Indonesia telah melalui transformasi yang mengagumkan dalam lima belas tahun terakhir. Rerata pertumbuhan ekonomi bertahan di angka sekitar 6% dalam dasawarsa terakhir. Indonesia juga menjadi anggota G-20, satu-satunya di Asia Tenggara.
Namun Indonesia juga berisiko tidak membantu rakyat miskin dan rentannya. Pengentasan kemiskinan mulai stagnan, dengan penurunan yang mendekati nol pada tahun 2014.
Ketimpangan pendapatan naik dengan cepat dan hampir sepertiganya berasal dari ketimpangan kesempatan. Anak-anak yang sehat dan terdidik hidup berdampingan dengan anak-anak yang menderita malnutrisi, tidak mampu belajar di sekolah, dan putus sekolah terlalu dini.
Rodrigo A.Chaves (County Director, Indonesia The World Bank dalam Executive Summary : Ketimpangan yang Semakin Lebar)
Kisah Pak Yasin, Warga Desa TegalWeru yang Tak Punya Akses Perbankan
Peluh keringatnya menetes deras, bajunya basah oleh keringat. Pria berumur lebih dari setengah abad itu melepas topi capingnya lalu duduk di bawah pohon rindang entah apa namanya. Saya mendekati beliau dan menyapanya. Beliau tersenyum lebar sampai terlihat barisan gigi-gigi putih yang rapi, lalu mempersilakan saya duduk di depan beliau.
Tampak di sebelah beliau istrinya membukakan minuman sambil menghidangkan kudapan dalam rantang yang juga disuguhkan pada saya. Isinya jajanan pasar semacam roti kukus yang diberi pewarna makanan merah dan hijau, lalu ada juga ketan wajik khas pedesaan yang dibuat saat pernikahan atau acara sunatan. Saya mengambil ketan wajik dan beterimakasih pada beliau berdua.
Namanya Pak Yasin dan tentu saja istri disampingnya dipanggil Bu Yasin. Sebenarnya beliau berdua adalah kerabat jauh keluarga saya. Kakek saya dulu dipanggil oleh Pak Yasin dengan sebutan : Pakdhe (atau Om). Katanya, buyut saya dulu adalah sepupu dari Kakek Pak Yasin ini. Kebayang ngga? Silsilah keluarga yang cukup rumit untuk dijelaskan memang. Intinya kami masih punya hubungan darah meskipun agak jauh.
Oleh karena itu saya dan keluarga seringkali menemui Pak Yasin dan keluarganya saat lebaran. Baik kakek masih ada maupun sudah tiada. Jarak rumah beliau dari tempat tinggal kami tidak begitu jauh. Kira-kira 10 kilometer saja dari rumah.
Beliau termasuk orang yang “berkecukupan” di desanya. Sawahnya banyak, kebun jeruknya juga menghasilkan buah jeruk yang manis dan segar, tanah warisannya juga bisa diwariskan sampai 2 generasi. Pun dengan hewan ternaknya yang setiap tahun selalu menjadi jujukan kakak saya untuk dijual kembali saat Idul Qurban. Untuk makan dan pendidikan anak-anaknya, Pak Yasin bisa lah untuk memenuhi semuanya. Sayangnya, anak-anak beliau tidak ada yang mau kuliah. Semua ingin ikut jejak bapaknya untuk menggarap sawah. Memanen jeruk, cabe, tomat, singkong, dan banyak hasil bumi lainnya untuk dijual ke tengkulak.
Meskipun banyak juga anak-anak di desa Pak Yasin yang tidak mampu secara finansial untuk menyelesaikan wajib belajar.
Tahun lalu, Pak Yasin mendaftarkan diri untuk pergi haji bersama istrinya. Namun beliau punya halangan : tidak punya rekening di bank.
Sedangkan persyaratan untuk mendaftar haji tidak sesederhana punya uang, mendaftar, lalu bisa berangkat. Kita harus punya rekening bank terlebih dahulu. Sehingga mau tidak mau Pak Yasin harus pergi ke kota dengan sepeda motor bututnya dan membawa uang puluhan juta rupiah di tas usang miliknya. Tas pemberian ayah saya ketika pelatihan atau workshop, ternyata. Ada label di sana : Empat Pilar MPR RI.
Saya membayangkan betapa orang-orang seperti Pak Yasin di sini pasti hanya segelintir saja yang memiliki akses perbankan. Sedangkan di era Society 5.0 seperti ini akses perbankan sudah cukup mudah dilakukan jika ada edukasi. Segalanya untuk memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Namun ternyata perekonomian di Indonesia masih timpang. Ada banyak desa seperti TegalWeru, ada banyak desa yang jauh lebih tertinggal lagi di pelosok Indonesia, dan saya yakin ada banyak juga yang belum “tersentuh”.
Oleh karena itulah ekonomi inklusif belum sepenuhnya terwujud di Indonesia tercinta kita.
Solusi Keuangan Terbaik untuk Ekonomi Indonesia Inklusif
Tahun lalu saya membaca buku karangan Mbak Dee Lestari berjudul Rantai yang Tak Putus. Melalui buku itu saya jadi tahu beberapa hal yang Astra lakukan untuk mendorong banyak sekali UMKM di Indonesia menjadi lebih baik. Punya daya saing, dan juga punya visi dan misi untuk masa depan. Bukan hanya sekadar membuka sebuah usaha untuk mencukupi kehidupan. Namun lebih dari itu.
Tidak hanya puas sebagai petani atau pembajak sawah sebagaimana Pak Yasin di TegalWeru. Karena sebenarnya orang-orang seperti Pak Yasin ini bisa berkembang dan memajukan usahanya dengan lebih baik jika punya visi misi dan diberi edukasi. Bukan hanya diberi modal untuk mengembangkan usaha, tapi juga edukasi perihal “pemasaran” yang bisa dilakukan di era Society 5.0 ini.
Tak masalah jika anak-anaknya memilih untuk menjadi seperti Bapaknya yang bekerja di sawah, justru kita perlu pemuda-pemuda yang masih mau terjun di bidang pertanian seperti ini. Namun tentu saja akan lebih baik lagi jika diiringi dengan inovasi-inovasi yang bisa diterapkan untuk pertaniannya. Sehingga hasil pertanian bisa punya value dan punya nilai jual yang tinggi. Inilah yang kemarin saya baca dari Rantai Yang tak Putus. Peran Astra dalam kegiatan ekonomi para Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Itulah sebabnya saya menyadari mengapa Dee Lestari menyebutnya sebagai rantai yang tak putus. Astra tidak hanya memberikan bantuan secara finansial untuk pelaku UMKM, tapi juga perannya sangat besar dalam memajukan Sumber Daya Manusia di Indonesia. Ibaratnya seperti seorang guru yang memberikan alat pancing dan mengajari muridnya untuk menangkap ikan. Ia mengedukasi bagaimana caranya mendapatkan ikan. Bukan hanya sekadar memberinya ikan untuk dimanfaatkan.
Terasa kan bagaimana perbedaannya?
Lalu ketika mendengar adanya kolaborasi Astra Financial, saya jadi tertarik untuk menuliskan sebuah narasi bagaimana mereka bisa menjadi contoh perusahaan-perusahaan besar lainnya untuk turut memajukan Sumber Daya Manusia di Indonesia hingga memiliki value yang dapat menjadi daya tarik pasar nasional hingga internasional. Karena saya percaya bahwa ilmu adalah hal berharga yang menjadi pilihan bagi manusia. Ada yang menyimpannya untuk keuntungan dirinya sendiri. Ada pula yang membagikannya untuk kemanfaatan orang-orang sekitar.
Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya
Apalagi saat ini sudah bukan zamannya lagi berkompetisi. Kolaborasi menjadi hal yang sangat diperlukan untuk membangun sekaligus menyejahterakan bangsa ini. Pemerintah tidak mungkin melakukannya sendirian. Mereka butuh stakeholder ataupun masyarakat yang mau untuk maju dan berjuang demi kesejahteraan bersama.
Kolaborasi Astra Financial untuk Ekonomi Indonesia Inklusif
Kita tahu bahwa Indonesia memiliki salah satu konsentrasi UMKM tertinggi di dunia. Lalu bagaimana kita dapat menyediakan layanan keuangan yang diperlukan dengan lebih baik untuk mendukung pertumbuhan mereka?
Adanya kolaborasi Astra Financial ini mendukung Indonesia menuju ekonomi inklusif. Sehingga bapak-bapak kita, kakek atau nenek kita yang hidup di pelosok desa mana pun akan merasakan manfaat dari digitalisasi dunia perbankan ini.
Untuk diketahui bersama, Astra Financial adalah salah satu brand dari divisi jasa keuangan PT. Astra Internasional Tbk. Astra Financial sendiri saat ini mengelola 12 badan usaha, yakni ; Astra Credit Companies, FIFGROUP, Toyota Astra Finance, Komatsu Astra Finance, Surya Artha Nusantara Finance, Asuransi Astra Buana, Astra Life, Astra Ventura, Dana Pensiun Astra, MauCash, AstraPay dan Moxa.
Astra Financial merupakan salah satu dari tujuh divisi bisnis Astra, selain Otomotif, Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik, Teknologi Informasi, dan Properti.
Melihat misi dari Astra Financial, yakni menjadi mitra bagi masyarakat Indonesia untuk memaksimalkan potensi keuangan mereka dan memungkinkan masyarakat untuk sejahtera, saya jadi punya optimisme untuk pembangunan ekonomi ke depannya. Desa-desa tak lagi tertinggal, akses sekolah, sarana dan prasarana umum seperti Rumah Sakit, terminal hingga stasiun kereta perlahan juga akan terbangun dengan kolaborasi kita bersama.
Layanan Astra Financial ini meliputi 11 unit finansial baik bank maupun non bank seperti Fintech, asuransi, dana pensiun, pembiayaan, dan modal ventura.
Astra Mitra Ventura memberikan pembiayaan untuk berbagai jenis usaha seperti manufaktur, perbengkelan, koperasi, infrastruktur, dan jasa dan perdagangan, Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memiliki fokus bisnis sejalan dengan ASTRA. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh Dee Lestari, ada banyak sekali IKM yang dibantu oleh ASTRA hingga IKM tersebut kini tumbuh dan punya value di mata pelanggan mereka masing-masing.
Menyenangkan bisa berkolaborasi dengan ASTRA meskipun ia sendiri juga bergerak di bidang yang sama. Prinsipnya sungguh simple.
Ilmu adalah katrol yang mampu mengangkat UMKM untuk naik kelas, mandiri, dan maju.
Mengutip dari apa yang dituliskan oleh Dee Lestari dalam bukunya, Rantai yang Tak Putus : Besarnya peran UMM sebanding dengan problem yang dihadapinya. Mulai dari kesulitan pemasaran, keterbatasan modal, pengadaan bahan baku, sumber daya manusia dan ilmu manajemen yang pas-pasan, merupakan kumpulan masalah klasik yang sampai hari ini masih terus dihadapi.
William, yang disebut sebagai man of honor yang merupakan icon dari YDBA (Yayasan Dharma Bakti Astra) Indonesia melihat celah yang dapat diisi oleh ASTRA, yakni : perusahaan besar harus mampu mentransfer ilmunya ke perusahaan kecil.
Inilah fondasi dari prinsip YDBA : berikan kail, bukan ikan.
Jujur saya saya terharu membaca pernyataan beliau ini. Salah seorang direksi ASTRA saat itu juga menceritakan pada seorang Dee Lestari, Pak Palgunadi :
Kita butuh dua tangan. Satu tangan untuk melatih dan memberikan kail. Satu tangan lagi memberikan peluang supaya mereka bisa lebih mudah mengambil ikan. Bukan cuma dari ASTRA, melainkan dari mana saja. Melalui venture capital atau modal ventura, ASTRA menghimpun modal bagi perusahaan kecil yang nantinya diperhitungkan melalui sistem bagi hasil.
ASTRA kini memiliki dua tangan untuk memberdayakan UMKM. Lewat pelatihan dan lewat permodalan melalui ASTRA Financial.
Empat dekade telah berjalan sejak manifesto William Soeryadjaya. Spirit beliau untuk menjadikan ASTRA pride of the nation, telah diuji oleh waktu dan perubahan zaman.
Kata Dee Lestari dalam Rantai yang Tak Putus, bagaimana caranya mereplika semangat seorang William Soeryadjaya empat puluh tahun silam ke Para Pemberdaya Muda di berbagai daerah di Indonesia? Mereka yang baru beberapa tahun lulus kuliah, berkendara motor berjam-jam, menyeberangi sungai dengan perahu kelotok demi mengajarkan sistem keuangan pada seorang penjaga perpustakaan yang dipercaya mengelola uang para petani desa?
Sumber daya Astra yang selalu membuka lebar-lebar pintu untuk berkolaborasi ini tentu merupakan salah satu faktor utama yang memungkinkan replikasi itu terjadi. Keterbukaan serta semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan serta visi dan misi bersama dengan bangsa Indonesia ini menjadikan Astra Financial sebagai pilihan solusi keuangan terbaik yang saya tuliskan hingga saat ini.
Program Simpati Bencana Covid-19, Kolaborasi Untuk Kemanusiaan
Tidak hanya Fintech, asuransi, dana pensiun, pembiayaan dan modal ventura. Namun ASTRA juga sepenuhnya memahami badai pandemi yang terjadi dua tahun terakhir ini. Oleh karena itu sesuai dengan visi ACC (ASTRA Credit Companies) : “To become the 1st choice financing company with total solution” melalui program Simpati Bencana Covid-19 memberikan restrukturisasi dengan mendaftarkan rescheduling melalui email dan tidak perlu ke kantor ACC.
Dilansir dari website resmi Astra Financial, banyak diceritakan bagaimana mereka benar-benar terbantu dengan adanya program Simpati Bencana Covid-19 ini.
“Terus terang saya merasa terbantu sekali. Pengajuan di ACC nyaman sekali karena cukup mendaftarkan rescheduling melalui email dan tidak perlu ke kantor ACC,” ungkap Nurhiwayati yang merupakan nasabah ACC Cabang Makassar.
Senada dengan Nurhiwayati, Trian Handayana konsumen ACC lainnya, yang sudah menjadi nasabah selama 3 tahun juga mengatakan :
“Di bulan Maret saya mengalami kesulitan pembayaran sehingga dari ACC ada yang menagih. Saya jelaskan kondisi dan keadaan saya saat ini. Akhirnya ada kebijakan dari ACC melalui penawaran yang bisa menangguhkan angsuran. Itu sangat membantu. Saya disarankan mengikuti program reschedule. Kebijakan tersebut meringankan saya yang sedang dalam keadaan ekonomi yang sulit. Terima kasih ACC,” ujar Trian Handayana.
Lain halnya dengan, Rudi Drajat, pemilik usaha bahan bangunan di Surabaya, yang mengajukan relaksasi dengan tujuan untuk memberikan keringanan terhadap pembayaran cicilan.
Saat kondisi Covid-19, kondisi perdagangan saya nol, tidak ada order terhadap usaha saya di bidang supplier bahan bangunan. Para kontraktor tidak sanggup membayar karena banyak jadwal pekerjaannya yang dihentikan sehingga pembayaran terhenti. Oleh karena itu, saya mengajukan retstrukturisasi melalui web TAF dan prosesnya dari awal relatif cepat.
Berbeda lagi ceritanya dengan Pembiayaan Roda Dua. CEO FIFGROUP, Margono Tanuwijaya, menyatakan bahwa :
“Mari kita bersama-sama melakukan apa yang terbaik dari kita semua untuk bangsa Indonesia. FIFGROUP dengan jaringan network yang tersebar di seluruh Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung kebijakan Pemerintah dan juga memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh nasabah di tengah masa dan tantangan yang sulit ini,” ujar Margono sembari menjelaskan : “Dengan semangat kehati-hatian dan spirit membangun Indonesia, FIFGROUP akan selalu mendukung kebijakan Pemerintah untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19. Semangat itu tertuang dalam motto Astra: Sejahtera Bersama Bangsa,” tuturnya.
Bapak Margono mengungkapkan bahwa dalam kondisi seperti ini kita harus turun bersama-sama, berkolaborasi untuk membantu nasabah yang mengalami kesulitan. Justru di saat mereka tertimpa bencana seperti ini, kita harus memberikan sebuah solusi agar aktivitas kehidupan mereka bisa terus berlanjut.
Perjuangan Driver Ojek Online Demi Sesuap Nasi
Ditiadakannya biaya relaksasi tentu saja sangat membantu nasabah FIFGROUP yang kebanyakan adalah driver ojek online seperti tetangga saya. Adanya pemberlakukan PPKM level 4, sepinya mahasiswa hingga terasa seperti kota mati, hingga layanan pesan antar makanan, semuanya sepi.
Hampir tidak ada yang tidak mengeluh. Kalau driver ojek online ini masih dibebani dengan cicilan motor di tengah kondisi seperti ini entah bagaimana jadinya mereka. Namun FIFGROUP memberikan solusi dengan meniadakan biaya relaksasi (keringanan cicilan).
Umar Faruk, 29 tahun, nasabah FIFGROUP cabang Balikpapan, yang merupakan driver ojek online mengatakan :
“Jujur saya terharu, karena saya pikir prosesnya pakai biaya dan pasti susah serta ribet. Ternyata, tidak ada biaya sama sekali dan saya dilayani dengan cepat bahkan oleh kepala cabang langsung. Saya puas dan bahagia dan semangat lagi untuk menghidupi keluarga, karena kalau pakai biaya, saya tidak akan mampu, apalagi dengan order yang menurun jauh.”
Tidak hanya penangguhan cicilan atau relaksasi, namun Astra Financial juga berkolaborasi untuk membagikan puluhan ribu paket sembako gratis untuk terdampak Covid-19. Bersama-sama dengan Pemerintah serta stakeholder setempat memberikan bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Tumbuh Bersama Astra Financial
Masih banyak lagi orang-orang yang terbantu atas kebijakan ini. Adanya kolaborasi Astra Financial benar-benar membantu masyarakat. Terlihat benar bagaimana ASTRA ingin ekonomi Indonesia menjadi lebih baik. Tumbuh bersama-sama, sukses bersama pula.
Pada artikel selanjutnya saya akan menceritakan bagaimana pengalaman dengan aplikasi MOXA. Sebuah aplikasi berbasis mobile dari ASTRA Financial. Aplikasi pintar untuk semua kebutuhan finansial.
MOXA diciptakan sebagai bentuk inovasi dalam menjawab kebutuhan generasi millenial hingga alpha yang semakin dinamis. Sekaligus mempercepat transformasi digital dan pengembangan ekosistem jasa keuangan di Indonesia menuju ekonomi inklusif tentunya.
Tidak hanya pengajuan pembiayaan, tapi salah satu aplikasi yang membuat saya semangat untuk membiayai dana perjalanan haji beberapa tahun ke depan.
Sehingga tidak akan ada lagi Pak Yasin kedua, ketiga atau ke-100 yang harus membawa ratusan lembar rupiahnya menuju ke bank untuk pembiayaan ibadah haji. Cukup melalui genggaman, teknologi telah memudahkan segalanya.
Referensi Pendukung :
Rantai yang Tak Putus oleh Dee Lestari
Astra Financial
Indonesia The World Bank dalam Executive Summary : Ketimpangan yang Semakin Lebar
Foto : dokumen pribadi
Baca juga review Aplikasi MOXA di sini yuk.
Ikuti juga Komunitas Pertanian Sariagri yuk untuk mendukung pertanian Indonesia.
Astra ini keren juga ya mba program programnya banyak membantu seluruh lapisan masyarakat. Mendahulukan kemaslahatan umat
wah selalu deh cerita mbak jihan ini berkaitan dengan lingkungan sekitarnya, wah pak yasin keren ya sampai warisannya digunakan untuk dua generasi, nah syaang kalo tidak melek finansial bisa bisa akan ambyar
astra terbilang perusahaan yang sering jadi incaran semasa mahasiswa dulu. dan banyak teman yang bekrja di astra tapi entah astra yang mana heheh
membaca penjelasan mbak jihan jadi berpikir wow astra gini ya, banyak kali programnya layak dia sekeren itu, misinya aja oke ya
Aku belum kelar baca bukunua dee yang mbok pinjemi kak ji. Astra emang selalu punya banyak inovasi btw. Keren emang.
Semoga adanya Moxa, Indonesia menjadi lebih baik lagi ya mba. Semua dapst terbantukan.
Tak masalah jika anak kita kelak jadi petani… Namun perlu dilakukan inovasi.
Aku setuju banget sama ini. Makin kesini sepertinya profesi ini semakin tidak dilirik ya, namun sebenarnya keberadaannya penting sekali. Perlu ada sentuhan inovasi agar pertanian bisa lebih berkembang lagi
Desa Tegalwaru di daerah dau itu kah? Hehe.. Aku sering ke sana petik jeruk. Semoga makin banyak rakyat kecil yg terbantu dengan program ini ya
hihi betulll mba santi
Banyak inspirasi yang bisa didapatkan ya mbak, Moxa ini aku juga baru tahu Kak. Penasaran ih. Makasih mba Ji sudah berbagi kisah.
Salut deh sama Astra nih yang selalu berinovasi. Jadi inget tetanggaku yang mirip pak Yasin nih, hihi..
Ahamdulillah pasti selalu ada solusi untuk mewujudkan keinginan yg mulia ya, mbak.
Salut nih sama Astra yg semalu bikin inovasi keren buat orang orang yg semangat seperti pak Yasin
sedih ya, ternyata tahun 2021 masih ada yang belum bisa akses perbankan huhu.. salut banget sama perusahan finansial begini yang terus banyak inovasi biar rakyat makin melek finansial 🙂
Semoga makin banyak Pak Yasin lainnya yang akan terbantu dnegan aneka program keuangan dari Astra Financial.
Juga salut akan program Simpati Bencana Covid-19 yang dijalankan. Pasti terbantu sekali para pelanggan, karena pengajuan ACC yang nyaman dan cukup mendaftarkan rescheduling melalui email dan tidak perlu ke kantor ACC, Tentu meringankan beban mereka yang terdampak pandemi
Aplikasi Moxa ini membantu banget ya Mbak, buat mewujudkan impian driver ojol ke umrah ke tanah suci, keren deh bisa tumbuh bersama Astra Financial ya
Saya seperti pak yasin, saya juga masih blum punya rekening perbankan karena rasa belum penting tp setelah baca post ini kayaknya jd sadar sih skrang rekening perbankan kayaknya penting banget harus punya
sangat menginsprasi sekali. Astara telah banyak memberikan kontrobusi bagi masyarakat melalui berbagai macam kegiatan dan bantuan yang telah diberikannya.
Astra memang bikin terharu banget ya kak Jihan. Semua programnya humanis dan memang asli saat sekarang ini semua terdampak. Jadi tidak melulu orientasinya keuntungan. Tapi juga memikirkan kesulitan orang lain sekarang ini.
aplikasi ini pastinya sangat membantu banyak pihak yang berkepentingan untuk finansial ya mba Jingga, Keren dari dulu memang Astra ini terkenal bagus dalam banyak hal, sekarang melahirkan aplikasi ini
Baru tahu aku ada aplikasi Moxa ini tentunya sangat mempermudah kita ya. ASTRA memang tahu apa yang kita butuhkan saat ini ya mbak
Astra banyak juga ya sudah kontribusinya untuk pengembangan perekonomian di Indonesia. Semoga terus semangat membangun Indonesia.