“Hanya tujuh hari saja kok aku dibuatnya malas mengerjakan apapun, tugas kuliah terbengkalai dan seolah tak ada yang bisa membuatku bangkit kembali. Namun lama aku berpikir bahwa tidak ada gunanya seperti ini. Penghianatannya mungkin berbekas dan menjadi luka yang sewaktu-waktu bisa menjadi sakit kembali. Tapi aku tidak akan membiarkannya hidup berlama-lama dalam hidupku sebagai parasit. Don’t take revenge. Lets karma do all the work.” (1)

“Bu, tidak ada yang tidak suka Rani. Justru karena itulah aku tidak lagi bisa mengejarnya lagi kali ini. Aku minta maaf Bu, sungguh aku minta maaf. Ini cincin yang akan kuberikan padanya malam ini, aku ingin Ibu menyimpannya dulu sampai ada yang bisa menggantikan Rani di keluarga ini. Ya?” Aku berusaha menahan gurat dan nada kesedihan dalam diriku. Kuberikan kotak cincin dalam saku jasku dan meletakkannya dalam genggaman ibuku. Bagaimanapun, aku tidak ingin lagi menyimpan ini. Berjam-jam aku berpikir dalam perjalanan kesini, tidak akan ada yang bisa merubah hubungan diantara kami kali ini. Tidak akan kubiarkan hatiku membeku berlama-lama. Jika memang jodoh pasti Tuhan akan berikan jalan apapun agar dia kembali padaku. Jika tidak, hidup terus berlanjut dan akan bodoh rasanya jika aku terus berharap untuk bisa kembali padanya. Untuk yang kesekian kalinya. (2)

Kisah romance memang tidak akan pernah ada habisnya. Tidak akan pernah ada yang bosan menikmati cerita soal cinta. Namun kali ini aku menulis tentang kisah cinta yang tidak biasa. Ada belasan kisah cinta yang sengaja kusuguhkan untuk para remaja dan mereka yang akan melalui masa dewasa awal. Dua kutipan di atas adalah salah dua diantara belasan kisah cinta yang akan kusuguhkan di buku selanjutnya.

Dari belasan kisah tersebut mungkin ada yang pernah kita alami. Lalu mungkin akan muncul perasaan menyesal telah menyia-nyiakan waktu demi cinta yang membuat kita merasakan tai kucing rasa coklat. Ewh, tai ya tai aja ya kan mana bisa tai jadi rasa coklat?

Adakah yang membuatmu bangga pernah memiliki kisah cinta yang memang tidak ada yang perlu dibanggakan sebelum waktunya? Jika ada dan saat ini kamu telah menyesal, maka berbahagialah. Karena insya Allah kamu berada di jalan yang benar. Genggam erat hidayah yang sampai padamu ini hingga akhir hayat. Kenapa? Karena hidayah itu bisa terlepas darimu kapan saja, sewaktu-waktu tanpa permisi dan mengucap salam. Seperti cintamu yang hilang diam-diam, eaa.

 

 

Ada banyak sekali kisah patah hati yang akhir-akhir ini mengisi pemberitaan. Kata teman-teman millenial sih sedang marak “jagain jodoh orang”. Nah lho memangnya siapa yang nyuruh jagain? Hehe… Aduhai sungguh baik sekali mau menjaga seseorang yang belum halal baginya, belum pasti menikahinya, belum pasti akan membersamainya di kala suka dan duka. Tapi itu pun tidak bisa disalahkan, karena jatuh cinta adalah fitrah yang diberikan Allah pada manusia. Namun fitrah itu akan jadi bencana jika kita tidak menempatkannya pada posisi yang semestinya.

 

Peliknya hidup tidak akan pernah kita rasakan jika kita terus membiarkan diri sendiri untuk selalu berada di zona nyaman. Zona tanpa masalah, tanpa ambisi juga tanpa cita-cita tinggi untuk masa depan. Begitulah, hidupmu ya akan begitu-begitu saja dan akan berakhir sia-sia. Banyak remaja yang mengeluh perihal kehidupannya yang sulit. Mengerjakan PR yang tidak sudah-sudah, susah atau guru yang kerap kali bertingkah seolah dia tak pernah muda. Oh guys, come on! Hidup di luar sana akan seribu kali lebih pelik dari urusan PR atau guru yang menyebalkan. Lalu sepatutnya kamu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan padamu. Apa saja? Coba hitung mulai saat matamu terbuka di subuh hari.

 

Menghirup udara yang bersih, sehat dan membuka mata dengan sempurna tanpa gangguan ledakan bom atau bau menyengat bubuk mesiu seperti yang dialami oleh orang-orang di daerah konflik sana. Lalu apa? Sarapan sudah terhidang. Lalu kita bisa makan dengan nikmat bersama dengan orang-orang yang kita sayangi. Sedangkan orang-orang di luar sana, kadang untuk sekedar makan satu kali saja dia harus berhasil menjual sepuluh item  dari dagangannya itu. Belum lagi dengan keluarga broken home yang mungkin makan bersama saja menjadi impian mereka.

 

Begitu juga dengan kesempatan belajar di sekolah yang unggul. Tidak semua orang bisa menikmati kelapangan menuntut ilmu dengan berbagai fasilitas yang memanjakan. Oh ya, aku pernah punya teman saat menempuh studi lanjut setelah selesai strata 1. Tiap kali ke kampus dia selalu mengayuh sepedanya, dan dia tidak pernah mengeluh akan panas atau hujan. Dia juga menyempatkan untuk bekerja di sebuah Panti Asuhan agar dirinya bisa diizinkan untuk tinggal disitu hingga kuliahnya selesai. Urusan makan? Dia juga harus mampu menjual tahu goreng buatannya sendiri sekurangnya dua puluh biji, maka dia akan bisa makan siang di hari itu. Bisa dibayangkan betapa repotnya dia hanya untuk mendapatkan ilmu di bangku perkuliahan? Jika dirimu membaca paragraf ini dan tengah menikmati perkuliahan yang dirasa susah dan tugas yang tak pernah berhenti datang itu, sepatutnya beristighfar lalu bersyukur sebanyak-banyaknya karena Allah masih memberikanmu kelapangan finansial dan waktu untuk belajar.

 

Ah, kalau dihitung-hitung nikmat Allah ini memang tidak akan pernah bisa kita menghitungnya karena saking banyak dan luasnya. Lalu patutkah kita mengeluhkan kehidupan yang kita anggap sangat berat karena percintaan yang kandas, jodoh yang tak kunjung datang, atau gagalnya membina hubungan? Seperti kata Ustadz Budi Azhari, kita tidak akan pernah menjadi orang besar jika kita hanya memikirkan hal-hal remeh, menggalaukan percintaan yang itu-itu saja atau bersedih karena IPK yang turun merosot dari target. Karena orang-orang besar selalu memikirkan hal-hal besar dalam hidupnya. Hingga waktunya habis di dunia ini pun ditutup dengan memikirkan hal-hal besar yang belum atau sudah ia raih.

 

Tujuh Belas Jalan Cinta kali ini kutulis dengan harapan akan segera menyadarkan mereka dari mimpi yang melenakan. Membangunkan mereka dari angan yang tak berkesudahan. Bahwa ada banyak sekali tugas yang harus kita lakukan di dunia ini sebelum kembali ke kampung akhirat kita kelak. Apa saja itu? Beli saja nanti bukunya 😉 insya Allah.