Buya Hamka pernah menuliskan perihal kehidupan manusia,

Jika hidup hanya sekedar hidup untuk bekerja, maka kera di hutan pun juga hidup dan bekerja.

Jika hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan makan, maka babi di hutan pun demikian.

Maka, jadilah manusia yang punya manfaat. Sehingga hidup tidak hanya sekedar hidup. Apalagi membawa manfaat pada sesama akan memberikan kebahagiaan pada diri kita. Jadi, tidak akan ada ruginya, kok. Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh seseorang ketika saya mengikutinya dalam majelis beliau tentang hakikat kebahagiaan.

Kisah tersebut dimulai dari seorang kaya raya yang ditanya oleh temannya, “Apa yang membuatmu bahagia?” lalu dijawablah pertanyaan itu, “Bahagia adalah ketika aku bisa membeli barang mewah yang kuinginkan.”

Lalu ketika keinginan tersebut sudah terpenuhi, makna bahagianya kini berubah. Selama beberapa waktu setelah ia berhasil membeli barang mewah sesuai keinginannya, ia pun merasa bosan. Kebahagiaan yang dirasakannya ternyata hanya sementara saja.

Seorang temannya pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Jawabannya pun berubah menjadi :

“Bahagia adalah ketika aku bisa mengoleksi barang-barang mewah dan antik.” Tuturnya.

Tak lama kemudian, keinginannya untuk bisa mengoleksi barang-barang mewah itu pun terpenuhi. Kali ini ia pikir kebahagiaannya akan bertahan lama. Namun, ternyata dirinya salah. Kebahagiaan itu masih saja tidak bisa bertahan lama dalam hatinya. Hakikat kebahagiaan itu pun mengusik dirinya.

Tak lama, sahabatnya pun kembali. Kali ini tidak lagi menanyakan arti kebahagiaan versinya.

pict from : unsplash.com/@larm

“Ayo ikut aku,” ucap sahabatnya. Ia pun menurut dan mengikuti kemanapun sahabatnya pergi. Hingga mereka pun sampai di suatu tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Bangunannya mirip rumah pada umumnya, hanya saja di bagian depan nampak papan nama yang menjelaskan rumah apa yang sedang mereka singgahi.

Begitu langkah kakinya sampai di dalam rumah, ia melihat banyak anak yang tidak sempurna fisiknya. Temannya pun menjelaskan bahwa anak-anak itu butuh kursi roda. Tanpa pikir panjang, ia membeli kursi roda untuk semua anak yang membutuhkannya di rumah itu.

Setelah kursi roda datang dan dibagikan untuk setiap anak yang membutuhkan, hatinya terasa lapang. Tidak disadari, bibirnya melukis senyum di wajahnya yang tidak lagi muda. Hatinya hangat melihat senyuman anak-anak yang sedang sibuk memainkan kursi roda milik masing-masing. Gejolak di dadanya tak dapat dibendung. Ia tak pernah merasakan sensasi kebahagiaan sedemikian kuatnya.

Lalu sesaat ketika ia memutuskan untuk undur diri, seorang anak dengan kursi rodanya menghampirinya, dan memegang kaki kanannya. Ia pun berhenti dan menoleh pada anak yang menatapnya tak berkedip dan menyuguhkan senyuman paling manis yang pernah ia lihat.

“Ada apa? Apa kau butuh sesuatu lagi?” tanyanya.

Anak itu hanya menggeleng, sambil tetap tersenyum.

“Lalu? Apa kau ingin kue?” tanyanya lagi, dan dijawab dengan gelengan kepala si anak yang kian keras dibanding sebelumnya. Ia mengerutkan dahinya, bingung. Jika ia tak menginginkan apapun, mengapa ia mencengkeram kakiku begitu kuat? Tanyanya dalam hati.

“Aku hanya ingin melihat wajah Tuan. Menghapalnya. Merekamnya dalam otakku. Jadi jika nanti aku bertemu dengan Tuhanku, aku akan mengatakan bahwa orang inilah yang dulu di dunia membuatku bahagia.” Ucap Sang anak sambil tersenyum lebar.

Begitu mendengar penuturan sang anak, hatinya mendadak sangat sesak. Mendung di matanya tak lagi bisa ia tahan. Akhirnya bulir-bulir air mata berdesakan ingin keluar dari kelopaknya. Namun hatinya terasa hangat, tenang, dan tentu saja bahagia. Ternyata, inilah kebahagiaan yang selama ini ia cari dan idam-idamkan. Kebahagiaan yang mendatangkan rahmat, kebahagiaan yang membuat dirinya merasa seperti di awan, kebahagiaan yang tidak akan pernah hilang dari dalam hati dan pikirannya.

Mata sejuk anak itu terus memandangnya, seolah-olah ia tak akan melepas kepergian sang pria kaya raya.

Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Ketika kita bisa membuat orang lain di sekitar kita tersenyum merasakan manisnya bahagia. Ternyata kebahagiaan yang kita cari selama ini begitu dekat. Sangat dekat, sehingga tidak perlu lagi susah-susah mencarinya. Kebahagiaan hakiki ketika kita bisa menolong orang lain dan membuat mereka tersenyum. Salah satunya dengan memberikan sebagian kelebihan kita pada orang yang membutuhkan lewat Insan Bumi Mandiri. 

insan bumi mandiri

pict from : insanbumimandiri.org

Insan Bumi Mandiri merupakan sebuah lembaga filantropi terpercaya dan sudah diakui kredibilitasnya di Indonesia. Lembaga ini berkomitmen untuk terus bergerak membangun pedalaman Indonesia timur. Empat tahun kiprah Bumi Insan Mandiri di Indonesia dengan bantuan seluruh masyarakat yang percaya bahwa langkah kecil bersama kita semua #SahabatPedalaman, akan menciptakan Jejak Kebaikan untuk saudara-saudara kita di pedalaman. Beragam persoalan, seperti akses transportasi, infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan bisa dibenahi bersama. Empat tahun bukan waktu yang singkat, namun juga usia yang masih sangat muda. Insan Bumi Mandiri akan terus berproses menjadi lebih baik, lebih kredibel dan tentu saja lebih menyebar manfaatnya.

Banyak jejak kebaikan orang-orang hebat di pedalaman melalui Insan Bumi Mandiri. 

Yuk, jadi bagian dari kebaikan bersama Insan Bumi Mandiri. Agar saudara kita di #SahabatPedalaman bisa menyecap kebahagiaan yang juga kita rasakan. Mari kita mengukir kebahagiaan diri sendiri lewat kebahagiaan mereka yang membutuhkan. Semoga hidup kita selalu diberkahi, aamiin.

insan bumi mandiri

pict from : insanbumimandiri.org