Parenting 4.0 adalah satu judul buku karya R.D. Asti yang saya dapatkan saat flash sale bulan Desember 2020 lalu. Ada banyak hal yang mengusik saya sejak memiliki bayi di tahun 2019. Mulai dari bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak dengan benar hingga mau seperti apa gaya pengasuhan saya nanti? Akan jadi apa anak saya nanti ketika dunia sudah tidak baik-baik saja seperti saat ini? Akankah dunia berubah menjadi lebih baik? Ataukah kami hanya mewariskan problematika yang tak berkesudahan karena tak bisa terselesaikan?

Anak-anak hidup di masa yang berbeda, tetapi imbalan berupa perasaan bahagia dan sukses di tempat kerja juga imbalan yang akan kita dapatkan sebagai orangtua. Ketika gen Z memasuki dunia kerja nantinya, kita dapat berbagi pengetahuan dengan mereka. Mengenali perbedaan generasi dan membantu mereka menetapkan tujuan hidup yang dapat dicapai dan dibanggakan oleh generasi Z 

parenting 4.0

Sebagai orangtua mungkin kita memiliki gagasan sendiri tentang masalah yang dihadapi setiap anak. Tetapi tentu saja kita juga harus mencoba untuk tidak terlalu bergantung pada pengalaman kita sendiri ketika dididik oleh ibu dan ayah di zamannya. Gen Z tidak menikmati anekdot kuno, seperti ngga ilok kalau kata orang Jawa. Namun mereka menginginkan jawaban yang berarti bagi realitas mereka sendiri dan itu berarti menerima bahwa rintangan generasi Z tidak mencerminkan kita sebagai orangtua.

Pada buku Parenting 4.0 ini saya menyadari bahwa anak kita saat ini memang hidup di dunia yang serba instant, dituntut cepat dan tepat. Jadi pendidikan konservatif yang masih saya dapati dahulu tentu saja akan sangat membosankan bagi mereka yang sudah terbiasa mendapatkan informasi dengan cepat melalui ponsel pintar masing-masing. Mereka sudah tahu banyak soal teorinya.

Parenting 4.0 Usaha Orangtua Membesarkan Gen Z

Terlepas dari kenyataan bahwa anak-anak selalu membuat orangtua saat ini susah tidur dan menambah uban karena stres, gen Z tidak tumbuh secepat anak-anak tahun 1980-an dan 90-an. Parenting 4.0 memberikan fakta, teori, data serta realita yang kita hadapi sebagai orangtua saat ini. Saya jadi tahu bagaimana karakter Gen Z dan memaklumi mereka.

Ketika mereka masuk ke dunia orang dewasa, gen Z tidak akan bergerak atau berinisiatif kecuali ibu dan ayahnya membimbing mereka mengambil peluang untuk mengembangkan sayap. Gen Z memang memiliki karakter harus didorong dari sarang dengan penuh cinta dan pandangan ke masa depan mereka.

usaha orangtua membesarkan gen Z

Bagaimana jika kelak si bayi Isya saya sudah beranjak menjadi anak gadis remaja kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa. Harapan saya tidak muluk-muluk sebenarnya, Isya bisa menjadi anak shalihah dan bahagia selalu. Itu saja. Namun tak mudah kan membuat anak menjadi shalihah, baik dan bahagia menurut versinya. Setidaknya ada empat hal yang saya dapatkan dari buku Parenting 4.0 ini tentang bagaimana membesarkan generasi Z dengan prinsip :

1. Parenting 4.0 : Setiap Anak Layak Mendapat Bimbingan

Generasi Z mungkin berperilaku dengan cara berbeda, namun mereka mempertahankan kebutuhan manusia yang sama dengan yang kita semua lakukan di usia mereka. Persyaratan besar bagi mereka adalah memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi minat mereka, terutama yang dapat mengarah ke jalur karir yang diinginkan.

2. Generasi Z Mampu Mengambil Lebih Banyak Tanggung Jawab

Meskipun Gen Z tidak begitu akrab seperti kakak-kakak millenialnya, dalam buku Parenting 4.0 ini disebutkan bahwa mereka menjalani kehidupan yang agak terlindung. Orangtua, yang dipenuhi rasa khawatir bahwa dunia itu berbahaya, telah menanamkan pada anak-anak mereka keinginan untuk bermain dengan aman. Tentu saja, ini positif ketika mempertimbangkan bahwa generasi Z mampu mengatakan TIDAK pada narkoba, tetapi di sisi lain, orangtua menghilangkan tanggung jawab orang dewasa dari dunia anak.

Parenting 4.0 ini memberikan solusinya bahwa semestinya kita memperkenalkan tugas baru secara sistematis kepada anak-anak praremaja dan remaja. Seperti meminta mereka untuk menelepon layanan pesan antar dari satu restoran, daripada menggunakan aplikasi pesan makanan online. Selain itu, bisa juga dengan menegosiasikan kesepakatan tentang barang yang ingin dibeli. Tugas-tugasnya mungkin tidak tampak seperti mengubah dunia, tetapi memiliki efek kumulatif pada kemampuan anak untuk mengembangkan lifeskill nya serta bagaimana menggunakan akal sehatnya.

3. Parenting 4.0 tidak Memblokade Akses Anak ke Teknologi

Kadang karena terlalu khawatir sebagai orangtua, kita jadi sering melarang apapun ada di gawai mereka. Orangtua menghapus semua teknologi ketika si anak tidak terlibat dalam percakapan sederhana. Hal ini secara tersirat benar saja, tetapi sungguh tidak realistis dan juga tidak bermanfaat.

Studi menunjukkan bahwa akses teknologi selama satu atau dua jam sehari, termasuk game, tidak akan merusak pikiran anak-anak. Namun jika lebih dari itu, barulah menjadi masalah.

Daripada mengancam Gen Z agar tidak menggunakan ponsel, berikan mereka kegiatan yang membutuhkan perhatian penuh, seperti olahraga misalnya.

Gagasan ini tidak menyangkal keberadaan teknologi, tetapi bisa mengajarkan anak-anak untuk menggunakannya dengan cara yang benar. Mereka juga akan belajar bagaimana memanfaatkan waktu sehingga tidak melulu terikat pada gadget.

4. Gen Z Berhak Merasakan Kegagalan untuk Memahami Kesuksesan

Semua orangtua pasti ingin melindungi anak-anaknya dari kesulitan, kegagalan. Namun perlu kita tahu bahwa kegagalan adalah pelajaran yang berharga. Ibu dan Ayah Millenial cenderung memainkan peran sebagai “orangtua helikopter” (bagaimana orangtua helikopter silakan baca bukunya ya), memback-up putra dan putri mereka dari tekanan sosial dan emosional. Padahal hal ini merugikan anak-anak mereka. Anak-anak generasi Z memang harus pernah belajar gagal secara benar.

Anak-anak generasi Z ini bersifat pragmatis dan praktis. Mereka memahami konsep menang dan kalah. Pada saat yang sama, mereka mungkin masih terlalu mengandalkan orangtua untuk menyelamatkan mereka ketika melakukan kesalahan. Kita sebagai orangtua mungkin tidak suka melihat anak mengalami kegagalan, tapi belajar untuk bangkit sendiri dapat membuat mereka lebih tangguh 🙂

Harapan untuk Generasi Z

Generasi Z harus menjadi lebih baik, lebih pintar dan lebih mampu daripada generasi-generasi sebelumnya. Sebagai orangtua, kitalah yang bertanggungjawab untuk mendorong kemajuan dalam pendidikan mereka dan bagaimana gen Z bersosialisasi dengan masyarakat. Serta menerapkan harapan yang sama pada generasi muda yang akan selalu berintegrasi dengan teknologi ini. Saya yakin generasi Z akan mampu membuat dunia menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Saya yakin mereka memiliki ide-ide kreatif untuk pembangunan bangsa, asal mereka diasuh dan dididik dengan pola yang baik dan benar 🙂

buku parenting 4.0

Identitas Buku :
Parenting 4.0 Mendidik Anak di Era Digital
oleh R.D Asti
Penerbit Caesar Media Pustaka, 176 halaman
ISBN 978-602-5964-11-4