Mendengar Konstantinopel jadi teringat dengan buku yang pernah saya baca tentang Muhammad Al Fatih. Sang penakluk sebuah kota yang hampir selama abad pertengahan menguasai seluruh Eropa. Menjadi kota terbesar dan termakmur di benua Eropa. Siapa sangka dalam masa karantina ODOP Batch 7 ini saya berkesempatan singgah dan menjadi penduduk Konstantinopel selama dua bulan ke depan. Bangga sekali bisa masuk ke gerbang kota ini di hari pertama. Mulanya masih takut-takut menyapa peserta karantina lain. Mulanya masih jaim bersama mereka. Namun ternyata untuk menjadi diri sendiri tidak butuh waktu lama. Mungkin hari kedua atau ketiga, mulai lah terlihat bagaimana ramah dan bersemangatnya penduduk di kota ini.

Pict from unsplash.com

Orang pertama yang saya kenal ketika membaca pengumuman bahwa nama Jihan masuk ke Konstantinopel adalah si Gus Udin yang bawelnya minta dikembaliin recehnya. Dulu saya dan Gus Udin sempat satu kelas di tantangan menulis di bulan Ramadan yang diadakan oleh ODOP juga. Bahkan kami juga satu team di buku antologi RWC 2019. Orang-orang berikutnya yang saya ingat adalah para PJ yang cantik dan satu yang tampan, haha…

Saya masih ingat sekali ketika PJ Mbak Dian dan Mbak Nai mengirimkan pesan berantainya lewat whatsapp bahwa saya diterima sebagai peserta karantina ODOP Batch 7. Ternyata kami bertemu lagi di Konstantinopel. Senang sekali bisa memiliki PJ yang super ramah dan ngayomi binaannya banget. Ada juga PJ Mbak Nining Ibu Kiya dan mas Ilham. Ibu Kiya yang telaten bikin kalimat sapaan yang panjang dan selalu keluar di pagi hari membawa energi baru bagi Konstantinopel untuk terus istikamah hingga karantina berakhir, Meskipun Mas Ilham jarang keluar karena kesibukannya sebagai Maba FK UNAIR saya senang bisa ketemu lagi dengannya disini. Sebelumnya bertemu di RWC 2019 juga dan sempat saling follow di instagram. Ah pokoknya saya orang beruntung dan oleh karena itu harus bersyukur karena diberi PJ seperti mereka. Luar biasa!

Berlanjut kemudian dari sesi perkenalan dengan Mbak Prajna (tiba-tiba saja ingat nama uniknya ini) yang lucu dan ternyata sama-sama suka Miiko seperti saya. Komik Miiko yang pembacanya ternyata emak-emak. Mbak Prajna yang rajin mampir ke blog saya. Bahkan ketika saya lupa untuk blogwalking ke rumah teman-teman yang lain, Mbak Prajna dan Mbak Riana ini lah yang kemudian mengingatkan saya lewat jejak mereka di blog.

Mbak Riana dan Mbak Re yang namanya mirip, kadang saya masih bingung membedakan keduanya. Yang jelas keduanya adalah wanita hebat yang berjuang lewat tulisan mereka masing-masing. Suka terharu begitu Mbak Riana atau Mbak Re sedang update tulisan mereka di blog.

Ada juga mbak Herlin yang seorang aktivis kemanusiaan. Benar-benar saya ini seperti upil di depan para perempuan muda yang menginspirasi di Konstantinopel ini. Mendadak aktivitas saya di organisasi masih belum apa-apa dibanding aktivitas Mbak Herlin. Kami tidak banyak berinteraksi, tapi lewat tulisan beliau saya banyak sekali mendapat pengetahuan baru dan ingin menjadi sahabatnya dunia akhirat. Aamiin.

Selain itu ada juga Mbak Dewi yang dibilang sesepuh ODOP yang dulu kabur dari karantina, hehe. Mbak Dewi sering membagi ilmunya di Konstantinopel. Saran dan beberapa tulisannya yang epic ini betul-betul memberikan pengalaman dan pengetahuan baru untuk bank ide selanjutnya.

Ada juga Kak Sakifah yang juga menjadi PJ. Meskipun jarang ikut nimbrung di Konstantinopel, tapi beliau aktif memberi informasi disini serta di grup besar. Nampaknya Kak Sakifah dan Mbak Dewi adalah dua dara yang munculnya hampir selalu bersamaan. Mungkinkah mereka akan membuka pendaftaran satu member baru untuk membentuk tiga diva ODOP?

Saya juga kemudian mengenal Mbak Lilis Indrawati dan Lilis Odiah. Keduanya juga saya masih sedikit bingung untuk membedakan, hehe. Yang jelas keduanya juga sangat saya kagumi. Karena di tengah kesibukan sebagai seorang Ibu dari anak-anaknya, ternyata usia beliau beliau ini jauh di atas saya. Takjubnya adalah semangatnya luar biasa. Saya berdoa dalam diam mudah-mudahan kelak di umur seperti beliau berdua ini saya masih punya semangat seperti beliau. Semangat untuk terus menulis dan membagi manfaat untuk sesama.

Melewati pekan kedua saya baru bisa meraba-raba mana yang Mbak Vera, Mbak Sari, Mbak Fitri, Mbak Rahayu, Mbak Lasmi, dan Mbak Karis. Yang jelas saya senang bisa berkenalan dengan semua penghuni Konstantinopel. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dibanding memiliki teman-teman satu frekuensi yang saling menyemangati dan menyuburkan apa yang kita tanam masing-masing. Semua saling mendukung. Semua saling berkunjung ke rumah masing-masing untuk menjalin keakraban. Syukur tiada henti pada Allah karena telah mempertemukan saya yang tak berilmu ini dengan mereka yang sudah banyak pengalamannya. Menyesal kenapa saya tidak bertemu mereka sepuluh tahun yang lalu? Hehehe…

Mbak-mbak Konstantinopel, percayalah jika ada sesuatu yang membuat saya bersemangat di pagi hari adalah karena membaca pesan kalian semua satu persatu. Semangat dan inspirasi kalian semua sungguh mewarnai rutinitas saya sehari-hari. Atas izin Allah lah saya bisa berjalan sejauh ini menjelajah Konstantinopel dan beberapa kota lain bersama kalian. Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa sumber semangat dan bank ide saya adalah Mbak-Mbak dan dua mas yang ada di Konstantinopel ini. Mudah-mudahan kita bisa dipertemukan hingga akhir masa karantina. Lengkap dengan semua personil yang sudah kita pertahankan hingga saat ini.

Yuk ya, semangat ya!

Without wax, Jihan.