tanah air kita itu luarbiasa lho.
istilah hewan invasi baru aku dapati disini, ehm kenapa kok jadi pengen marah ya
aku juga gak sepakat mbak kalo ada orang yang alih-alih memelihara hewan langka yang dilindungi karena sayang padahal itu obsesi mereka saja (duh maaf jadi ngomel-ngomel).
karena benar. bahwa namanya hewan punya habitat dan itu selayaknya bayi mereka belajar dari alam disekitarnya. naj kalo di rumah atau kandang bagaimana mereka bisa tumbuh
aku insya Allah akan juga mulai menyerukan edukasi macam ini mbak jihan. terimakasih atas inspirasinya
Sedih banget kalau lihat berita kebakaran hutan, penangkapan satwa liar, pemeliharaan satwa langka. Apalagi dulu jamannya suka naik gunung, terasa banget bisa kembali ke alam. Menikmati udara segar, menemukan jejak satwa liar dan habitat flora fauna masih terjaga dengan baik.
Moga makin banyak orang yang lebih peduli lingkungan atau minimal tidak ikut merusak alam.
Aamiin.
Soalnya di berita terbaru sqja dan terakhir kali kubaca, bumi sudah mencapai titik panas yang membahayakan kehidupan kita semua sebenarnya.. Nggak kebayang kalau lahan gambut banyak yang terbakar, bisa makin panas saja duh duh
PR banget nih buat kita semua, supaya bisa menjaga kelestarian ekosistem gambut.
Sedihnya makin banyak ladang gambut yang terbakar di Indonesia, gak kebayang berapa tumbuhan dan hewan yang ikut hilang. Semoga makin banyak orang yang sadar untuk menjaga kelestarian alam Indonesia
ternyata jika dikeringkan bisa melepaskan karbon yang memperburuk pemanasan global ya, duh jika bumi semakin memanas akan semakin banyak bencana yang datang tentunya
Soal manfaat gambut ini dulu banget dengar di kelas. Ternyata isunya masih ada ya, sampe sekarang.
Bikin mawas diri dan mulai mengajak orang yang tinggal se circle sama diriku untuk rawat dengan baik lingkungan. Buat tamparan ulah kita di masa lalu ini sih ya. Mba. Makasih mbak jihan udah ingetin
Iya ya mbak. Suka masih cuek, ternyata efeknya ke lingkungan bahaya banget. Jadi sedih.
Duh, baca bagian ini,50 persen spesies akan punah pada 2100, bahkan sebelumnya, aku langsung nyesek. Yuk mulai aware ama lingkungan
baca ini tuh kayak termention ke diri sndiri, apa yg sudah dibuat buat negara untuk ngbantu lingkungan kita huhu karena buanglah sampah pd tempatnya aja emg gak cukup
kasihan satwa2 kalo lahan gambut banyak yg hilang. Padahal ada juga satwa yang mempunyai perilaku bisa melestarikan hutan.
sepenting itu ternyata lahan gambut buat kehidupan ya. tp kayanya masih sedikit yang tau tentang ini dan harus dikampanyekan terus nih biar makin banyak yang peduli.
Kalau aku sih kasihan sebenarnya kalau ada binatang yang dikurung di rumah. Alangkah lebih baik kalau binatang itu dilepas aja di hutan. Nah, kalau kita kangen sama binatangnya, ya kita tinggal datang ke hutan atau nonton di National Geographic.
Lahan gambut sekarang malah digunakan untuk yang semestinya ya mba, untuk perumahan, infastruktur bahkan lahan perkebunan baru, sedih juga liatnya
Lahan gambut sekarang malah digunakan untuk yang tidak semestinya ya mba, untuk perumahan, infastruktur bahkan lahan perkebunan baru, sedih juga liatnya
Aku kezel kalau dah baca atau nonton pesohor memelihara satwa yang mestinya tinggal di habitatanya, tanpa rasa berdosa pula. Padahal pengikutnya bisa jadi akan meniru dan dampak ketidakpedulian akan satwa beserta ekosistem tempat tinggalnya pun apasti ada.
Ulasan menarik menyoal gambut. Dan noted banget bahwa butuh waktu ribuan tahun untuk membentuk gambut. Namun hanya sesaat untuk merusaknya
Bahas gambut sama fauna kemarin itu seru. Jadi tahu banyak fungsi Gambut yang sayangnya saat ini sedang terancam. Hal kaya gini gak boleh dibiarkan ya. Kita kudu lindungi lahan gambut
lahan gambut ini paling banyak ditemukan di pulau Kalimantan ya mbak
ternyata gambut juga punya banyak potensi ya mbak
Ngeri juga kalo 50% spesies akan punah sebelum 2100. Ya mgkn kita tdk bisa hidup di tahun itu, namun anak cucu kita harus bisa melihat keanekaragaman hayati saat ini. Jangan sampai mereka hanya melihat lewat museum/bahkan hanya foto2 di internet. Penting banget nih untuk menyelamatkan lahan gambut.
Ternyata pembentukan gambut itu gak instan ya kak. Hingga ribuan tahun. Woow jadi ngeri nih karena semakin banyak lahan gambut yang rusak karena ketamakan manusia. Padahal memang gambut itu penyelamat ekosistem.
Ular albino hasil rekayasa genetika. Baru kemarin baca dua buku yang sedikit menyinggung rekayasa genetika (terbitan 2010 dan 2021). Kalau nggak tepat, hasil rekayasa genetika malah bisa mengganggu keseimbangan alam.
aku pernah dengar mengenai kebakaran lahan gambut. Ternyata banyak juga ya manfaat dari lahan gambut ini, terutama untuk membentuk ekosistem.
Ternyata banyak juga ya Mbak fungsi lahan gambut. Dengan pengetahuan positif seperti ini, mestinya pelaku industri sadar agar ga memanfaatkan lahan gambut dalam kepentingan jangka pendek. Yang kepikiran tuh terlepasnya karbon ke udara plus berkurangnya habitat flora dan fauna endemik, yang sebagian besar bisa dimanfaatkan sebagai sumber pangan masyarakat sekitar.
satwa yang dilindungi dijadiin piaraan, terutama satwa yang bukan dari negara kita, memang saya kurang sreg yang begini.
terkadang itu jadi prestise tersendiri bagi orang-orang tertentu.
Berharap banget lahan gambut yang kita punya terjaga kelesatariannya…karena kalo sampe rusak..dampaknya bakal luar biasa ya…
Sosialisasi dan edukasi seperti ini memang perlu berkelanjutan dilakukan, dan penting untuk lahan gambut kita tetap dilestarikan. Karena pasti dampaknya balik lagi ke kita dan untuk kita
Sosialisasi tentang gambut harus lebih digalakkan ya karena banyak yg ga paham tentang gambut..biasanya yg ga paham karena tinggalnya ga di area gambut dan belum pernah lihat wujud asli gambut sih ya
Indonesia nomor 4 rekor penyelundupan binatang liar? Waw! Sedih banget pastinya. Aku pernah dapat job terjemahan ternyata isinya tuh tentang penjualan monyet di Kalimantan. Sedih banget bacanya
Semoga kita bisa bergandengan tangan untuk menjaga ekosistem gambut di Indonesia. Sayang banget kalau ekosistem indonesia dan dunia terganggu dengan rusaknya gambut 🙁
pada faktanya di lapangan memang benar, di saat adanya terjadi terbakar di bawah lahan gambut pasti menjalar apinya
Namun ancaman keanekaragaman hayati di Indonesia itu juga menunjukkan bahwa Indonesia juga negara kedua tercepat dalam laju kepunahan dunia setelah Meksiko.}
wah sedih banget nih, ternyata negara kita termasuk salah saru yang memiliki laju kepunahan tertinggi
Lahan gambut, ternyata sepenting ini ya keberadaan dari lahan gambut, wajib banget berarti kita lestarikan. Tadi ngomongin soal satwa asing dan endemik, baru sadar ternyata kalau tidak pada habitatnya, satwa malah berbahaya ya. Dan juga salah banget ternyata memelihara hewan yang terancam punah dengan dalih melestarikan, yang ada malah bisa jadi bikin mereka lebih cepat punah
Kalau dibiarkan begitu saja, lahan gambut akan habis, ya. Bahaya. Karena begitu pentingnya lahan gambut untuk ekosistem di bumi kita ini.
Jangan sampai ya, ada kebakaran hutan lagi kayak tahun-tahun sebelumnya. Selain bikin polusi juga kasihan flora dan fauna yang ada di dalamnya.
Dengan segitu banyak nya manfaat dari lahan gambut, kadang suka mikir, kok tega sih orang bakar lahan gambut yang berdampak pada flora ataupun fauna yang ada disekitarnya huhu
saya tinggal sudah beberapa bulan di Kalimantan, rasanya warga sekitar banyak cerita mulai banyak binatang yanga asalnya di hutan sekarang mulai muncul di wilayah warga, mungkin akrena sudah tidak punya tempat
saya jadi terpikirkan dengan lahan gambut ini kaitannya. karena di wilayah Kalimantan kan banyak lahan gambut dan pastinya juga akan berkaitan dengan binatang-binatang itu
Paling miris sih memang terkait kebakaran hutan gambut yang setiap tahun terjadi entah itu di Sumatera maupun di Kalimantan. Apalagi kebakaran ini jelas-jelas bertujuan untuk pembukaan lahan perkebunan sawit.
Tadi pagi bareng suami dan anak, kami jalan-jalan ke daerah pesisir pantai di dekat rumah. Kaget banget pas lihat lahan gambut banyak dipakai buat bangun rumah alias berubah jadi perumahan.
Sedih deh kalo ekosistem alam rusak.. Kasian sama seluruh satwa dan tumbuhan yang seharusnya tumbuh dan tinggal di ekosistem gambut ini yaaa. Semoga kedepannya semakin banyak yang lebih care dan aware dengan ekosistem gambut ini yaaa
segitu besarnya peran lahan gambut untuk dunia, tapi kenapa masih banyak yang berbuat kerusakan? Semoga pemerintah dan aparat terkait bisa tegas ya…
Ternyata penting banget yah adanya lahan gambut gini, lha kalau lahan gambut rusak bisa menyebabkan dampak besar bagi ekologi. Setuju banget dengan usaha kita sesuai kapasitas masing2 untuk restorasi lahan gambut
Saya ngikutin blog Mba Jihan sejak lama. Mba Jihan ini sering banget konsen ke tulisan bertemakan lingkungan. Mba, apakah ada blogger khusus buat saya bisa gabung? Salut loh saya sama Mba Jihan. Soalnya saya sendiri yang alumnus kehutanan, itu gak sesering Mba Jihan nulis topik-topik lingkungan.
Alhamdulillah mba Mutia terimakasih yaa. Jujur saya jadi malu kalo dibaca mba Mutia, semoga ngga ada yang salah yaa dari tulisan saya soal lingkungan ini.
Oh iya kebetulan pas tahun kemarin banyak mengikuti lomba blog temanya lingkungan di BPN, saya dan 29 orang lainnya diemail oleh HIIP Indonesia untuk bisa tergabung dalam Eco Blogger Squad. Kami rutin bikin online gathering bertema lingkungan minimal tiga bulan sekali gitu mba mutia. Senang sekali kalau mba Mutia mungkin tahun depan bisa bergabung dengan EBS ini kalau ada openrecruitment.
Semoga dengan adanya penyebarluasan informasi seperti artikel Mbak Ji ini, jadi lebih banyak orang paham terhadap pentingnya keberadaan lahan gambut ya Mbak…
Ini persoalan kita bersama sama,dimana harus lebih menjaga ekosistem gambut.
Tak bisa dipungkiri terjadinya kebakaran lahan gambut sebenarnyaa ulah manusia, “kita” yang tanpa pikir panjang merusak alam. Semoga kita lebih serius dalam menjaga ekosistem gambut khususnya.
Wah ternyata menjaga ekosistemn gambut ini penting banget ya Mba karena fungsinya pun krusial jangan malah dibakar dengan sengaja. Salah satu caranya bisa dengan menanam pohon gambut bersama, kayak pas itu aku lihat ada salah satu organisasi yang juga mengadakan penanaman gambut.
Memang kita harus menjaga ekosistem gambut. Belum lagi dengan flora fauna disana yang kudu dijaga jugaa yak
“50 persen spesies akan punah pada 2100, bahkan sebelumnya”
Setelah baca ini dan keebtulan lihat hasil satelit dari NASA perihal Jakarta. Kok jadi ngeri ya. Nahaya nih kalau wilayah-wilayh di Indonesia semakin hari semakin berkurang lahan hijaunya
Kata guru Mİ ku, tanah gambut itu tanah paling subur katanya. Tanaman bisa tumbuh dengan mudah, indonesia punya, tanah hanya dilempar biji semangka terus kena hujan semalam seminggu aja, udah tumbuh aja si semangkanya. Betapa suburnya indonesia, tapi kalau makin banyak lahan dibuka untuk area perkebunan salah satu caranya dengan dibakar yah betapa naynyilnya tangan manusia yang padahal sudah tertulis sebagai khilafah di muka bumi