Tata Cara Salat Gerhana Matahari dan Salat Gerhana Bulan. Masing-masing dari kedua salat gerhana tadi menurut Imam Syafi’i hukumnya sunnah Mua’akkad (sunnah yang sangat ditekankan). Sebagian ulama mengatakan wajib (pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam As-Syaukani dan yang sependapat dengan mereka).
Adapun Syaikh Utsaimin cenderung mengatakan : wajib atau fardhu kifayah. Namun menurut pendapat jumhur ulama’ : sunnah Mu’akkadah. Apalagi kita tinggal di negara yang mayoritas menganut madzhab Imam Syafi’i, jadi sebaiknya kita ikuti tata cara shalat gerhana bulan sesuai sunnah masing-masing wilayah.
Lalu jika telah tertinggal atau habis waktu mengerjakan salat gerhana tadi, maka tidak perlu diqada’. Maksudnya tidak disyariatkan untuk mengqadha’ salat gerhana tersebut. Dan mushalli melaksanakan salat gerhana matahari dan gerhana bulan (masing-masing) dua rakaat.
Tata Cara Salat Gerhana Matahari dan Salat Gerhana Bulan :
- Bertakbiratul ihram dengan niat mengerjakan salat gerhana matahari atau gerhana bulan.
- Setelah membaca doa iftitah dan doa ta’awudz, membaca Al-Fatihah dan membaca surat dari dalam Al-Quran.
- Ruku’
- Mengangkat kepala dari ruku’ lalu beri’tidal
- Lalu membaca Al-Fatihah untuk yang kedua kalinya.
- Ruku’ untuk yang kedua kalinya (lebih cepat dibanding ruku’ sebelumnya).
- I’tidal untuk yang kedua kalinya.
- Sujud sebanyak dua kali (dengan thuma’ninah pada masing-masing sujud).
- Kemudian rakaat kedua dengan dua kali berdiri membaca Al-Fatihah 2x, ruku’ 2x, i’tidal 2x, dan sujud 2x.
Pada saat melakukan salat gerhana, idealnya membaca surat Al-Baqarah (bacaan panjang), namun disadari bahwa masyarakat kita tidak mampu karena tidak terbiasa. Namun tentu saja kita perlu tahu bagaimana Rasulullah melakukan tata cara shalat gerhana bulan berjamaah maupun sendirian.
Adapun Tata Cara Salat Gerhana Bulan dan Bacaannya (termasuk salat gerhana matahari) bisa disimak di sini :
- Bacaan surat yang pertama yakni membaca surat Al-Baqarah sempurna atau membaca surat lain atau ayat lain yang panjangnya sepanjang surat Al-Baqarah.
- Ruku’ yang pertama membaca tasbih dengan panjang seperti 100 ayat dari Surat Al-Baqarah (bisa setengah jam) menurut Kitab Syarakh Matan Abu Sujak. Kemudian setelah itu i’tidal.
- Lalu pada bacaan surat AlQuran yang kedua, seperti membaca 200 ayat dari surat Al-Baqarah (lebih panjang dari surat yang pertama).
- Lalu ruku’ yang kedua durasinya seperti membaca 80 ayat dari Surat Al-Baqarah. Lalu i’tidal yang kedua (apakah panjang atau pendek? Ulama berbeda pendapat dalam hal ini).
- Namun menurut Imam An-Nawawi i’tidalnya panjang waktunya. Setelah itu barulah sujud. Sujudnya panjang atau tidak? Ulama juga berbeda pendapat dalam hal ini.
Ada yang berpendapat sujudnya tidak dipanjangkan, ada juga yang dipanjangkan (dirajihkan Imam An-Nawawi). Lalu duduk diantara dua sujud (ulama berbeda pendapat apakah panjang atau tidak, namun menurut madzhab Imam Syafi’i tidak dipanjangkan. Sedangkan menurut Imam An-Nawawi dipanjangkan).
- Pada rakaat kedua, membaca Al-fatihah lalu membaca surat yang panjangnya seperti 150 ayat dari surat Al-Baqarah. Lalu ruku’ yang ketiga seperti membaca 70 ayat surat Al-Baqarah, barulah i’tidal lagi.
- Kemudian pada Al-Fatihah yang keempat, seperti membaca surat yang panjangnya seperti 100 ayat dari surat Al-Baqarah. Lalu ruku’ yang keempat sepanjang 50 ayat surat Al-Baqarah. Kemudian bertasyahud.
Bagaimana cara shalat gerhana bulan sendirian? kalau salatnya sendiri tidak perlu khutbah. Adapun tata caranya sama seperti tata cara salat gerhana bulan dan matahari seperti di atas.
Tentang Materi Khutbah :
Setelah selesai melakukan salat gerhana bulan atau matahari, Imam berkhutbah setelah salat gerhana matahari dan bulan, sebanyak dua kali; menyamai kedua khutbah salat Jumat di dalam hal rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
Kebanyakan ulama berpendapat dua kali khutbah. Ada pula yang berpendapat satu kali khutbah (kalau di Indonesia, dilakukan oleh Muhammadiyah). Namun kalau ini adalah salat berjamaah.
Lalu di dalam kedua khutbah tadi, hendaknya si imam menganjurkan kepada manusia supaya bertaubat dari dosa-dosanya dan mengajak supaya berbuat baik. Seperti sedekah atau memerdekakan budak, dan lain sebagainya.
Di dalam salat gerhana matahari, imam membaca surat Al-Fatihah dengan suara pelan (seperti salat Duhur dan Ashar). Sedangkan pada salat gerhana bulan dibaca keras (seperti salat Maghrib, Isya’ dan Subuh).
Penting : salat gerhana matahari atau gerhana bulan itu habis kalau gerhananya sudah selesai. Atau ketika masih gerhana namun matahari sudah tenggelam (sudah hilang).
Salat gerhana itu hakikatnya menggunakan penglihatan, bukan perhitungan. Kalau menurut perhitungan malam ini adalah malam gerhana, namun ternyata langit mendung dan tak terlihat, maka dihukumi tidak ada salat gerhana.
Tata cara shalat gerhana matahari dan niatnya sudah bisa dipahami ya? Niat boleh diucapkan boleh juga tidak diucapkan (tergantung bagaimana teman-teman mengikuti madzhab masing-masing).
Perbedaan Pendapat tentang Salat Gerhana Matahari dan Bulan
Menurut Madzhab Hanafi (Imam Abu Hanifah) : salat gerhana itu salat dua rakaat biasa seperti salat Ied, salat jumat atau seperti salat sunnah biasa. Kebanyakan di India, Pakistan, Bangladesh, Turki, Uzbekistan, Eropa Timur.
Sedangkan menurut Jumhur ulama : tata caranya seperti yang dibahas di atas.
Bacaan dikeraskan dan dipelankan :
- Madzhab Imam Abu Hanifah : salat gerhana matahari bacaannya pelan. Adapun kalau gerhana bulan, salatnya sendiri-sendiri, bukan berjamaah, dan bacaannya pun juga pelan.
- Madzhab Maliki dan Syafi’i : gerhana matahari pelan, dan gerhana bulan bacaannya keras.
- Madzhab Hambali (di Arab Saudi misalnya) : bacaannya dikeraskan semua.
Kalau gerhana terjadi pada waktu larangan salat (misalnya setelah salat Ashar sebelum azan Maghrib) apakah masih ada salat gerhana?
Jumhur ulama : tidak ada salat, karena waktu larangan salat.
Madzhab Syafi’i : tetap salat. Alasannya ini adalah salat yang ada sebabnya.
Apakah salat gerhana ini ada khutbahnya?
Madzhab Hanafi dan Hambali : tidak ada khutbah untuk salat gerhana.
Madzhab Maliki : tidak disyaratkan khutbah, tapi disunnahkan.
Madzhab Syafi’i : sunnah khutbah 2x setelah salat.
Berjamaah ketika salat gerhana :
Para ulama bersepakat bahwa salat gerhana matahari dan bulan ini sunnah dilakukan di masjid dan dengan seruan : “As-shalatu jaami’ah”.
Madzhab Hambali dan Syafi’i : membolehkan salat sendiri-sendiri.
Bagaimana kalau orang terlambat (masbuq) melakukan salat gerhana matahari atau gerhana bulan?
Madzhab Maliki : Selama dia masih mendapatkan ruku’ yang kedua, maka berarti dia masih mendapatkan rakaat itu. Karena menurut Madzhab Maliki, ruku’ yang kedua inilah yang merupakan rukun.
Madzhab Syafi’i : harus mendapatkan ruku’ yang pertama. Kalau ruku’ pertama sudah selesai dan dia baru datang, maka dia tidak mendapatkan rakaat itu.
Keutamaan Salat Gerhana Bulan atau Matahari
Keutamaan sholat gerhana bulan maupun gerhana matahari yakni menghadirkan rasa takut kepada Allah dan mempertebal iman atas peristiwa alam yang terjadi. Selain itu, mengingat tanda-tanda kejadian hari kiamat dan takut dengan azab Allah atas dosa-dosa yang dilakukan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang punya rasa takut, iman yang tebal atas peristiwa alam yang terjadi dan selalu mengingat hari kiamat, dosa-dosa yang telah dilakukan serta bagaimana pedihnya azab Allah melalui salat gerhana bulan atau matahari.
Semoga bermanfaat ya 🙂
Disclaimer : catatan ini ditulis berdasarkan Kajian Mulazamah Rutin bersama Gurunda kami, Ustadz Abdullah Hadrami (semoga Allah menjaga beliau) pada Senin pagi, 9 Agustus 2021. Catatan ini bisa saja ada luput atau kesalahannya, namun sebagai murid saya sudah berusaha untuk merangkum penjelasan beliau secara lengkap dan mudah-mudahan dapat dimengerti dengan baik. Sehingga kita bisa mengamalkan tata cara salat gerhana matahari atau bulan ini dengan sebaik-baiknya.