The Positive Approach adalah karya Peter Shepherd, seorang psikolog ternama. The Positive Approach sendiri adalah bagian dari buku berseri karya Peter Shepherd yang memang dikhususkan untuk membahaas tentang pengembangan diri. Covernya yang unik adalah hal pertama mengapa saya memilihnya untuk segera dibaca.

Sekilas baca judul buku ini sangat bersemangat ingin segera memulainya. Sempat ingin punya notebook bersampul seperti buku ini. Buru-buru pingin baca, dan…

Masuk bab pertama, saya agak sulit memahami kalimat demi kalimat di dalamnya. Entah ya, karena saya yang lelah atau sedang malas melalui proses berpikir yang rumit atau bagaimana. Namun saya tetap mengusahakan untuk membacanya sampai akhir. Saya membaca The Positive Approach ini tanpa jeda meskipun sulit memahami isinya.

The Positive Approach

Sebenarnya ketika saya terus membaca meskipun ngga ngerti apa yang dibaca, saya sedang memberikan ruang, ingin mengukur batas kesabaran untuk diri sendiri, sampai kapan saya betah membacanya. Beberapa bab akhirnya saya menyerah, bosan, dan saya sedikit memahami apa yang disampaikan di sana. Bukan, bukan bukunya yang tidak menarik. Hanya saja hasil terjemahan buku ini sungguh sulit saya pahami dengan baik. Andai saja bahasanya lebih enak seperti buku Rando Kim, mungkin saya akan betah berlama-lama bersamanya. Kedua, ketiga dan seterusnya ternyata tetap sama.

Tak menyerah, dan berpikir positif, mungkin saya sendiri yang tidak bisa memahami maksud dari buku ini. Bolehlah dicoba keesokan harinya. Hasilnya tetap sama, saya masih tetap sulit memahami. Saya pun bertanya pada si empunya buku, adik saya. Ternyata ia pun berpendapat sama. Padahal, dia mahasiswi psikolog yang lebih tahu istilah-istilah  dalam dunia psikologi.

Alhamdulillah akhirnya dengan kerja otak yang keras dan rasa ingin menaklukkan buku ini yang besar, selesai juga saya membacanya, meskipun dengan perjuangan yang berat. Biasanya buku yang tidak terlalu tebal dengan halaman kurang dari 200 seperti ini kurang dari satu minggu sudah habis terbaca. Tapi buku ini, dengan waktu dua minggu lebih saya baru bisa menyelesaikannya dengan susah payah. Hihi, semacam membaca buku Fisika saat SMA. Harus pelan-pelan dan penuh perhatian.

Intinya sih bagus, buku ini mengajak pada diri kita sendiri untuk selalu memandang fenomena dengan pendekatan positif. Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk selalu memberi hujjah atau alasan pada saudara sesama muslim ketika melakukan kesalahan. Bahwa apa yang terjadi di luar sana, yang berada di luar kendali kita, bisa jadi punya manfaat atau dampak positif pada kita kelak.

Bahkan dikatakan,

Seseorang yang tidak menarik menurut kebanyakan orang lain pun sesungguhnya dia memiliki daya tarik sendiri dalam pribadinya. Jadi tak usah risau bahwa dirimu tak memiliki kelebihan atau hal-hal lain seperti yang orang lain miliki. Buku ini membuka pikiran kita bahwa daya tarik pribadi itu bisa diciptakan, melalui pengetahuan dan latihan.

Ya, jika kita merasa tidak punya daya tarik yang bisa dibanggakan, maka seharusnya kita segera menggali pengetahuan untuk diri sendiri. Sebagai salah satu upaya untuk menghargai dan menghormati diri sendiri. Menggali pengetahuan lewat membaca, bertukar pikiran melalui diskusi dengan orang lain, bersifat terbuka dengan segala masukan dan kritik yang konstruktif, dan lain-lain. Menurut saya inilah yang akhirnya membuat seseorang itu punya nilai dalam dirinya. Tinggal bagaimana ia mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki saja.

Saya jadi penasaran, pasti versi asli buku ini lebih bagus dan lebih banyak lagi pesan tersimpan yang ada di dalamnya.

Suatu saat, mudah-mudahan bisa menemukan versi asli dari buku ini 💕