Hari ini diberi kesempatan untuk melanjutkan program rehabilitasi pemerintah yang berada di bawah naungan Kementrian Hukum dan HAM agar mereka yang terjerat narkoba tidak akan kembali ke lubang yang sama.

 

Hal-hal yang paling saya sukai dari pekerjaan saya adalah pada bagian ini salah satunya. Bertemu dengan orang-orang baru. Mendengarkan pengalaman mereka dan mengambil pelajaran darinya.
Bahkan ketika berada dalam titik terendah pun mungkin kita merasa tidak pernah ada orang baik di dunia ini. Setiap orang melakukan suatu hal baik pasti ada kepentingan dirinya sendiri di dalamnya. Namun ternyata, tidak semua seperti itu.

 

Contohnya seorang ibu yang usianya kira-kira lima puluh tahunan.
Saya tidak menanyakan apapun padanya, tidak juga mengorek sesuatu yang membuatnya kembali bersedih karena sudah masuk di dalam sel penjara yang sempit.
Namun entah kekuatan apa yang menggerakkan dirinya menceritakan segala hal yang ia sayangkan dan harapkan selama ini. Ia ditipu, dijebak dan harus menanggung akibat dari sesuatu yang tak pernah dilakukannya.

 

Dulunya, ia punya warung krupuk. Namun entah bagaimana sekarang nasibnya. Dulunya, ia punya suami yang setia menemaninya merintis usaha dari nol, namun entah bagaimana sekarang keadaannya. Ia tak yakin saat kembalinya nanti ke desa, suaminya masih mau menerimanya. Bahkan ia dengar dari keluarga yang menjenguknya, suaminya akan menikah lagi. Betapa hancur harapan dan mimpi-mimpi yang selama ini ia bangun. Namun saat menjalani rehabilitasi ini beliau percaya bahwa banyak orang baik di dunia ini. Sang Chief di dalam selnya yang selalu memerhatikan dan baik padanya, guru yang sabar, asesor yang murah senyum serta instruktur religi yang membuatnya sadar bahwa kita hanya belum menemukan orang-orang baik itu. Karena kita masih saja fokus pada keburukan orang lain.

 

Saya pun menyadari pula pada akhirnya bahwa orang-orang baik yang selama ini saya cari sebenarnya banyak sekali. Fitrah manusia memang Allah jadikan manusia itu baik dan memanusiakan yang lainnya. Hanya saja kadang kita belum memberikan ruang dengan berjuta alasan untuk saudara kita. Belum memberikan udzur bagi mereka yang kita anggap belum baik.

 

Pas sekali dengan buku yang saya baca kali ini, The Wizard of Once, Knock Three Times. Kita hanya perlu memberikan mereka ruang untuk berbicara dan kesempatan untuk memperbaiki segalanya agar mereka menjadi manusia yang disebut baik.

 

Tunggu ulasan berikutnya tentang Knock Three Times ya!