Ghaziyah binti Jaabir, begitulah namanya. Salah satu shahabiyah yang memiliki keutamaan, sehingga namanya disebut dalam Al-Quran.
Teringat sebuah kisah cinta yang tidak biasa ketika aku memutuskan untuk menjadikannya judul tugas akhir di sebuah lembaga pendidikan Bahasa Arab seberes skripsi yang sudah ku selesaikan.
Sampai hari ini, masih teringat bagaimana kecintaan seorang wanita terhadap idolanya. Terhadap junjungannya. Sungguh berbeda dengan kecintaan wanita zaman now, apalagi yang suka main tiktok. Maaf curhat.
Dialah Ummu Syuraik yang dikenal sebagai Ghaziyah binti Jaabir Al-Amiriyyah bin Hakim ad-Dausiyyah. Wanita mukmin yang namanya disebut dalam AlQuran karena kecintaannya terhadap agama dan Rasulnya.
Ghaziyah adalah seorang wanita yang tumbuh dalam keluarga bangsawan, keluarga yang sangat disegani oleh bangsa Arab kala itu. Ghaziyah mengikrarkan keIslamannya di hadapan Rasulullah, dia juga mengajak wanita-wanita lain untuk masuk dalam agama Islam. Dalam waktu singkat, beliau mampu mengIslamkan banyak wanita meskipun tahu resiko dan konsekuensinya.
Ketika Ghaziyah ditangkap, dia diasingkan dari kota Makkah oleh kalangan keluarganya sendiri. Ghaziyah ditinggalkan di sebuah gurun yang jauh tanpa makan dan minum. Ghaziyah sengaja dipanggang di bawah terik matahari sampai-sampai telinga, mata dan indra lain yang beliau miliki sudah tidak lagi bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Orang-orang yang menjaganya sengaja membiarkan Ghaziyah demikian hingga ia mau meninggalkan Islam nya. Tapi Ghaziyah tetap dalam pendiriannya. Ghaziyah sudah hampir pingsan dan tak kuat menahan panasnya matahari.
Keajaiban Allah pun datang, ember berisi air turun dari langit dan Ghaziyah pun meminumnya seteguk demi seteguk. Ghaziyah meminumnya hingga kenyang, dan dibasahinyalah baju dan kepalanya.
Ketika penjaga mendatanginya kembali dia melihat Ghaziyah sudah segar bugar.
“Darimana kau dapatkan air? Kau mencuri air kami?”
Ghaziyah pun menceritakan secara jujur apa yang dialaminya. Begitulah, hingga para penjaga yang tak lain suruhan dari keluarganya sendiri akhirnya masuk Islam karena kebesaran Allah. Hingga mereka pun hijrah ke Madinah dan kejadian serupa dialaminya kembali saat bersama dengan orang Yahudi yang licik.
Setibanya di Madinah, Ghaziyah ternyata tidak menemukan suaminya yang sudah hijrah terlebih dahulu bersama Abu Hurairah. Ghaziyah kehilangan suaminya.
Setelah beberapa lama menjanda, Ghaziyah menghibahkan dirinya pada Nabi sampai-sampai ibunda Aisyah cemburu. Namun, Allah kemudian menyatakannya sebagai wanita mukminah melalui firmanNya di surat Al Ahzab ayat 50.
Ketika ayat ini turun, Aisyah berkata pada Rasulullah,
“Sesungguhnya Allah telah menanggapi keinginanmu dengan segera.”
Ketika Nabi tidak menerima permintaannya, maka Ghaziyah tidak pernah menikah lagi sampai akhir hayatnya.
Masya Allah, betapa kisahnya sungguh sangat menginspirasi, kecintaan terhadap Allah, agama dan Nabinya sungguh membuat wanita mana saja cemburu dengan beliau. Semoga Allah meridhai dan mencurahkan rahmatNya pada Ummu Syuraik (Ghaziyah) seorang wanita yang telah mengukir sebaik-baik teladan dalam berdakwah di jalan Allah. Keteguhan hati dan fisiknya dalam memperjuangkan iman patut diteladani. Kecintaannya terhadap Allah dan agamanya patut menjadi cerminan bagi wanita agar teguh dalam dakwahnya.
Ghaziyah ini menjadi salah satu nama keponakan yang juga lahir dengan jiwa pemberani, serta semangat menuntut ilmunya yang sangat tinggi. Ghaziyah, mudah-mudahan kita semua bisa mempertahankan iman dan islam kita sampai akhir hayat seperti Ghaziyah binti Jaabir.
15 Ramadan 1439 H.
Diringkas kembali dari Tugas Akhir saya di tahun 2016.
Baca juga tentang kisah Imam An-Nawawi.
Anakku lek wedok a
HARUS!! 3G hahahaha