“Mau kemana Mel?” tanya mamaku sore itu.

“Mau ke rumah temen Mah..” jawabku sambil mencium punggung tangannya. Aku tak berani menatap wajahnya, karena Mama selalu tahu apa yang sedang kusembunyikan. Kali ini, aku tidak ingin dia tahu.

“Jangan pulang malem-malem ya.”

Aku mengangguk dan segera mencium pipinya, lalu dengan segera kupakai sepatu dan berangkat mengendarai motor pemberian Papa di ulang tahunku yang ke-delapan belas kemarin.

Selama perjalanan mengendarai motor, kerap kali pikiranku menerawang pada sosok lelaki yang saat ini sedang mendekatiku. Aku menyukainya, begitupun ia. Perempuan mana yang tidak suka lelaki seganteng dia? Cowok jangkung, atletis, mata coklatnya yang indah serta rambut cepaknya benar-benar mengundang perempuan mana saja untuk menoleh ke arahnya. Tidak. Tidak hanya menoleh, bahkan memerhatikannya meski dari kejauhan. Belum lagi saat berpapasan dengan tubuhnya yang wangi, ah semalam suntuk aku tak bisa tidur memikirkannya!

Maka mana bisa kutolak kesempatan ini? Meski dalihnya dia ingin belajar bahasa inggris bersamaku, namun hal ini justru membuatku menang banyak dari perempuan lain.

Aku bersyukur sekali bisa berhasil satu kelas dengannya di semester ini. Apalagi satu kelompok dengannya! Bekerja sama dan melalui hari-hari di laboratorium bersamanya adalah waktu yang paling kutunggu-tunggu. Seakan lelah dan pusing menghitung anak turunan ikan itu tidak seberapa dibanding waktu yang kuhabiskan bersamanya. Berdiskusi dengannya. Menghirup aroma parfumnya yang tidak pernah habis meski panas matahari atau keringat menempel di tubuhnya.

Sore ini, kami akan bertemu lagi. Ada beberapa hal yang harus kami selesaikan karena kami satu kelompok. Iya, hanya kami berdua. Karena aku mengatakan padanya untuk menyelesaikan progress report praktikum kali ini berdua saja, sisanya biar dua temanku yang lain yang akan menyelesaikannya, dia pun setuju.

Sore itu kami janjian untuk bertemu di sebuah café tak jauh dari kampus kami. Seperti biasa, aku selalu datang lebih awal agar aku bisa cek ulang penampilanku saat nanti ia datang. Sekali lagi, kesempatan ini tidak akan datang dua kali. Belum tentu semester depan aku bisa satu kelas lagi dengannya, lebih-lebih satu kelompok. Sebuah keajaiban yang akan selalu kusyukuri selama aku hidup hingga saat ini, hehe.

Kadang, aku menceritakan bagaimana perasaanku ini pada teman-teman dekatku. Teman satu gank sejak kami duduk di bangku SMP, hingga saat ini. Mereka dengan sangat antusias mendengarkan cerita romansaku. Kemudian menanyakan kemajuannya hampir setiap pekan saat kami asyik berbincang lewat grup whatsapp. Entah mengapa mereka selalu penasaran dan tertarik dengan ceritaku. Mereka juga sangat mendukung perasaanku pada lelaki itu. Aku semakin semangat untuk melakukan pendekatan padanya. Ah, aku harus berhasil!

Bulan berlalu, aku memutuskan untuk mengatakan hubunganku dengan lelaki itu pada Mama, juga pada teman-temanku. Aku tak bisa lagi menahan perasaan dan menyembunyikan semuanya.

“Mah, Meli mau ngomong..”

“Iya? Kenapa Mel?” Mamaku kemudian meletakkan majalah yang dibacanya, kemudian beralih menatapku.

“Meli pengin nikah.” Jawabku singkat. Mama tampak tertegun, matanya menyelidik lebih dalam ke arah mataku. Aku balas menatapnya yakin.

“Eh, kok tiba-tiba kamu minta nikah? Ada apa? Kamu akhir-akhir ini jadi aneh deh Mel. Mama curiga.”

“Ngga ada apa-apa Ma, aku cuman mau cepet nikah aja biar cowok yang kucintai ngga akan bisa diambil orang.”

“Hah? Coba, mana cowoknya?”

“Mama mau aku bawa dia kesini?” Mama mengangguk. Wajahnya jelas sekali tampak gusar.

“Eh ngga, ngga usah dulu, Mama perlu tahu orangnya seperti apa.” Mama kemudian meraih gawai yang kupegang. Aku menunjukkan fotonya. Mama melihatku dan layar gawaiku bergantian.

“Kenapa Ma?”

“Kamu yakin?” tanya Mama kemudian mengembalikan gawai dalam genggamanku. Aku mengangguk.

“Emang dia ngajak kamu nikah?” Aku kaget mendengar pertanyaan Mama.

“Iyaa!” jawabku tegas.

“Oke mama mau ketemu dia.” Mama juga tegas mengatakan hal itu padaku. Bagaimana caranya agar lelaki itu mau ke rumahku? Menemui mamaku? Aku berpikir lama sekali, hingga aku merasa sangat lelah.

“Meli ga sakit Mah! Udah deh, Meli harus ketemu Dirga! Dia lagi nungguin Meli!” teriakku. Aku tak tahu mengapa semua orang mengerumuniku, melihatku dengan iba. Padahal aku baik-baik saja. Mengapa ada dokter disini? Ada apa ini?

“Tenang dulu ya Meli, silakan duduk kembali. Kita harus injeksi secepat mungkin yaa..” Ucap lelaki berjas putih di dekatku. Aku menoleh ke arahnya. Orang asing ini berani sekali masuk kamarku, menyuruhku duduk? Dan Mama membiarkannya?

“Ma? Kenapa Mama diem Meli diperintah sama orang asing ini?” aku beranjak memeluk Mamaku yang berdiri terpaku di dekat pintu. Mama balas memelukku dan membelai rambutku.

“Kamu kecapekan aja sayang, harus suntik secepatnya biar kamu cepet sehat. Akhir-akhir ini kamu sering pusing sampai pingsan kan?” Mama kemudian membimbingku ke tempat tidur. Benar, aku agak pusing juga lemas. Kubiarkan dokter dan beberapa asistennya itu menyuntikkan cairan lewat lenganku. Aku menurut, kupejamkan mataku dan kupalingkan wajahku dari orang-orang itu.

Samar aku mendengar langkah kaki mereka menjauhiku.

“Jadi erotomania ini bisa diterapi dengan obat dan konseling, tidak perlu membawanya ke RS Menur Bu..” ucapan dokter itu jelas terdengar di telingaku.

Siapa yang ia maksud erotomania? Aku? Apa itu erotomania? Namun belum sampai aku duduk untuk memanggil Mama, kepalaku terasa berdenyut sakit sekali. Aku kembali memejamkan mata dan berharap Dirga segera menjengukku.

–END–

PS : Erotomania merupakan salah satu gangguan mental yang ditandai dengan keyakinan yang salah (delusi/waham) bahwa ada orang yang sangat menyukai dia (orang tersebut bisa saja tidak kenal, bahkan bisa dari kalangan selebriti atau orang terkenal lainnya). Setelah ditelusuri, tidak ada bukti yang bisa menunjukkan bahwa orang tersebut jatuh cinta dengan penderita erotomania. (Sumber : alodokter.com)