Menulis bagi saya bagai melepas penat setelah seharian bergelut dengan pekerjaan yang membosankan. Menulis juga seperti self healing bagi saya yang mudah berubah moodnya. Meski sempat hiatus beberapa tahun karena sok sibuk dengan padatnya jadwal kuliah dan praktikum, namun akhirnya kembali juga pada aktivitas yang sejak kecil membuat saya bahagia.

Tahun 2017 saya mulai aktif lagi, meskipun hanya menulis curhatan pribadi lewat tumblr. Lalu ketika bergabung dengan komunitas membaca One Week One Book di awal tahun 2018, akhirnya saya mulai rutin untuk menulis. Minimal menulis ulasan buku yang sudah selesai dibaca. Lalu bertemu dengan sebuah komunitas menulis berbayar dan menerbitkan karya perdana saya dalam bentuk cetak. Karya pertama yang berhasil saya jual kurang lebih sebanyak 100 eksemplar. Sebuah pencapaian yang mungkin sedikit di mata orang lain, namun bagi saya karya perdana tersebut sangat berarti sehingga ada 100 orang yang membaca karya saya dalam bentuk cetak adalah suatu hal yang sangat membahagiakan. Bahagianya melebihi dapat surat cinta dari gebetan.

Tak lama seorang teman menyarankan saya untuk ikut ODOP (One Day One Post) yang saat itu tengah Open Recruitment Batch 7. Sebelumnya sempat ragu untuk bergabung, tapi Mbak Silvana, teman senasib sepenanggungan di OWOB terus memotivasi saya untuk ikut. Thanks ya Mbak Silv <3

Saat dihubungi oleh Mbak Dian Fajar dan Mbak Naila yang ternyata menjadi PJ saya di Konstantinopel, saya senang sekali. Memasuki ODOP seperti melihat gerbang kehidupan baru yang nanti akan menemani saya menulis. Tidak seperti komunitas menulis lain, di ODOP semuanya GRATIS. Ulang lagi ya, GRATIS! Hehe…

Jika komunitas menulis lain harus membayar untuk mendapatkan materi, di ODOP tidak. Namun bukan hanya itu saja yang membedakan ODOP dengan yang lain, tapi keseriusan para PJ mengatur segala aktivitas dalam grup ODOP patut mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya. Mereka tidak hanya mengorbankan waktu luang dan produktifnya untuk orang lain, tapi juga memberikan motivasi pada pesertanya untuk terus tetap menulis. Semua itu mereka berikan tanpa mengharap imbalan apapun. Mudah-mudahan Allah mencatat segala jerih payah para PJ ODOP dengan pahala yang terus mengalir, amal jariyah yang kelak mampu memberi pertolongan di hari akhir. Aamiin.

Belum lagi suasana keakraban yang terus dikondisikan di ODOP. Kami tidak bersaing, tidak juga sedang berkompetisi. Justru ODOP adalah wadah bagi kami untuk saling mengisi. Saya pun tidak merasakan minder seperti di grup menulis lain. Meskipun kompetisi memang penting, namun ODOP tidak mementingkan siapa yang jadi nomor satu. Namun bagaimana kita bisa konsisten dan saling menghormati sesama anggota. Selama mengikuti masa karantina delapan pekan ini saya mendapatkan banyak ilmu, banyak teman, dan juga banyak pengalaman. Terima kasih tak terhingga untuk komunitas ini. Semoga saya bisa menjadi bagian di dalamnya.

Meskipun ada satu saja yang mengganjal perasaan saya tentang bagi-bagi ebook ilegal. Mudah-mudahan gerakan literasi ODOP tidak hanya berhenti dalam etika kepenulisan, tapi juga bagaimana moral kita sebagai manusia untuk menghargai karya penulis lain dengan tidak membaca dan membagikan e-book ilegal. ODOP adalah wadah para calon penulis, akan sangat menyakitkan jika Andrea Hirata, Eka Kurniawan atau penulis lain tahu bahwa wadah ini ternyata tidak menindak tegas atau memberikan teguran pada anggotanya yang melakukan sharing ebook ilegal. Mari kita menghargai karya kita sendiri dengan terlebih dahulu menghargai karya orang lain. Semoga satu pesan saya untuk ODOP ini bisa menjadi pertimbangan dan menjadikan ODOP hunian yang lebih baik lagi. I Love you ODOP

Saya juga berterima kasih pada Mbak Nining, Mbak Dian Fajar dan Mbak Naila serta mas Ilham yang selalu jadi motivator di kelas, Mbak Silvana, PJ Oprec Kak Sakifah, Mas Lutfi, serta PJ PJ lain yang tak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Sungguh izinkan saya menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya, menaruh hormat serta mendoakan yang terbaik untuk kalian. Serta terima kasih atas sambutan hangatnya keluarga Konstantinopel yang akan sangat saya rindukan, begitu juga dengan penghuni negara-negara lain di Tokyo, Nottingham, London, Sapporo, Kairo, dan negara-negara lain yang belum bisa saya sebutkan satu persatu.

Selamat menanti pengumuman yang membahagiakan. Semoga bisa bertemu lagi di grup besar sebagai pemenang sekaligus penakluk selama delapan pekan ini. Selamat untuk kita semua yang sudah mampu konsisten menulis selama delapan pekan berturut-turut.