Semua pasti bersepakat bahwa menjadi cantik butuh pengorbanan. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa upaya seorang wanita untuk menjadi cantik akan mengorbankan beberapa hal, termasuk lingkungan?
Yuk, simak perlahan tulisan ini, bagaimana cantik bisa menjadi salah satu hal yang dapat merusak lingkungan.
Dibalik Keberhasilan Industri Kosmetik di Indonesia
Kepopuleran kosmetik berlabel mancanegara terus menggempur industri kosmetik lokal di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, industri kosmetik Korea Selatan (Korsel), Jepang, dan China makin populer di tengah masyarakat Indonesia.
Termasuk saya yang menaruh minat pada jenis kosmetik yang dikeluarkan dari negara-negara yang berhasil membius banyak generasi muda dengan kebudayaannya.
Namun tahu tidak bahwa peluang untuk merebut pasar Indonesia bukanlah sebuah hal yang mustahil. Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 260 juta jiwa. Berdasarkan analisis Switzerland Global Enterprise (2018), Indonesia diprediksi menjadi lima besar pasar kosmetik terbesar di dunia dalam 5-10 tahun mendatang. Tak heran jika dari hari ke hari produk kosmetik buatan Indonesia semakin menjamur. Bersyukur karena mereka sudah sadar dengan lahan empuk perekonomian ini.
Namun bukan itu masalahnya, kemunculan produk-produk kosmetik baik lokal maupun Internasional ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kita. Karena bukan hanya limbah industri non kosmetik yang dapat merusak lingkungan, namun ada juga produk kecantikan yang membahayakan lingkungan. Oleh karena itulah kita harus mulai sadar dan aware soal ini.
Karena dewasa ini semakin marak public figure, pengusaha, hingga influencer mengkampanyekan berbagai macam brand dari kosmetik baik lokal maupun internasional. Semata-mata karena banyak wanita di dunia ini yang ingin “tampil cantik”. Siapa sih yang tidak ingin tampil cantik? Saya pikir semua wanita menginginkan hal tersebut.
Ditambah lagi banyak opini baik dari film, kejadian-kejadian faktual yang menimpa public figure, dan lain sebagainya tentang definisi cantik. Cantik itu paras yang putih, mata yang lebar, kulit yang halus bebas jerawat, bibir yang merah, dan masih banyak lagi “kriteria” yang sengaja dihadirkan di tengah-tengah wanita Indonesia.
Lalu semua wanita pada akhirnya ingin tampil “cantik” sesuai dengan apa yang ditampilkan di TV, radio, surat kabar, hingga sosial media.
Namun, pernahkah kita berpikir bahwa kosmetik atau rangkaian skin care yang beredar atau bakhkan kita pakai saat ini turut menyumbang kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar kita? Salah satu hal yang wajib kita ketahui adalah tentang bahan-bahan kosmetik mana saja yang dapat membahayakan lingkungan. Maka, sebelum berpikir menjadi cantik, bolehlah kita tengok terlebih dahulu, apakah kosmetik yang kita pakai saat ini aman dan ramah lingkungan?
Macam Kandungan Kosmetik yang Membahayakan Lingkungan
Mulai dari menggunakan masker hingga sunscreen, ada banyak kebiasaan yang dilakukan para wanita untuk menjaga kesehatan kulitnya. Saya pun demikian. Benar tidak? Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menjadi cantik butuh pengorbanan.
Namun, tahukah kita bahwa industri kecantikan menyumbang cukup banyak limbah yang berdampak buruk bagi lingkungan? Tak hanya dari sampah kemasan saja, tetapi juga dari kandungan kosmetik itu sendiri, lho! Nah, supaya tidak berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, yuk berhenti menggunakan kandungan kosmetik yang buruk bagi lingkungan.
Exfoliating Microbeads
Microbeads adalah butiran-butiran kecil berbentuk bulat yang terbuat dari plastik. Sesuai namanya, ukuran microbeads sangat kecil, beberapa bahkan tak kasat mata saking kecilnya.
Microbeads lazim ditemukan dalam produk sabun cuci muka, pasta gigi, serta lulur. Dilansir dari kulgram (kuliah instagram) dan akun Line milik Nadia Almira Sagitta, inilah fakta-fakta seputar microbeads dan bahayanya.
- Microbeads paling banyak ditemukan di produk pembersih wajah dan lulur, gunanya untuk mengeksfoliasi sel-sel kulit mati. Untuk apa? Supaya wajah tidak kusam dan tampak bersih. Namun, yang menjadi masalah adalah microbeads ini terbuat dari plastik.Meskipun tidak menimbulkan bahaya tertentu bagi kulit, eksfoliator buatan ini lebih dipilih dari eksfoliator alami karena berbagai aspek. Contohnya karena pengadaannya mudah dalam skala industri dan tidak akan busuk dalam jangka waktu dekat. Teksturnya yang halus juga memberikan keuntungan tersendiri.
- Eksfoliator alami sendiri cukup beragam jenisnya. Mulai dari garam, gula, kopi, oatmeal, sampai biji aprikot. Namun, kelemahan eksfoliator alami adalah teksturnya yang kasar, sehingga tidak boleh digunakan sering-sering (maksimal dua kali seminggu). Kalau terlalu sering digunakan akibatnya kulit wajah akan terlampau tipis.
- Dalam satu kemasan scrub dapat mengandung hingga 300.000 microbeads. Butiran-butiran kecil ini dapat dengan mudah memasuki saluran air tanpa dapat tersaring karena ukurannya yang terlampau kecil.
- Setiap harinya diperkirakan ada delapan triliun butir microbeads mengalir ke laut (2015). Untuk itu, negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Britania Raya sudah melarang penggunaan microbeads. Tetapi di Indonesia sendiri, microbeads belum dilarang penggunaannya.
- Meskipun belum ada data mengenai bioakumulasi (kadar dan efek penumpukan polutan pada rantai makanan) microbeads, partikel ini kemungkinan dapat masuk ke dalam rantai makanan dengan begitu mudahnya. Pada akhirnya, manusia sebagai konsumen puncak pun turut dirugikan. Pasalnya, kita pun menyantap ikan dan hidangan laut lainnya. Mungkin inilah mengapa kanker semakin banyak yang menyerang manusia.
Chemical Sunscreen
Sifatnya yang water-resistant dan dapat meresap dengan cepat, membuat chemical suncreen banyak dipilih para pengguna yang hendak berkegiatan di pantai. Namun, kandungan dalam chemical suncreen, seperti oxybenzone dan octyl methoxycinnamate, diketahui dapat mengganggu kerja kelenjar endokrin. Namun tidak semua chemical sunsceen bersifat demikian ya. Teman bloger boleh sekali mencari tahu lebih dalam soal ini.
Menurut penuturan Mbak Vicky, dokter sekaligus bloger yang juga praktisi dalam bidang ini, Oxybenzone mungkin berbahaya, tapi di Indonesia sendiri jarang dijual karena saking mahalnya produk-produk impor yang menggunakan oxybenzone. Sunscreen buatan Indonesia rata-rata memang menggunakan octyl methoxycinnamate. Octyl methoxycinnamate sendiri belum bisa dibilang berbahaya.
Namun mungkin kita perlu juga lho memperhatikannya mulai dari sekarang. Karena chemical sunsceen ini jika terbilas oleh air laut, akan berpotensi menyebabkan kerusakan pada lingkungan laut karena bersifat racun bagi koral. Jadi pastikan ketika memakai chemical sunscreen tidak akan membahayakan organisme lain yaa.
BHA dan BHT
BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene) merupakan dua zat kimia yang umum digunakan sebagai pengawet dalam produk kosmetik. Seperti shampo, body lotion, dan deodoran.
Sebelumnya, sudah pernah ada berita bahwa dua kandungan ini dapat bersifat racun bagi kulit. Ternyata, tak hanya bagi tubuh saja, kandungan ini pun berbahaya bagi lingkungan. BHA dan BHT bersifat racun bagi organisme yang hidup di air, serta amfibia.
Siloxaned
Siloxanes atau silicon merupakan kandungan yang biasa digunakan pada produk berbentuk cream, lotion, maupun hair care. Pada penelitian yang dilakukan oleh Norwegian Institute for Air Research, melaporkan bahwa mereka menemukan kandungan siloxanes pada sampel air yang diambil dari beberapa negara Nordik. Tak hanya itu, siloxanes juga dapat menguap ke udara saat digunakan pada tubuh.
Namun jarang sekali Indonesia menggunakan bahan baku ini. Begitulah menurut penuturan Mbak Vicky, seorang dokter sekaligus bloger yang memahami soal kecantikan. Yah, saya pun berpikir karena sumbernya berasal dari Norwegia, bisa jadi hal tersebut tidak berlaku pula di Indonesia. Mudah-mudahan ya. Tentu saja ini menjadi PR kita bersama nantinya.
Triclosan
Triclosan merupakan zat kimia yang kerap digunakan pada produk dengan klaim anti-bakteri, seperti hand sanitizer atau deodoran. Saat terbilas, zat ini dapat mencemari air dan makhluk hidup, baik itu hewan maupun tanaman, yang tinggal di dalamnya.
Triclosan juga sulit untuk terurai, sehingga cenderung menumpuk pada lingkungan dan berpotensi untuk bereaksi membentuk zat racun dengan zat kimia lainnya.
Lihat, teman bloger tentu harus tahu ya bahan-bahan apa yang seharusnya tidak ada dalam kosmetik maupun rangkaian skincare yang kita punya. Selain berbahaya untuk diri sendiri, kandungan bahan-bahan tersebut di atas juga sangat membahayakan lingkungan.
Jika lingkungan sudah rusak, apa yang akan kita lakukan kemudian mungkin sudah terlambat. Oleh karena itu sebelum tanah, air, laut, dan udara kita tercemar, langkah preventif untuk mengedukasi masyarakat soal ini adalah hal mutlak yang menurut saya harus segera disosialisasikan, harus segera diberikan informasinya pada masyarakat sebelum terlambat.
Kebiasaan Kecil yang Membantu Menyelamatkan Lingkungan
Jangan hanya merawat kulit saja, tapi ingat juga untuk merawat bumi kita, ya. Apa gunanya menjadi cantik jika merusak lingkungan ya kan. Cantik bisa padam karena termakan waktu. Ketika fisik sudah tak lagi cantik, lingkungan pun telanjur terusik. Lalu apa yang akan tersisa untuk anak, cucu dan cicit?
Oleh karena itu sebelum menjadi rusak, sebelum tanah, air, udara dan seluruh aspek kehidupan kita tak lagi bersih, yuk lakukan langkah preventif untuk ikut menjaga lingkungan. Beberapa rutinitas kecantikan yang sebaiknya dilakukan untuk membantu menyelamatkan bumi diantaranya :
1. Tidak asal membuang kemasan produk
Produk kosmetik memiliki kemasan yang beragam. Ada yang terbuat single ingredient seperti plastic container, aluminium tube, hingga botol kaca.
Jenis kemasan ini dapat langsung dibuang dan didaur ulang. Selain itu, ada juga yang terbuat dari multiple ingredients seperti palette, pumps, atau droppers. Nah, untuk kemasan kosmetik yang terbuat dari beberapa jenis bahan, teman bloger harus melucuti setiap partikelnya agar lebih mudah didaur ulang.
Misalnya untuk kemasan pumps, pisahkan bagian plastik, per, dan selang, dan buang secara terpisah. Jangan asal buang 🙂
Bonusnya, cream yang menempel masih bisa kita pakai. Kalau kata warga twitter sih dikoretin sampai habis, nggamau rugi. Hehe, ya daripada langsung dibuang tanpa dipisahkan? Bahaya juga kan.
2. Tidak membeli produk dengan kandungan yang berbahaya bagi lingkungan
Kandungan dalam skin care yang kita gunakan memegang peranan penting bagi lingkungan. Pasalnya, bilasan sabun, masker, scrub, dan skin care lainnya dapat menjadi limbah yang mencemari laut.
Salah satunya sempat populer beberapa waktu lalu, yaitu plastic microbeads yang banyak ditemukan pada produk scrub. Seperti yang telah kita bahas pada paragraf sebelumnya. Oleh karena itu, lebih berhati-hati dalam memilih kandungan dalam produk, yuk.
Kita perlu lho mempertimbangkan produk-produk vegan atau natural yang lebih ramah lingkungan.
3. Mengurangi penggunaan produk sekali pakai
Kapas, cotton buds, dan sponge merupakan beberapa contoh produk kecantikan yang hampir setiap hari kita gunakan. Apalagi untuk kapas dan cotton buds, kadang bisa digunakan lebih dari 1 perharinya dan langsung dibuang begitu saja.
Padahal jika dikumpulkan, sampah dari dua produk ini dapat sangat menumpuk dan mencemari lingkungan, lho! Alih-alih menggunakan produk sekali pakai, ganti pembersih makeup kita dengan reusable cotton pads atau makeup remover cloth dapat membantu mengurangi sampah.
4. Tidak memilih produk yang melakukan uji coba pada hewan
Selain menyelamatkan bumi, kita juga seharusnya tidak melupakan keselamatan makhluk hidup di dalamnya, termasuk juga hewan. Uji kelayakan dan keamanan produk sering kali dilakukan pada hewan. Banyak hewan yang harus mengalami rasa sakit hingga mati, saat dijadikan percobaan.
Duh ngga tega kan? Oleh karena itu, yuk hindari menyiksa hewan-hewan ini dengan cara membeli produk dengan label cruelty free atau no animal testing.
5. Tidak membiarkan air keran menyala saat mencuci wajah
Siapa di sini yang punya kebiasaan menyalakan air keran sewaktu mencuci wajah atau sikat gigi?
Meskipun terdengar sepele, kebiasaan ini bisa membuang air dalam jumlah yang banyak, lho! Ingat untuk selalu mematikan keran air saat tidak digunakan. Misalnya, saat kita sedang membersihkan wajah dengan face wash atau saat membersihkan seluruh tubuh dengan sabun.
Ingat, setiap air yang terbuang sia-sia karena kecerobohan kita, saat itu pula di belahan dunia lain ada masyarakat yang begitu banyak kekurangan air bersih. Bahkan untuk mendapatkannya saja mereka harus menempuh beberapa kilo meter dari huniannya. Tak jarang ada yang meminum air lumpur karena tak pernah ada air bersih untuk dikonsumsi.
6. Memilih produk kemasan eco-friendly
Memilih produk kecantikan dengan cara cerdas selain menyelamatkan bumi dari dampak buruk, kita juga tergiring untuk lebih sehat dan hemat. Cara ‘hijau’ yang dapat dilakukan adalah memilih produk kemasan yang eco-friendly atau ramah lingkungan.
Mengingat masih sedikit perusahaan yang tergerak untuk membuat kemasan ramah lingkungan atau non plastik, kita dapat mengakalinya dengan opsi pembelian produk. Contohnya saja sabun batangan yang biasanya terbungkus oleh kertas, dibanding sabun mandi cair yang kemasannya kebanyakan terbuat dari plastik.
Hayoo siapa nih yang masih suka pakai sabun batangan?
7. Membeli kemasan isi ulang dan berkreasi dengan bekas kemasan
Tanpa disadari kita memang hanya memiliki pilihan terbatas, khususnya dalam membeli produk kecantikan yang memiliki kemasan plastik. Mau tidak mau kemasan yang sudah tak terpakai akan dibuang dan menjadi limbah kosmetik.
Namun kita bisa kok ikut berperan dalam mengurangi konsumsi plastik. Contohnya seperti membeli produk kecantikan dalam bentuk isi ulang, serta memanfaatkan bekas kemasan dengan mengubah fungsinya. Selain itu, mengingat sudah mulai banyak brand kecantikan yang menerima pengembalian bekas kemasan, teman-teman bisa memanfaatkan hal ini guna mengurangi penggunaan plastik.
8. Jeli memilih produk berdasarkan profil perusahaan
Bagi teman-teman yang bertekat menjalani gaya hidup ramah lingkungan, biasanya sikap teliti dan cermat tidak hanya berlaku saat memilih produk, tapi juga latar belakang brand yang hendak kita beli.
Ada baiknya untuk membeli produk dari perusahaan yang punya kepedulian terhadap lingkungan. Kita dapat membaca informasi tentang bagaimana produk dibuat dan aman tidaknya bagi lingkungan pada kemasan produk. Beberapa perusahaan biasanya menawarkan layanan penukaran wadah bekas produk dengan produk baru atau isi ulang dengan wadah yang dimiliki pelanggan.
Contoh, melawan penggunaan microbeads. Bagaimanakah cara melawan penggunaan microbeads? Mudah kok, cukup hindari membeli produk-produk kecantikan yang mengandung microbeads.
Salah satu cara untuk mendeteksi produk kecantikan kita mengandung microbeads adalah dengan mengecek langsung kandungannya. Bahkan ada beberapa produk yang langsung mencantumkan kandungan microbeads pada label depan. Microbeads sendiri dapat terdiri dari bahan-bahan seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP), polyethylene terepthalate (PET), polymethyl methacrylate (PMMA), dan nylon.
Bahan-bahan seperti itu seringkali dijadikan bahan dasar yang sama dalam industri pembuatan plastik kresek lho. Untuk polypropylene glycol (PEG) sendiri tidak termasuk bahan berbahaya atau pembuat microbeads ini ya.
9. Memerhatikan kandungan dalam produk kecantikan
Mengingat produk ramah lingkungan berorientasi pada bahan-bahan alami seperti minyak esensial dan ekstrak tumbuhan, teman bloger bisa membaca label setiap kali ingin membeli produk. Di Amerika Serikat, beberapa kandungan sudah resmi dilarang seperti kandungan microbead. Kandungan yang biasanya ada dalam produk kecantikan seperti scrub wajah ini dinilai dapat mencemari danau dan lingkungan, serta sama halnya dengan membuang plastik ke lautan.
Sayangnya, di Indonesia sendiri belum ada peraturan mengenai pelarangan kandungan ini. Sebagai langkah pencegahan, kita dapat meminimalisir penggunaan kandungan berikut saat memilih produk kecantikan : polyethylene, polypropylene, polyethylene terephthalate, dan polymethyl methacrylate.
10. Memilih produk yang benar-benar dibutuhkan
Alih-alih ingin mencoba beragam produk dalam satu waktu, akhirnya mungkin kita memutuskan membeli produk kecantikan yang baru tanpa memikirkan dampaknya. Sebagai langkah jitu, membeli produk kecantikan yang benar-benar diperlukan dan menggunakannya semaksimal mungkin hingga produk habis dapat meminimalisir penggunaan kemasan yang berlebihan.
Membeli produk kecantikan yang sudah dimiliki hanya akan menambah pengeluaran juga timbunan sampah setelahnya. Statement ini tentu saja sebagai pengingat untuk diri sendiri juga agar tidak membeli produk karena hawa nafsu semata, bukan karena kebutuhan.
Duh ribet banget sih, beli skincare atau kosmetik saja harus belajar banyak banget.
Oh iya, jelas. Karena apa yang kita gunakan saat ini, apa yang kita maksimalkan hari ini akan ikut memberi dampak pada bumi dan makhluk hidup lain di masa yang akan datang 🙂
Karena pilihan kecantikanmu membantu lingkungan tetap terjaga dan juga ikut sejahterakan masyarakat. Jadi jangan pernah merasa lelah atau bosan berdiri di atas kebaikan
Program Madani Berkelanjutan untuk Lestarikan Cantikmu
Indonesia yang merupakan zamrud khatulistiwa, hutan yang luasnya terbentang tanpa cela, gambut dan berbagai jenis tumbuhan dan hewan di penjuru Nusantara, sudah selayaknya untuk kita jaga kelestariannya bersama-sama.
Tidak hanya itu, bahkan mulai tahun 2020 tanah air tercinta kita ini juga bakal punya amunisi tambahan. Yaitu 190juta anak bangsa yang kreatif, imajinatif dan inovatif. Apalagi di tahun 2030 mendatang, tahun yang disebut sebagai tahun bonus demografi. Akan semakin banyak anak bangsa yang siap mendukung pembangunan negeri.
Sayangnya, PR kita masih banyak. Apalagi melihat kekayaan alam Indonesia yang sangat membanggakan tersebut di atas. Pekerjaan kita untuk mengelola alam secara lestari ternyata belum berhasil. Sehingga banyak bencana terjadi.
Ditambah bahan alam masih banyak dijual mentah tanpa diolah jadi produk turunan bernilai tinggi. Ditambah lagi Investasi belum merata apalagi berkualitas. Hingga pada akhirnya anak muda banyak yang menganggur dan banyak yang lari ke kota. Memenuhi tiap ruang perkotaan hingga saya pun merasa sesak dengan kota kelahiran saya sendiri.
Investasi dimana-mana sudah pasti diiringi dengan pembangunan yang terus menggempur lahan hutan kota yang akhirnya semakin sempit.
Melalui visi ekonomi lestari ini, Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat sipil, akademisi, dan lain-lain seharusnya bisa membangun ekonomi tanpa merusak lingkungan, tanpa merusak kawasan. Tidak ada yang mustahil kok jika kita berpegangan tangan menyelesaikan masalah bersama-sama.
Sebagai contoh yang cukup potensial yaitu sebuah Kabupaten di Sumatra yang memiliki potensi ikan gabus. Ikan tersebut dapat memproduksi albumin yang baik untuk imunitas tubuh. Ikan gabus juga dapat dibudidaya bersama, sehingga kawasan gambut tetap terjaga dan ikan tidak punah.
Produk turunan dari ikan gabus tersebut juga bisa dipasarkan lagi dengan kemasan yang menarik dan ramah lingkungan. Keuntungannya nyata bagi masyarakat di kabupaten karena nilai jual yang berkali lipat.
Apa yang ditawarkan ekonomi lestari?
Ekonomi Lestari menawarkan modal pembangunan yang dapat menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lewat industri produk turunan berbasis alam. Kegiatan ini dikelola secara lestari bagi konsumen di seluruh Indonesia bahkan dunia.
Jika kita bergotong royong sesuai peran masing-masing, semua PR mudah terselesaikan. Kita makin bangga dengan produk indonesia bernilai tinggi yang produksinya aman. Lalu investasipun berkualitas sehingga dapat mendukung sektor yang tepat. Tanah kita sehat, air kita bersih dan 190 juta anak bangsa mendapat tempat berkarya di penjuru Indonesia.
Bayangkan jika ekonomi lestari mampu merangkai masa depan Indonesia. Tanah subur, air bersih dan masyarakat mandiri. Kita pasti bisa bergotong-royong agar cita-cita tanah air Indonesia, zamrud khatulistiwa kebanggaan bangsa bisa terwujud. Lingkungan terjaga, masyarakat sejahtera.
Mencontoh Ibu dalam Memanfaatkan Bahan Sekitar untuk Kecantikan
Tanpa bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti di atas, kita sebagai wanita, bisa kok tetap cantik. Contohnya para ratu dan putri di zaman kerajaan dahulu kala. Adakah yang memakai kemasan pumps untuk membersihkan wajahnya? Adakah yang memakai scrub yang mengandung microbeads, atau sabun dengan triclosan atau BHA dan BHT?
Tentu saja tidak ada. Mereka semua, para ratu dan putri kerjaan serta kembang desa yang banyak menarik perhatian orang karena kecantikannya memakai bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya untuk merawat kulit. Kita bisa kok seperti itu. Tanpa harus melukai atau merusak habitat makhluk hidup lainnya seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita zaman dulu.
Ibu saya juga pernah cerita, tidak ada ceritanya ibu memakai facial wash, make-up remover, atau bahkan sunscreen dengan bahan kimia. Semua yang ia gunakan murni dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar. Seperti lidah buaya, daun kelor,binahong, minyak zaitun, lemon, air bunga mawar, air rendaman beras, mentimun, tomat, dan masih banyak lagi.
Bagaimana wajah beliau? Tentu saja bersih, sehat, dan sampai sekarang masih awet muda meski usianya sudah 60 tahun 🙂
Ibu adalah salah satu role model saya dalam memelihara kecantikan kulit dan tubuh.
Ibu bercerita, dulu Ibu telaten sekali membuat masker sendiri. Masker yang terbuat dari beras, mentimun, tomat, hingga jagung. Ibu juga tak malas untuk merawat kulit dan rambutnya dengan lidah buaya yang ditanam di samping rumah. Bahkan rendaman air bunga mawar pun beliau masih suka sekali membuatnya jika senggang. Saya belajar dari Ibu, bagaimana bisa cantik tanpa merusak lingkungan.
Pun hingga saat ini, ibu memanfaatkan tanaman yang tumbuh di rumah kami. Baik untuk bahan makanan, obat, hingga perawatan kulit.
“Ibuk kenapa suka banget sih sama kelor?”
“Eh kelor tuh manfaatnya banyak. Bukan cuma untuk tubuh, tapi juga untuk kecantikan.”
Benar saja apa yang dikatakan Ibu, saat ini banyak brand kecantikan yang menggunakan kelor sebagai bahan dasarnya. Termasuk skin care yang saya pakai saat ini. Jika teman bloger memakai skin care vegan pasti akan menemui daun kelor ini pada komposisinya.
Ternyata benar apa kata Ibu, selain bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, karena mengandung nutrisinya yang sangat banyak, daun kelor memiliki manfaat lain yaitu menghilangkan flek hitam pada wajah.
Kandungan yang terdapat dalam daun kelor salah satunya yaitu Vitamin E yang berguna untuk membantu menjaga kelembaban kulit, serta dapat menghilangkan flex hitam pada wajah. Ditambah, ada zat antioksidan yang didalamnya memberi perlidungan pada kulit dari polusi dan radikal bebas.
Siapa sangka ilmu tentang kelor yang saya dapatkan dari Ibu ini memantik rasa ingin tahu dan ingin mengembangkan kelor sebagai potensi komoditas lokal di Indonesia.
Potensi Komoditas Lokal di Indonesia untuk Program Madani Berkelanjutan
Kita bisa memanfaatkan potensi komoditas lokal untuk mendukung program madani berkelanjutan ini, khususnya di bidang kosmetik.
Beberapa potensi komoditas lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia berikut bisa lho dikembangkan menjadi bahan skincare vegan tanpa merusak lingkungan. Contohnya si daun kelor yang terkenal ini.
Melansir Regional Kompas, Kelor (Moringa oleifera) yang tumbuh di daratan Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini diklaim memiliki kualitas terbaik nomor dua di dunia setelah Spanyol. Keunggulan tersebut membuat kelor saat ini diburu oleh pembeli dari sejumlah negara.
Pengakuan itu disampaikan oleh pengusaha Kelor asal Jawa Barat, Dudi Krisnadi, saat ditemui sejumlah wartawan di tempat budidaya kelor Moringa Wirasakti, di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. Menurut Dudi, kualitas kelor asal Timor yang dinilai terbaik itu membuat para pembeli kelor asal Eropa, Australia, Arab Saudi, Korea Selatan, dan China saat ini sedang antre menunggu hasil panen kelor dari Timor.
“Hasil penelitian dari sejumlah pihak menyebutkan kalau kualitas kelor Timor yang terbaik di dunia. Inilah yang membuat para pembeli dari luar negeri sudah bersiap menunggu. Saat ini sudah ada permintaan kelor basah dari luar negeri sebanyak 100 ton per bulan, sehingga target kita pada tahun 2016 mendatang kita sudah bisa penuhi permintaan itu,” kata Dudi yang sudah akrab dengan dunia kelor sejak tahun 2001.
Demi mempersiapkan target tersebut, sebagai basis atau inti harus disiapkan sebanyak 1.000 hektar lahan. Sementara untuk plasma di masyarakat akan tersebar dengan sendirinya. Lahan saat ini yang ditanami kelor untuk seluruh Timor Barat baru sekitar 400 sampai 500 hektar dan berpusat di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Kupang, dan Kota Kupang.
Kelor Timor unggul karena bisa ditanam di dalam satu kebun yang memiliki hamparan luas (budidaya), sedangkan di daerah lain di Indonesia yang sudah dicoba, tapi tidak berhasil.
”Kalau di tempat lain pertumbuhan kelor sangat lama. Bisa lebih dari satu tahun belum tumbuh bunga dan biji, sementara di Timor baru enam bulan sudah tumbuh biji dan itupun dipangkas daunnya sehingga menurut kita sangat luar biasa. Secara teoritis kalau di daerah Afrika dan India, sembilan bulan baru tumbuh biji, tetapi tidak dipangkas daunnya,” -Dudi-
Kegunaan dan manfaat daun kelor sangat beragam bahkan di sejumlah negara disebut sebagai pohon ajaib karena terbukti secara ilmiah merupakan sumber gizi berkhasiat. Disebut-sebut kelor sebagai obat yang kandungannya di luar kebiasaan tanaman pada umumnya.
“Menurut hasil penelitian, daun kelor mengandung vitamin A, C, B, kalsium, kalium, besi, dan protein dalam jumlah yang sangat tinggi yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia. Bahkan jumlahnya berlipat-lipat dari sumber makanan yang selama ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk perbaikan gizi di sejumlah negara,” kata Dudi.
Bahkan, kelor juga mengandung 40 antioksidan dan 90 jenis nutrisi berupa vitamin essensial, mineral, asam amino, anti penuaan, dan anti inflamasi. Kelor juga mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional di India dan Afrika serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.
Daun Kelor dan Manfaatnya untuk Kulit
Kelor (Moringa Oleifera) yang selama ini dikenal masyarakat sebagai sayuran adalah tanaman multiguna yang memiliki banyak kelebihan. Tak hanya seluruh bagian tanamannya bermanfaat, kelor memiliki kandungan super nutrisi yang jauh melampaui kandungan nutrisi bahan pangan pada umumnya.
Kelor secara ilmiah juga telah teruji dapat mengatasi beragam gangguan kesehatan serius, seperti kanker, tumor, hipertensi, diabetes, dan HIV/AIDS. Namun tak hanya itu, kelor juga bisa dimanfaatkan untuk perawatan kulit. Beberapa tips yang saya dapat dari Ibu kelor bisa dimanfaatkan untuk masker wajah agar flek hitam enyah.
Kemampuan daun kelor dalam menghilangkan flek hitam karena memiliki kandungan antioksidan yang terdapat pada daun kelor sangat tinggi mencapai 113 Mg per 100 gram. Memanfaatkan daun kelor untuk kecantikan sebaiknya gunakan dalam bentuk bubuk karena lebih awet dan tahan lama. Cara ini mungkin agak ribet namun hasilnya juga memuaskan. Lalu yang terpenting tidak menyakiti lingkungan, kan 🙂
#1 Membuat Masker Daun Kelor
Bagi teman-teman yang ingin membuat sendiri masker daun kelor bisa ikuti langkah berikut :
- Bersihkan daun kelor kemudian tumbuk hingga halus
- Campurkan bedak bayi aduk sampai merata (secukupnya saja)
- Lalu, oleskan hingga merata ke seluruh wajah
- Diamkan beberapa saat 15-20 menit hingga kering
- Jika sudah mengering, bilas dengan air bersih dingin
- Untuk hasil yang maksimal lakukan dengan rutin 2x dalam seminggu
Gimana, mau mencoba resep jadul dari Ibu saya?
#2 Membuat Masker Daun Kelor untuk Flek Hitam
Sebenarnya jika teman-teman tidak ingin repot dengan mencampurkan daun kelor dengan bahan lainya, kita juga bisa menggunakan cara ini :
- Merebus beberapa lembar daun kelor.
- Setelah kandungannya keluar dan larut dalam air rebusan, tinggal usapkan saja ke seluruh bagian wajah.
- Tunggu beberapa saat lalu bilas dengan air bersih.
Selesai! Rutinkan pemakaian masker ini jika ingin mendapatkan hasil maksimal. Terutama bagi mombloger yang akan menginjak usia kepala-4.
Masih banyak lagi produk kecantikan yang memanfaatkan bahan-bahan alami seperti lemon, mentimun, aloe vera atau lidah buaya, alpukat, tea tree, sereh, melon, dan lain sebagainya. Inilah tugas kita untuk mendukung program madani berkelanjutan agar trend skin care tidak hanya membuat kita cantik. Tapi juga ikut melestarikan lingkungan.
Menjadi cantik memang butuh pengorbanan, namun jangan korbankan lingkungan 🙂
Siapa tahu, adanya tulisan ini akan menggerakkan banyak pihak yang mudah-mudahan membacanya. Mulai dari Pemerintah Daerah, akademisi, praktisi, hingga masyarakat untuk mendukung komoditas lokal yang ada di Indonesia dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kesejahteraan masyarakat.
Yuk ambil peranmu agar Indonesia tetap lestari. Pilihan ada di tangan kita lho, menjadi cantik sambil menjaga kelestarian lingkungan bukankah tidak sulit? Tidak sulit kok jika dikerjakan secara bersama-sama. Semangat ya kita, pejuang cantik!
Referensi :
brilio.net/microbeads
Sciencenordic.com
Surya.co.id dengan judul Mempelajari Potensi Kelor di Kampung Konservasi Kelor Indonesia
Regional Kompas, Kampung Konservasi Kelor di Indonesia
Waooo Mba, saya baru tahu kalau kelor bagus untuk kecantikan.
Dari kecil saya makan kelor Mba, di tempat ortu saya, rasanya hampir di setiap tempat tumbuh pohon kelor.
Dan kelor itu udah jadi makanan wajib ada di setiap rumah, minimal 3 kali seminggu kayaknya makan kelor 😀
Ternyata malah bagus buat kecantikan ya, dan ramah lingkungan pula 🙂
Iyaa kak Reee, aku pun baru tahu dari ibuku yang akhir2 ini jadi sering banget nyari kelor hehe. Ternyata selain buat kesehatan, dia juga bisa bikin cantik yaa.
Dulunya aku ga suka kelor sekarang jadi ikutan suka >.<
Ternyata dibalik hasil yang membuat para wanita makin cantik ini, ada beberapa faktor yg menjadi korban. Btw daun kelor selain banyak manfaat untuk kesehatan juga sering dipake untuk menangkal hal hal gaib Klo di daerah saya
Banyak sekali yang harus dijelaskan dengan lebih teliti.
Tidak semua chemical sunscreen itu mengganggu kerja endokrin. Oxybenzone mungkin berbahaya, tapi di Indonesia sendiri jarang dijual karena saking mahalnya produk-produk impor yang menggunakan oxybenzone.
Sunscreen buatan Indonesia rerata menggunakan octyl methoxycinnamate.
Tapi di kemasannya, mereka rerata bukan menuliskan octyl methoxycinnamate, melainkan menuliskannya sebagai ethylhexyl methoxycinnamate.
Octyl methoxycinnamate sendiri belum bisa dibilang berbahaya.
Memang ada beberapa riset yang melihat terjadi penurunan fungsi kelenjar endokrin, tapi riset ini baru terbukti pada hewan percobaan, belum terbukti pada manusia.
Pembuktian itu pun baru terjadi pada beberapa riset saja, tidak bisa dianggap membahayakan karena pada riset serupa dengan hewan percobaan, hewannya baik-baik saja meskipun sudah disuntiki octyl methoxycinnamate.
Akibatnya, dewan peneliti konsumen Eropa pun menyatakan bahwa octyl methoxycinnamate belum berbahaya bagi lingkungan.
Lalu, tidak semua siloxane itu berbahaya. Ada beraneka ragam siloxane, tapi yang berbahaya itu baru siloxane D4.
Jarang sekali siloxane D4 dipakai pada kosmetik di Indonesia, karena bahannya juga susah diperoleh.
Kosmetik Indonesia banyak menggunakan siloxane, terutama berupa dimethicone, tapi dimethicone ini jelas tidak masuk kategori siloxane berbahaya.
Ya ampun, panjang banget komen ini.
Kak Vickyyy makasih banyaak masukannya, jadi bahan evaluasi tulisan ini juga. Waaaah so happy kak Vicky kasih insight panjang gini
Aku teruwow baca komenan kak Vicky. Tapi bener-bener kasih pencerahan sih. Kadang karena baca info sana sini, jadi takut beli skincare, ujung-ujungnya malah nggak skincarean…
Hahaha, keknya kalau itu karena aku yang malas ding.
Btw, ibu-ibu kita dulu memang kreatif dan telaten ya. Ibuku juga gitu, semua mua dibikin masker, dari susu segar, alpukat, tomat, timun, ada aja yang dibuat masker. Tapi memang jadinya bersih dan pastinya sehat sih. Duh anaknya, pakai yang udah tinggal pencet aja malasnya bukan main 😀 😀
Mampir ke sini lsma dah eh ketemu komen Mba Vicky. Jadi merasa lebih tercerahkan.
Btw karena tulisan Kak Jihan, aku beneran beli reusable cotton pads dong. Hihi.
Jajan sekali tapi hemat sampai nanti nanti. Agak up dikit sih harganya. Tapi yaaa nggak apa kali ya.
iyakah? Alhamdulillaah, aku jg kemarin langsung nyari cotton pads di marketplace kak hahaha. Terimakasih ya sudah mampir
Aku juga gara2 baca artikel ini, langsung otw beli reusable cotton pads. Harganya mayan sih. Tapi demi lingkungan yang lebih sehat. Gak apa deh
selain kandungan dari kosmetik, yang menurutku juga bikin rusak lingkungan adalah kemasannya. Makannya aku suka banget kalau ada kosmetik yang menyediakan isi ulang. Pemanfaatan tanaman untuk kosmetik jga bagus banget ya kak
iya nih kak bener banget. Aku jg baru kepikiran ketika akan menuliskan artikel ini. Banyak sih sekarang yang menyediakan kemasan isi ulang ya
Wah daun kelor bisa buat mengatasi masalah flek hitam ya. Selama pandemi, wajahku jd muncul flek hitam karena di awal pandemi kena herpes zoster ophtalmicus, herpes yg menyerang mata, tapi efek semcam lukanya itu sampai ke pipi, dokter mata menyarankan jangan dulu pakai skincare karena takut tabrakan dengan obat herpesnya. Akhirnya aku gak pakai skincare apapun sekitar 5 bulan. Klo berjemur gak pakai sunscreen juga. Jadi ya udah dech mulai muncul si flek hitam. Bagus juga klonada cara alami yang aman buat wajah dan lingkungan, dengan biaya yg lebih terjangkau pula.
Produk scrub dari microbeads.
Ok. Habis ini nggak beli lagi yang scrub scrub gini. Ada sih aku masih pakai buat wajah dan lulur. Tapi kalau ternyata nggak bagus buat lingkungan yaaa mending nggak usah.
Nah urusan cotton buds, aku memang udah nggak pakai. Ada tapi awetnyaaaa ampun ampunan. Kapas nih yang masih.
Ternyata ada ya produk pengganti kapas kecantikan yang bisa dipake berkali-kali. Jadi pengen nyari.
Jadi, mulai sekarang, cantik bukan sekadar cantik tapi juga perlu memperhatikan kandungan dalam skin care itu sendiri. Karena cantik aja nggak cukup, kalau nggak peduli sama lingkungan, hihi..
Btw, itu daun kelor memang banyak manfaatnya ya mbak. Aku seringnya di sayur bening, eh ternyata bisa buat masker juga, coba ah 😀
Mata terbelalak baca ini mba, tpi aku prnah ikut kulwap ttg perawatan kulit wajah dgn dokter kulit yg lmyan terkenal, beliau tuh ga menyarankan pake alami2 gitu mba krna 1 dan lain hal…bner2 harus jeli lgi ya beli skincare
Wah kenapa ya kira-kira hihi jadi penasaran nih
Wah, kok menarik ini sarannya. Kenapa malah nggak dibolehin pakai yang alami-alami? terus rekomendasi dari dokternya pakai apaan mbak?
wah kalau tau dari dulu daun kelor bisa di bikin masker aku coba deh. hahaha dari dulu suka makan daun kelor karena banyak tumbuh di mana-mana. kalau sekarang malah udah gak pernah ngeliat lagi.
Setuju banget .. ga harus mahal untuk jadi cantik yaaaa …. yg alami aja udah bagus khasiatnya
baru tahu lho aku kalau pembersih wajah yang ada scrubnya itu mengandung Microbeads, ngeri juga membayangkan microbeads itu ngalir di aliran air terus nyampe ke laut terus dimakan ikan, dan ikannya dimakan kita!!! haduh. gak pake lagi deh yang ada scrubnya.
selama ini pake skincare ya pake aja, aman-aman aja gak mikir ada efek sampingnya sama lingkungan. produk alami dan ramah lingkungan untuk skincare sepertinya harus semakin digencarkan ya,
Aduh untung aku udah ganti facial wash, sebelumnya ad microbeads-nya haha. Sambil lihat kemasan sunscreen di rumah, kayaknya gada bahan membahayakan tp masih tipe chemical ss, huhu. Coba ganti produk deh, infonya bermanfaat banget nih
Setuju banget sama judulnya. Lebuh setuju lagi dengan isinya. Cuma kalau saya belun sampai ke situ sih, yang penting cocok aja di kulit.
Waduhh, saya masih pakai kapas pas pake micellar water.
Mau de beli reuseable cloth..
Trmksh himbauannya mba
Daun kelor selain segar kalau dimasaka ternyata segar juga buat maskeran ya.
Ibu saya juga telaten nanem sendiri daun kelor, oh ini ternyata fungsinya.
Kalau maskeran saya pakai tomat mbak, nggak pakai masker yang beli di toko toko itu
betul mbaa, sesekali aku juga pakai masker dari mentimun, tomat, sama kelor ini. wkwkw kelornya minta dari Ibu
Sepakat banget sama isi artikel ini. Sungguh, berasa diingatkan secara lembut kalau merawat diri jangan sampai bumi rusak.. Banyak produk kecantikan yang berasal dr alam dan ramah lingkungan, duh ya semoga di luar sana banyak yg lebih aware terhadap bumi ini. Dan semoga makin banyak sosok seperti ibu mbak yg memanfaatkan bahan alami untuk merawat tubuh. Jadi pengen bikin masker daun kelor uy
Bisa jadi ternyata kosmetik yang selama ini aku pakai membahayakan ya mbak. Agak ngeri ngeri juga ya ternyata efeknya jika terlalu lama menggunakannya. Kalau pakai bahan alami kadang suka males nih, hihihi
bener juga ya, emang cantik jg kudu baik sama diri sendiri dan lingkungan , dengan pakai bahan-bahan alami yang lebih aman 🙂
Setuju nih, sy pilih yg alami utk perawatan, demi keamanan juga demi lingkungan. Tp klo perlu beli produk, sy akan pilih n baca teliti dulu kandungan dari kosmetika yg mau dibeli. Mulai dr kemasan, bahan², dan info lainnya pasti bisa dicek di labelnya.
Menjadi cantik yang tidak mengorbankan lingkungan dong ya seharusnya, jadi seiring sejalan gitu. Lagian banyak kok tumbuh-tumbuhan di alam yang bisa kita gunakan untuk merawat kecantikan, daun kelor bisa dijadiin masker wajah ya, noted.
Bener juga ya mau glowing jangan sampe merusak lingkungan. Apalagi kalo bahaya terhadap kulit
Kak Jihan, ini insight baru buat aku..
Kupikir karena exfoliator seperti microbeads itu biasa ada di tipi jasi kuanggap ini aman saja bagi lingkungan kita.
Wah mesti banyak baca dulu nih sebelum pake skincare atau pun kosmetik yang kita gunakan.
Btw makasih loh resep lulur alaminya kak. Ada daun kelor di sini. Mau buat juga ahhh
sama-sama kak. Terimakasih juga sudah mampir 🙂
Wah wah wah gak bisa asal nih kalau beli skincare. Mesti hati2 demi keberlangsungan lingkungan hidup kita.
Wah lengkap sekali ulasannya mbak Jihan. Jadi memang kita harus ttp jaga lingkungan ya untuk bisa ttp tampil cantik agar alam tetap seimbang.
Ternyata memang nggak asal pilih ya Mbak. Salah pilih malah merusah diri dan juga merusak lingkungan. Thanks banget nih tutorialnya tentang menggunakna daun kelor untuk kesehatan kulit. Bagus banget. Bahan alami untuk kesehatan kulit.
Setuju banget mbak, boleh cantik tapi tetap utamakan lingkungan. Apalagi botol2 limbah kecantikan itu banyak banget ya.