Ada banyak rencana yang tertunda akibat pandemi yang mulai menyerang Indonesia pada pertengahan Maret kemarin. Salah satunya adalah launching buku solo perdana saya yang sudah memasuki cetakan kedua. Saat itu saya kelewat optimis, nampaknya. Bahwa Covid-19 tidak akan memasuki Indonesia. Lalu tiba-tiba, BOOM! Saya pikir mungkin seperti itulah perasaan orang lain ketika rencananya terpaksa harus ditunda atau bahkan dibatalkan ketika virus ini menyerang.

Narasi Gurunda yang dicetak pertama kali pada Desember 2019 akhirnya berhasil cetak ulang pada Februari 2020 kemarin. Lalu baru bisa didistribusikan pada awal Maret 2020. Seorang kawan mengajak saya bekerja sama untuk mengadakan launching buku saya di sebuah hotel. Dana yang sudah kami keluarkan untungnya tidak terlalu banyak. Karena selang beberapa hari saya memastikan dan meninjau ulang tempat launching tersebut, Pemerintah segera memberlakukan social and physical distancing. Maka dengan sangat terpaksa, saya pun harus menunda acara yang selama ini saya nantikan.

Untung saja pihak sponsor tidak keberatan dan tidak mempermasalahkan, sehingga saya pun sedikit tenang. Bagaimanapun, undangan yang sudah kami sebar pun pada akhirnya harus kami tarik kembali dan mengkonfirmasinya satu per satu.

photo from unsplash.com/@cbarbalis

Ditundanya pemilihan naskah oleh Penerbit

Hal lain yang membuat saya agak down adalah sebuah email dari Penerbit bahwa naskah saya belum bisa mendapat kepastian terbit atau tidak dikarenakan situasi genting seperti ini. Saya maklum karena pasti mereka juga berpikir bahwa saat ini daya beli masyarakat pasti turun. Jangankan untuk menerbitkan satu buku lagi, saya yakin para pengusaha penerbitan saat ini juga pasti dipusingkan dengan “Bagaimana caranya agar perusahaan tetap berjalan, sehingga tidak perlu memutus hubungan kerja secara sepihak.”

Maka saya pun berhenti untuk berharap bahwa buku kedua kali ini tentu saja tidak bisa terbit dalam waktu dekat. Apalagi kelak, negara pasca terkena badai Covid-19 membutuhkan pemulihan ekonomi terlebih dahulu. Industri penerbitan buku yang mempekerjakan penulis, editor, layouter, hingga kurir ini tidak akan bisa begitu saja memutuskan untuk menerbitkan buku baru. Termasuk naskah saya yang sudah diterima editor.

Fokus Terpecah

Begitu juga dengan rencana untuk melanjutkan tulisan saya untuk buku berikutnya. Hari ke hari waktu saya banyak tersita karena meskipun Work From Home saya juga harus merawat balita super aktif yang usianya 15 bulan. Ketika saya memegang gawai pun, selalu direbut olehnya. Apalagi menyalakan laptop untuk membuat tulisan.

Daycare yang selalu menjadi jujukan saya untuk menitipkan balita sementara saya bekerja, juga harus tutup. Apa boleh buat, maka selama kurang lebih enam belas jam dalam sehari saya menjadi penjaga bayi sekaligus melakukan pekerjaan rumah lainnya. Saya nyaris tidak memiliki waktu untuk menulis, apalagi menjadikannya sebuah buku. Maka saya bertekad, bagaimanapun beratnya menulis, menjadi keras kepala dalam menulis adalah hal keren. Begitulah yang dikatakan oleh Puthut EA.

Ketika Covid-19 ini berakhir, saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk segera menuntaskan naskah yang dulunya sempat tertunda oleh banyak hal. Begitu juga dengan launching buku solo perdana saya. Ada banyak program menulis yang harus saya selesaikan secepatnya.

Bagaimana dengan rencanamu?

#BPNRamadan2020 – 26 April 2020