Belajar genetika tidak pernah semenyenangkan ini. Dulu, saya punya pengalaman buruk dengan mata kuliah genetika saat perkuliahan semester empat, lima dan enam. Tiga semester itu harus saya lalui dengan belajar genetika metode konvensional. Dosen yang hampir-hampir tidak pernah tersenyum, asisten dosen yang galaknya juga melebihi dosen, dan beberapa proyek mengejutkan bagi mahasiswanya.
Kalau proyek gagal, maka auto tidak lulus. Ini serius. Karena dosen pengampu mata kuliah genetikanya sendiri yang mengatakan bahwa nilai proyek adalah 65%, sisanya tugas, ujian serta kehadiran. Bisa dibayangkan ya bagaimana kalau proyek yang kita jalani gagal? Yah, dunia serasa hancur saat itu buat saya.
Tidak Pernah Gagal
Jujur saja, saya orangnya memang kompetitif banget. Sejak SD saya ranking 1, hingga SMP pun begitu. Lalu SMA saya mulai malas belajar dan mengikuti pelajaran dengan baik. Maka saat terdampar di perkuliahan yang sebenarnya saya ngga suka-suka amat, karena gagal diterima di pilihan pertama sebagai ahli komputer, maka saya juga menjalaninya dengan setengah terpaksa. Jangan ditiru ya.
Duh, kenapa jadi banyak curhatnya ya, hehe..
Intinya, sejak kecil saya hampir tidak pernah gagal. Apa yang menjadi target saya, biasanya tercapai. Berikut ketika urusan lomba olimpiade biologi di SMA, saya pun berhasil. Namun kegagalan pertama saya adalah ketika saya harus mengulang mata kuliah genetika yang saat itu luar biasa mengerikan bagi kami, mahasiswa Biologi.
Saya gagal karena banyak hal. Karena tidak berhasil mengerjakan proyek, juga tidak memahami dengan baik bagaimana genetika yang saat ini saya gandrungi karena penasaran. Sebenarnya saya mencari tahu, apa yang salah dari pengajaran yang saya terima selama ini? Mengapa saya lebih cepat bosan dan takut dengan pelajaran genetika?
Belajar Genetika Lewat Kartun Genetika
Belajar Genetika dengan mudah dan komprehensif adalah sesuatu yang saya cari-cari. Hingga suatu hari saya menemukan ada buku ini, kartun genetika yang akhirnya menjawab hal-hal yang membuat saya penasaran soal genetika ini. Pertanyaan-pertanyaan yang sempat terlintas dalam diri saya, seperti :
Apakah menyambung gen sama seperti menjahit jeans Levis?
Apakah Watson dan Crick kawan Sherlock Holmes?
Bagaimana hubungan seksual pada tumbuhan?
Apakah mutasi genetik nama satu kelompok musik pop?
Jika teman bloger sekalian pernah mempertanyakan hal yang mirip dengan pertanyaan di atas, maka teman bloger harus baca buku ini. Kita perlu Kartun Genetika untuk belajar genetika yang lebih menyenangkan. Karena ia menerangkan seterang-terangnya konsep-konsep penting dalam ilmu genetika modern dan klasik. Buku ini terlebih tidak hanya mendidik, tapi juga lucu.
Genetika Mendelian yang awalnya saya pikir adalah sesuatu yang sangat mengerikan dan sulit dipahami, menjadi mudah lewat buku ini. Bahkan penjelasan tentang genetika mendelian di sini jauh lebih unggul dibanding buku-buku teks. Eh, masa? Iya. Selain karena mudah dipahami, tapi penjelasannya lengkap dan runtut. Meskipun jenaka, tapi penulis serta pembuat komiknya benar-benar cerdas.
Larry Gonick sebagai penulis atau penulis pendamping banyak buku sains dan sejarah bergambar ini saya pikir benar-benar orang yang komunikatif dan akan menjadi dosen yang menyenangkan jika mengajar genetika. Jelas saja beliau ini ternyata alumni Harvard. Begitu juga dengan Mark Wheelis, jika tidak sedang memanjat tebing atau berakit di sungai, beliau ini menjadi dosen senior mikrobiologi di University of California. Nah kan, buku ini memang sekeren itu.
Dijamin, teman bloger yang awalnya tidak menyukai Biologi, terlebih tentang Bab Genetika pasti akan jatuh cinta dan penasaran ingin mereguk ilmu genetika yang lebih luas lagi karena kartun genetika ini. Maka tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa belajar genetika tidak pernah semenyenangkan ini.
Kartun Genetika Oleh Larry Gonick dan Mark Wheelis
Judul Asli : The Cartoon Guide to Genetics
Jakarta, KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 215 halaman. Cetakan kedelapan, April 2020.
[…] hayati yang sangat beragam sebagaimana di Indonesia. Mulai dari keanekaragaman hayati tingkat gen hingga tingkat […]
menjelaskan seusatu lewat cerita selain lebh mudah dipahami juga membuat kita serasa tidak sedang belajar ya mbak, nggak ada beban.
Aku pun merasakan seperti mbak jihan nih. selalu juara, tiba2 di sma aku jadi rasa malas, eh iya donk pertahanan rranking satu harus gagal di semester akhir sekkolah. memang harusnya nggak boleh nggampangke dan merasa bisa ya.