Penyuluh Teladan di lingkungan Kementerian Agama RI ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme penyuluh. Ada banyak hal yang ingin saya ceritakan dalam perjalanan mencapai nominasi 3 besar Penyuluh Teladan Jawa Timur. Mudah-mudahan bisa diambil hikmahnya ya. Karena biasanya orang hanya melihat bagaimana saya bisa meraih juara, tanpa tahu bagaimana terjalnya jalan menuju ke sana.

Penyuluh Teladan 2018

Sebelum mencapai hasil yang menurut saya sudah memuaskan dengan persiapan yang singkat, saya sudah pernah terpilih menjadi Penyuluh Teladan Agama Islam tingkat Kota Malang yang menaungi 5 kecamatan di tahun 2018. Sejak saya bergabung menjadi penyuluh di tahun 2017, saya termasuk penyuluh dengan usia yang paling muda saat itu. Efeknya, saya harus mengikuti ritme penyuluh-penyuluh senior yang memiliki jam terbang lebih tinggi. Saya selalu bersemangat mengikuti kegiatan dan arahan dari penyuluh senior. Saat itu, apa saja saya tawarkan untuk dikerjakan. Kenapa? Karena saya hanya ingin mengambil pelajaran dari pengalaman secepat yang saya bisa.

Sebelum terpilih menjadi Penyuluh Teladan 2018 di tingkat Kota Malang, kami melakukan pemberkasan terlebih dahulu untuk melengkapi syarat administrasi. Setelah diputuskan menjadi Penyuluh Teladan, berkas porto folio dan video aktivitas yang diminta pun dikirimkan ke tingkat provinsi. Hasilnya? Alhamdulillah saya masuk nominasi 18 kota dari 32 kota/kabupaten di Jawa Timur yang dipanggil untuk melakukan presentasi di depan juri provinsi.

penyuluh teladan 2018

berpose sebelum presentasi di Hotel Quds, Ampel, Surabaya

Saat itu saya belum bisa meraba, apa dan bagaimana Penyuluh Teladan di tingkat provinsi dilaksanakan. Melihat beberapa tahun ke belakang, tidak ada teman satu team yang bisa berbagi mengenai kondisi di sana. Berbekal doa dan harapan menjadi yang terbaik, akhirnya saya gagal masuk 3 besar finalis untuk bisa maju ke tingkat nasional. Saya menjadikan pengalaman pertama mengikuti penyuluh teladan sebagai pengalaman yang sangat berharga, sambil berbenah diri bahwa tidak cukup hanya memiliki inovasi dan teori yang baik. Namun saya juga harus punya sesuatu yang bisa diberikan untuk masyarakat, untuk ummat.

Insecure di tahun 2019 dan 2020

Sejak saya dianugerahi Isya, saya menjadi pegawai yang “tidak ingin menonjolkan diri” seperti tahun 2018 lalu. Maksudnya saya tidak ingin punya prestasi apa-apa. Jangan ditiru ya, ini salah, hehehe. Saya menganggap setiap kemajuan yang saya raih, berarti satu langkah mundur untuk anak semata wayang saya. Meskipun banyak orang yang meyakinkan bahwa Isya pasti baik-baik saja kalau saya banyak meninggalkannya. Namun hati saya tetap tidak tenang. Akhirnya saya memilih untuk mengurangi aktivitas sejenak agar anak saya tidak menghabiskan hari-harinya di daycare.

Maka di tahun 2019 ketika senior mempromosikan saya untuk maju kembali menjadi penyuluh teladan, saya menolaknya. Saat itu memang tidak memungkinkan melihat umur Isya yang masih bayi, belum ada 6 bulan. Namun di tahun 2020, takdir membawa saya menjadi Penyuluh Teladan Kota Malang lagi. Melalui verifikasi dan wawancara di tingkat Kota, saya terpilih kembali. Entah bagaimana perasaan saya saat itu, antara bersyukur dan khawatir.

Khawatir karena kalau sudah menang di tingkat kota, otomatis akan maju ke tingkat provinsi. Artinya, saya harus meninggalkan Isya (lagi) untuk menginap beberapa hari. Melihat seleksi Penyuluh Teladan di Tingkat Provinsi sangat ketat, dilaksanakan selama 2 hari 1 malam dengan jadwal yang sangat padat, nyaris hanya punya waktu istirahat di malam hari saja. Maka saya tidak mungkin membawa Isya ikut serta.

Namun pemilihan penyuluh teladan kali ini ternyata berbeda. Menghadirkan juri dari Kantor Wilayah Provinsi dan Kelompok Kerja Penyuluh Provinsi Jawa Timur di masa pandemi, kami harus mempersingkat acara. Bahagia betul mendengar kabar bahwa kami tidak menghabiskan banyak waktu di kantor dan di tempat penjurian jika lolos ke tingkat provinsi kelak.

Masa pandemi yang membawa banyak pelajaran bagi keluarga kecil saya. Mulai dari masa karantina suami yang begitu panjang karena hasil swab yang tak kunjung berbuah negatif, sampai ketika Allah mengenyahkan segala hal yang mengganggu pikiran saya selama ini. Bahwa anak saya bukanlah penghambat karir pekerjaan. Ia adalah anugrah, sekaligus berkah yang dihadirkan Allah dalam kehidupan saya.

Buktinya, ketika pagi tadi, 22 Oktober 2020 saya berangkat ke Surabaya untuk mengikuti sesi wawancara memperebutkan 3 besar, Isya sangat kooperatif dan sangat membantu menjaga kestabilan mood saya. Tidak ada yang saya pelajari saat malam keberangkatan, hanya power point yang saya kerjakan di sela-sela mengasuh Isya yang super aktif, juga video yang sudah dieditkan suami. Bahkan untuk mempelajari kembali Karya Tulis saya pun tidak sempat. Ketika mau belajar, eh udah jam 11 malam aja. Padahal besok harus berangkat pukul setengah lima pagi karena saya mendapat kesempatan pertama untuk presentasi pada jam 7 pagi.

Suami rela mengajukan cuti hanya untuk mengantar saya pagi itu. Pukul setengah 4 saya bangun, menyiapkan masakan untuk sarapan sebelum berangkat juga bersih diri. Hingga akhirnya saya dan bu Elvi (mewakili Penyuluh Teladan PNS Kota Malang), berhasil berangkat pukul 5 pagi. Isya saya gendong dari tempat tidur karena biasanya dia bangun jam 6 atau 7 pagi. Alhamdulillah, selama perjalanan Isya tidur dan tidak rewel sama sekali.

Sempat deg-degkan karena baru pertama kalinya Isya saya ajak keluar kota di masa pandemi seperti ini. Beruntung kami bisa membawa kendaraan pribadi, pinjam dari Akungnya Isya, hehehe..

Sempat drama juga sih, tepat pukul 6 lebih 5 menit, kami salah mengambil jalur tol. Akhirnya harus putar balik sekitar 10km. Beruntung sopirnya lihai dan ngga bikin bingung. Sehingga tepat pukul 06.30 kami sampai di halaman Kanwil Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur. Karena acara dimulai pukul 7 tepat, saya langsung melakukan briefing pada Isya.

Isya anak salihah, ibuk harus kerja ya, satu jam saja. Isya tunggu di sini sama Bapak ya. Cari semut sambil sarapan. Nanti ibuk selesai, kita beli es krim. Oke?

Isya hanya manggut-manggut. Saya anggap dia setuju dengan kesepakatan yang kami buat.

sebelum memasuki aula untuk pemilihan penyuluh teladan

berpose setelah berpamitan dengan isya sebelum masuk ke aula

Alhamdulillah, Isya pun tenang dan tidak rewel sama sekali bersama dengan Bapaknya menunggu di halaman Kanwil selama kurang lebih satu jam. Selama penjurian yang berlangsung 30 menit untuk tiap peserta, saya benar-benar memanfaatkan waktu dengan baik. Jangan sampai saya mengucapkan sesuatu yang tidak perlu. Sehingga tepat 30 menit juri selesai mewawancarai hasil presentasi saya.

Tidak berekspektasi apapun karena saya menyadari bahwa lawan kami banyak sekali yang hebat dan inovatif. Hal terpenting adalah saya sudah tampil semaksimal yang saya bisa dan menjalankan tugas dengan baik. Maka saya pun meminta izin untuk undur diri terlebih dahulu sebelum acara dinyatakan usai. Alhamdulillah, panitia pun mengizinkan.

Pulang ke Kota Malang dengan kondisi yang super lega dan bahagia karena saya anggap usai sudah perjuangan, hehe. Bisa kembali ngeblog setelah berhari-hari vakum ngga punya ide.

Menjadi Nominasi 3 Besar Penyuluh Teladan Tingkat Provinsi

Namun usai maghrib, ternyata pengumuman sudah ada di grup whatsapp khusus penyuluh teladan. Atas kuasa Allah, ternyata saya masuk ke nominasi 3 besar yang dinyatakan lulus ke babak final memperebutkan juara 1. Ada sedikit rasa khawatir dan cemas, karena itu artinya perjuangan malah akan lebih berat lagi. Namun di satu sisi bersyukur karena ternyata Allah memberi kesempatan pada saya untuk menjadi pemenang. Sampai sini saya jadi galau, menjadi penyuluh teladan tingkat kota saja bebannya begitu berat. Bagaimana kalau saya masuk final ya?

hasil penjurian

hasil skoring juri

Sempat terpikir, udah deh jadi juara 3 juga nggak apa-apa. Hehe, tapi ternyata dewan juri memutuskan untuk melakukan verifikasi validasi ke lokasi kami masing-masing dan mereset nilai yang sudah diberikan. Jadi yang juara 1 untuk pemilihan hari ini, belum tentu nanti kembali menjadi juara 1 di lapangan (setelah proses verifikasi dan validasi). Artinya kesempatan untuk menjadi juara 1 sebenarnya masih terbuka lebar, hehe..

Sampai di sini rasanya tidak sepatutnya saya mengeluh. Ucapan selamat yang datang dari teman-teman yang dulunya ikut penyuluh teladan di tahun 2018 menjadi pemompa semangat saya. Ketika ditanya bagamana bisa saya masuk ke final? Entah saya juga tidak tahu. Karena saya tetap memakai judul yang sama di tahun 2018, hanya membenahi sedikit yang juri dulu nilai sebagai sesuatu yang harus diperbaiki. Termasuk power point dan video. Benar kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Sehingga karya tulis saya menjadi lebih hidup tahun ini. Meskipun belum sempurna. Sehingga harapan di tahun 2018 untuk menjadi salah satu pemenang, ternyata dikabulkan oleh Allah di tahun 2020.

Saya hanya ingin teman bloger tahu bahwa anak bukanlah penghambat karir kita, justru dialah bahan bakar penyemangat kita sebagai ibu pekerja 🙂 Terima kasih untuk anak-anak di seluruh dunia, kalianlah semangat kami, para ibu.