Dulu sekali, zaman masih sekolah, zaman masih alay dan labil serta suka marah-marah tidak jelas (mungkin karena hormon menstruasi yah) aku pernah menyia-nyiakan satu hal. Menyia-nyiakan sesuatu yang tidak akan pernah bisa aku ulangi lagi. Waktu. Penyesalan itu terus hinggap hingga saat ini. Karena waktu yang terbuang itu berada dalam masa-masa produktifku (seharusnya). Akhirnya di usia yang sudah akan menginjak kepala tiga ini aku merasa belum menjadi apa-apa.

Memasuki SMA negeri membuatku kaget. Sebelumnya, saat masih SMP aku harus berangkat jam enam pagi dan pulang ke rumah jam lima sore. Di sekolah aku betah dan selalu mengulur waktu untuk pulang. Segala fasilitas belajar ada, teman yang baik serta ibadah wajib maupun sunnah yang hampir selalu tepat waktu. Iya, karena sistem sekolah yang mengharuskan seperti itu. Otomatis aku terbiasa dengan kehidupan islami sekaligus nuansa belajar yang menyenangkan. Berbeda dengan SMA Negeri yang kumasuki, mendadak aku pulang jam satu siang dan membuatku bingung harus melakukan apa. Sarana belajar juga tidak selengkap SMPku dulu.

Belajar? Hampir tidak ada hasrat untuk berkompetensi dengan teman saat itu, seperti masa-masa SMP dulu. Sehingga belajar adalah hal yang paling kuhindari. Aku menghabiskan waktu dengan hal yang sia-sia. Nongkrong, membaca komik yang tak kenal tempat dan waktu (ini komik yang tidak ada edukasinya sama sekali, hanya sarana stress release saja), sampai ngeband pun aku lakukan, hanya untuk mengisi waktu. Sayangnya saat itu aku terlalu lama berada dalam zona nyaman yang kuciptakan sendiri, terlena dengan kebahagiaan sesaat yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Iya, hanya euforia sesaat dan setelahnya aku menyesal mengapa aku membuang-buang waktuku selama tiga tahun dengan hal-hal seperti itu.

Mungkin saat ini aku menyesal, tapi bolehkah aku berandai-andai jika aku diberi kesempatan kedua?

Berharap masa muda itu akan kembali lagi padaku dan akan kumanfaatkan sebaik-baiknya.

Jika aku diberikan kesempatan kedua tentu saja aku akan memperbaiki waktu yang selama ini telah kusia-siakan. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Aku akan lebih mengasah potensi diriku, membangun personal branding dengan berprestasi sebanyak-banyaknya seperti saat aku SMP dulu. Aku juga akan memberikan hadiah terbaik untuk kedua orang tuaku, yaitu ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang dapat kuajarkan pada adik-adik dan anak-anak kecil di sekitarku. Aku juga ingin sesegera mungkin memulai untuk belajar tentang agamaku. Tidak muluk-muluk untuk bisa menjadi hafidzah, aku hanya ingin memulai lebih awal dengan memahami bahasa kitabku sendiri. Tidak harus menunggu lulus kuliah dan waktu luang.

Jika aku diberi kesempatan kedua, aku juga akan lebih banyak lagi membaca buku, bukan komik unfaedah yang membuat ibuku seringkali marah karena tidak jarang aku membawa berpuluh-puluh komik dari perpustakaan. Selain menghabiskan uang jajan, tapi juga menghabiskan waktuku untuk belajar, mengembangkan potensi dan beribadah.

Aku menceritakan ini semua sebagai pengingat untuk diri sendiri juga untuk kalian yang membaca tulisan ini. Sebelum melakukan hal sia-sia alangkah baiknya kita berpikir kembali, lebih dalam. Berpikir kembali apakah hal yang kita lakukan ini bermanfaat untuk diri sendiri? Bermanfaat untuk orang lain? Apa yang kita dapatkan?

Waktu tidak akan bisa diputar kembali, semua orang tahu itu. Tapi tidak semua orang mau menyadari itu. Karena kesadaran adalah proses berpikir otak yang akan berdampak pada apa saja yang akan kita lakukan. Maka sadarlah! Kemudian pikirkan sebelum melakukan sesuatu. Jangan pernah sepertiku, menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu.

Semoga tidak ada lagi aku aku yang lain, tidak ada lagi yang berandai-andai memiliki kesempatan kedua, apalagi untuk memutar waktu yang tidak akan pernah bisa kembali. Selagi masih muda, yuk manfaatkan kesempatan waktu dan kesehatan dengan sebaik-baiknya. Jika bisa berlari, yuk berlari bersama sekencang-kencangnya untuk mencapai impian dan tujuan masing-masing. Jangan kasih kendor! Hehe…