Gangguan mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior) yang juga dianggap sama dengan sakit mental (mental illness), sakit jiwa (insanity, lunacy, madness). Selain terdapat pula istilah-istilah yang serupa yaitu distress, discontrol, disadvantage, disability, dan seterusnya. Secara sederhana, gangguan mental dimaknakan sebagai tidak adanya atau kekurangannya dalam hal kesehatan mental. Dari pengertian ini, orang yang menunjukkan kurang dalam hal kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental.
Sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock (1994) yang menyatakan gangguan mental itu as any significant deviation from an ideal state of positive mental health. Artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikasi adanya gangguan mental. Pengertian lain, gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan lain dari norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan. Lalu bagaimana dengan kejadian yang marak akhir-akhir ini soal fetis?
Indonesia sedang digemparkan dengan kejadian yang baru-baru ini viral di berbagai sosial media tentang fetis kain jarik. Wah, bisa juga ya seperti itu? Awalnya saya pun terbengong-bengong dengan kelakukan si Gilang yang korbannya muncul satu demi satu ke permukaan. Jumlahnya sudah belasan (ini yang berani speak up). Mudah-mudahan tidak bertambah lagi. Berawal dari penasaran, saya pun mencari berbagai macam literatur yang membahas tentang fetisisme. Meskipun kita tahu bahwa apa yang dilakukan Gilang adalah karena gangguan mental, namun tetap saja hal tersebut membuat kita berang. Apalagi melihat sedemikian banyaknya korban.
Maka perlu kita pahami terlebih dahulu, sebenarnya fetis itu apa? Apakah normal? Jika tidak normal, sampai sebatas mana ia dikatakan normal? Mudah-mudahan artikel ini bisa menjawabnya.
Apa Itu Fetishisme?
Terdapat beberapa gangguan seksual, salah satunya ialah parafilia. Parafilia berasal dari bahasa Yunani, para artinya “sisi lain” dan philos artinya “mencinta”. Parafilia bisa diartikan sebagai keterangsangan seksual (mencintai) terhadap stimulus yang tidak biasa (sisi lain). Jadi parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang kuat yang biasanya berulang kali dan menakutkan bagi seseorang.
Pada pembahasan ini, kita akan fokus pada salah satu ketegori parafilia yaitu fetisisme. Kata fetish berasal dari fétiche Perancis, yang berasal dari feitiço Portugis (“mantra”), yang pada gilirannya berasal dari bahasa Latin facticius (“buatan”) dan facere (“untuk membuat”). Fetish adalah sebuah objek diyakini memiliki kekuatan supranatural, atau khusus, benda buatan manusia yang memiliki kekuasaan atas orang lain. Pada dasarnya, fetisisme adalah atribusi dari nilai yang melekat atau kekuatan suatu benda. Istilah “fetish erotis” dan “fetish seksual” pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Binet . Kadang-kadang, kata fetish dapat dianggap sinonim untuk “fetish seksual.
Secara umum, fetishisme adalah ketertarikan seksual yang kuat dan berulang terhadap objek yang tidak hidup. Dalam fetishisme fokus seksual adalah benda-benda (seperti sepatu, sarung tangan, pakaian dalam, dan stocking) yang berhubungan erat dengan tubuh manusia. Objek disebut fetish sedangkan penderitanya disebut fetishis.
Gangguan ini hampir selalu ditemukan pada laki-laki. Objek fetisisme meliputi rambut, telingan, tangan, pakaian dalam, sepatu, parfum, dan objek sama yang diasosiasikan lawan jenis. Beberapa fetishis memegang atau memakai objek fetishisme, beberapa yang lain terangsang dengan membaui objek, menggosok-gosoknya, atau melihat orang lain memakainya saat melakukan hubungan seksual. Pada beberapa kasus, fetishis bahkan tidak memiliki hasrat untuk berhubungan seksual dengan pasangannya, malah lebih memilih melakukan masturbasi dengan objek fetishismenya.
Fetisisme melibatkan jenis perilaku kompulsif yang tampaknya diluar kendali individu serta dapat menjadi sumber distress yang hebat dan masalah pribadi. Meskipun beberapa fetishis menggabungkan perilaku fetishisme mereka kedalam hubungan seksual dengan pasangan mereka yang menerima perilaku tersebut, perilaku fetishme lebih sering mengganggu fungsi seksual yang normal.
Biasanya, gangguan ini dimulai pada masa remaja, walaupun pemujaan mungkin telah diderita pada masa anak-anak. Jika telah diderita, gangguan cenderung menjadi kronik. Aktivitas seksual mungkin diarahkan kepada pemujaan itu sendiri (sebagai contohnya, masturbasi dengan atau kedalam sepatu), atau pemujaan dapat digabungkan kedalam hubungan seksual (sebagai contohnya, mengharuskan menggunaan sepatu bertumit tinggi).
Pengidap fetisisme mungkin akan melakukan pencurian, bahkan sampai penyerangan untuk mendapatkan barang atau benda yang diinginkan. Barang yang dicuri tidak begitu penting, biasanya pakaian dalam wanita. Umpamanya seorang pemuda mengakui telah memasuki beberapa rumah dimana memasuki rumah itu sendiri cukup untuk mendapatkan orgasme. Jadi tidak heran kalau pelaku fetisisme kain jarik juga bisa melakukan penculikan untuk memuaskan keinginannya.
Pola pemuasan fetisisme biasanya menjadi pola yang dipilih hanya jika seseorang mengalami maladjustment. Misalnya maladjustment yang berhubungan dengan perasaan keraguan akan potensi dan kemaskulinitas seseorang, perasaan takut ditolak, dan perasaan terhina. Dengan praktek dan penguasaan fetisitis terhadap benda-benda mati yang melambangkan objek seksual yang diinginkan – seseorang pria merasa bisa melindungi dan menutupi kekurangan dirinya.
Beberapa behavioris mengatakan bahwa fetishisme merupakan hasil dari bentukan khusus dari pengkondisian, yang disebut imprinting. Pengkondisian seperti ini terjadi selama waktu tertentu pada anak usia dini, dimana orientasi sexual dicantumkan pada pikiran anak dan tinggal disana selama sisa hidupnya.
Tingkatan Pada Fetishisme
Seperti yang telah disampaikan, fetishisme merupakan salah satu kelainan seksual, dimana individu dalam melakukan aktifitas seksual melibatkan barang-barang tertentu. Bila benda-benda yang menyertai aktifitas tersebut tidak ada, maka individu tidak bergairah atau kehilangan libido seksualnya.
Fetishisme pada umumnya dapat diterima pada masyarakat selama tidak terjadinya kekerasan akibat pemaksaan salah satu pasangan. Pria akan memberi objek-objek yang menjadi fantasinya untuk digunakan kepada pasangannya, wanita kebanyakan tidak keberatan dengan aksesoris tersebut selama tidak membuatnya tersiksa, hal lain juga dianggap sebagai variasi sex. Namun fetishisme bisa menjadi suatu kelainan yang berbahaya bila perilakunya mulai ekstrim, berikut ini ada beberapa tingkatan fetishisme menurut keparahan penyimpangannya:
Tingkat pertama: Pemuja (Desires)
Ini adalah tahap awal, tidak terlalu berpengaruh atau tidak menganggu pikiran. Contohnya adalah saat seorang pria mengidamkan wanita dengan payudara yang besar, rambut pirang, atau berbibir tipis. Namun bila pria ini tidak mendapatkan wanita yang diimpikan, dia tidak akan terlalu mempermasalahkannya dan hubungan sexual dengan wanita tetap berjalan dengan normal.
Tingkat kedua: Pecandu (Cravers)
Ini adalah tingkatan lanjutan dari tingkatan awal. Pada tingkatan ini psikologis orang ini membuat dirinya “amat membutuhkan” pasangan dengan fetish tertentu yang didambakannya. Bila hal itu tidak terpenuhi, akan mengganggu hubungan sexual dengan wanita, misalnya bila hasrat sexual atau tidak tercapainya orgasme/klimaks.
Tingkatan tiga: Fetish tingkat menengah
Ini termasuk tingkat yang berbahaya, Fetishis akan melakukan apapun demi mendapakan fetish yg dia inginkan dengan menculik, menyiksa, atau hal-hal sadis lainnya. Hasrat seksual Fetishis ini hanya akan terlampiaskan dengan seseorang yg memiliki bagian yg dia inginkan tidak peduli itu lawan jenis atau sejenis.
Tingkatan empat: Fetisis tingkat tinggi
Lebih sadis dari tingkat ketiga, pada tingkat ini seseorang tidak akan peduli dengan hal lain di luar fetish-nya. Misal Fetish seseorang adalah stocking wanita, maka dia tidak membutuhkan wanita itu, hanya stockingnya saja. Dan yang lebih parah adalah bila Fetish seseorang adalah bagian tubuh, dia hanya membutuhkan bagian tubuh orang itu saja dan tidak peduli dengan orang yg memiliki bagian tubuh itu sendiri.
Tingkatan lima: Fetisis Murderer
Pada tingkat ini memang sudah parah sekali. Seorang fetishisme rela membunuh, memutilasi, demi mendapatkan fetish yang dia inginkan. Penyakit psikologis ini bisa sembuh dengan terapi psikologis dan pengobatan kejiwaan lainnya. Tergantung dari tingkat Fetishis itu sendiri.
Penanganan Gangguan Mental Fetisisme
Secara umum, penanganan seseorang yang mengalami gangguan parafilia adalah dengan terapi. Pasien diberi kesempatan untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perkembangan parafilianya. Psikoterapi juga memungkinkan pasien kembali meraih harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan menemukan metoda yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual. Namun ada juga beberapa terapi seperti :
Terapi Seks
Terapi seks adalah pelengkap yang tepat untuk pengobatan pasien yang menderita disfungsi seksual tertentu dimana mereka mencoba melakukan aktivitas seksual yang tidak mentimpang dengan pasangannya.
Terapi Perilaku
Digunakan untuk memutuskan pola parafilia apa yang dipelajari. Stimuli yang menakutkan, seperti kejutan listrik atau bau menyengat, telah dipasangkan dengan implus tersebut, yang selanjutnya menghilang. Stimuli dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh pasien bilamana mereka akan bertindak atas dasar implusnya.
Terapi Obat
Antiandrogen, seperti cyproterone acetate di Eropa dan Medroxyprogesterone acetate (Depo-Provera) di Amerika Serikat, telah digunakan secara eksperimental pada parafilia hiperseksual. Beberapa kasus telah melaporkan penurunan perilaku.
Sedangkan untuk fetisisme sendiri, telah ada eksperimen untuk menguji hipotesis dari fetisisme. Untuk menguji hipotesis pembelajaran ini (dalam eksperimen yang akan dianggap tidak etis dengan standar saat ini), salah satu kelompok peneliti melaporkan bahwa mereka dapat mengondisikan subjek laki-laki untuk menjadi fetis (Rachman, 1966; Rachman & Hodgson, 1968). Dalam salah satu penelitian tersebut, peneliti memperlihatkan kepada subjek laki-laki gambar telanjang dari wanita yang hamper tak berbusana (stimulus tak terkondisikan) dipasangkan dengan bot berbalut bulu (stimulus yang dikondisikan) dan menggunakan suatu apparatus untuk mengukur respons ereksi subjek laki-laki. Setelah mengulang-ulang pemasangan gambar wanita dan sepatu bot (dan aksesoris kaki lainnya), subjek laki-laki menjadi terangsang hanya dengan melihat aksesoris kaki (stimulus terkondisikan). Menghilangkan perilaku ini kemudian dicapai dengan secara berulang memperlihatkan sepatu dan bot tanpa gambar wanita. Setelah itu, subjek kehilangan ketertarikan terhadap objek tersebut yang tidak lagi memiliki asosiasi seksual.
Hal yang sama kontroversialnya dengan penelitian ini adalah memberikan seorang model untuk melakukan treatment terhadap fetisis dan peneliti menyatakan bahwa extinction dan metode perilaku lainnya adalah strategi treatmen yang efektif. Salah satu teknik tersebut adalah terapi aversif yang dilakukan dengan memberi hukuman kepada fetisis, seperti memakan obat penyebab muntah atau dihipnotis agar merasa muak saat melakukan mastrubasi dengan objek fetisismenya.
Bagaimana? Kira-kira mana nih pengobatan yang cocok untuk Gilang si predator fetis kain jarik? Bagikan pendapatmu di kolom komentar ya 🙂
Referensi :
Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan oleh Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun (UMM Press)
Halgin R.P. and Whitbourne, S.K. 1994. Abnormal Psychology. Philadelpia : Harcourt Brace.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Greb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Kurator : Mardliyatus Sa’diyah S.PSi
Baca Juga : Toxic Relationship. Siap Meninggalkan Mereka?
Aku nggak paham dengan hal ini. Hanya pernah sekilas baca di sana dan di sini. Menurutku sih, pendekatan terbaik mungkin adalah jalan kembali pada Allah sambil terus konsultasi dg ahlinya..(dokter). Tentunya dukungan keluarga bisa membuat penderita lebih lekas sembuh. Insha Allah..
Hemmm… Gak ngerti deh sama orang orang begituan. Disebut enggak ada, tulisan ini malah gamblang kan bahasnya, sampe ada tingkatannya pula. Emang bener sih ya, laki-laki itu harusnya banyak nundukin pandangan. Duh adilnya Islam
Saya nggak ngeh sama kasusnya Gilang, secara memang nggak pernah nonton TV dan kebetulan di timeline medsos saya kok nggak muncul.
Setau saya selama ini, fetisime itu kelainan perilaku seksual yang berkaitan dengan pakaian. Contohnya, pria yang terobsesi mengenakan pakaian wanita untuk memenuhi dorongan seksualnya.
Tapi kalau melihat dari bahasan mbak Jihan ini, tampaknya fetisisme itu lebih dari sekedar ingin mengenakan aksesoris lawan jenis ya.
Menarik bahasannya. Infografisnya juga bikin kontennya lebih mudah dipahami.
Sebenarnya agak penasaran dengan kehidupan keluarganya. Pola komunikasi orang tua dan anak-anak. Siapa tau keluarga juga menjadi sebab dari perilaku si fethisis tsb.
Jangan2 memang pola asuh yg salah… Dan kita bisa mengambil pelajaran. Agar keluarga yg lain tidak demikian
Apakah inner child juga berpengaruh terhadap fetisisme ini? Berarti dibentuk karena faktor lingkungan? Atau muncul tiba2 karena sebuah dorongan?
Sepertinya pendampingan orang tua sejak usia dini sangat berperan untuk memutus rantai. Mengapa dominan fetisis adalah laki2?
Fetishisme, maskulinitas, dan laki-laki. Dalam sudut pandang karya visual pun banyak nya objek yang menjadi pelaku adalah laki-laki (Seperti Fifty Shades of Grey). Apakah efek psikologis yang terjadi semasa kecil pada anak laki-laki lebih mudah teridentifikasi ketika dia sudah beranjak dewasa atau karena laki-laki memiliki kecenderungan rapu terhadap masa kecilnya?
Bagaimana ya kak untuk bisa mendeteksi seseorang mengalami kelainan seksual seperti itu. Karena kan penyakit mental tak nampak namun ada.
Aku malah kudet enggak tau berita viral inj Mba. Tapi klo nembaca tulisan ini kok ngeri juga ya Ada penyakit kejiwaan yg seperti ini. Semoga pelakunya bisa disembuhkan dan mendapatkan balasannya deh.
Tau cerita si Gilang dari anakku yang SMA. Kudet emang aku nih. Tapi memang kasian dengan pelaku ini, Dukungan keluarga dan mendekatkan diri denganNya juga konsul dengan ahlinya
Cerita Gilang aku gak ngeh mba Jihan. Tapi soal fetisisme aku dulu sering mengalami sendiri. Maksudnya celana dalam sering hilang di jemuran. Karena takut, terkadang aku jadi menjemur di dalam kamar. Daripada dipake buat objek fetis.
Nah ini cara mendeteksi seseorang itu gangguan seks atau tidak gimana ya kak ?
Beberapa tahun yang lalu, pernah dapat bradcast untuk hati-hati kalau dapat undangan di group FB jual beli jarik. Karena modus saja untuk mendapatkan jarik sebagai pemuas nafsu seks. Kala itu nggak begitu saya hiraukan sambil dalam hati bilang “ah masa ada orang kayak gitu”
Ternyata tahun ini malah jadi berita viral.
Kalau baca artikel or berita tentang fetis ini serem banget ya mbak. Kalau kita yang normal serasa gak mungkin. Masa kaus kaki, cadar, dan hal-hal sejenis itu bisa merangsang seks.
Iya sih, tiap pria pasti ada ketertarikan tertentu. Ada yg suka pegang rambut, pegang tangan, kuping. Cuma selama sama pasangan dan normal2 aja, ok aja sih
iya kan sudah dibahas di atas kak ^^ poin nomor satu, normal.
Pas nonton di tv tentang berita kain jarik itu, aku belum ngerti. Gimana dan apa? Tahunya itu penyimpangan. Baca di sini jadi paham, oohh begitu to. Ngeri juga ya. Semoga kita semua dilindungi dari kejahatan fetis ini. Aamiin
Kelaian seksual bnyk ya macamnya..kasian sama pelaku krna kdg dia sendiri ydk menyadari..perlu lbh bnyk edukasi nih untuk mengetahui seseorang pnya kelainan seksual apa engga ya spya lingk.sekitar bisa menolong
wah momentnya pas banget sm gilang jarik itu ya mbak, terima kasih jadi tau..betapa mengerikannya. akar masalahnya knp seseorang mengidap seperti itu? apa karena terpaparnya pornografi ya?
Mbak aku ngalamin nih pas rumah lama belum berpagar. Underwear hilangan padahal saya dulu hari-hari di rumah. Tetangga saya sampai pulang kampung karena ketakutan. Kukira buat ilmu hitam eh sekalinya kelainan kejiwaan gini
wah kata ini aku baru tahu ini artinya kak, kemarin disebut di group dan aku ga faham tapi pas dikasih banyak link mengenai ini , kok aku jadi merasa takut gitu ya mesti hati2 nie sama cowok2 huhuhuh
Ada kaitannya dengan pentingnya pendidikan seksual sejak dini nggak sih soal fetish ini? Asli, engap banget sama masalah si Gilang. Tapi Gilang bukan yang pertama, yang lebih gila jelas banyak. Kesehatan mental memang perlu ya
Ngeri ya ternyata? Keknya ada film-film horror yang salah satu karakternya memiliki gangguan seperti ini. Awalnya masih bingung, sisi pelecehan seksual pada kasus fetish ini di mana. Tapi setelah baca artikel ini, jadi paham. Ternyata pelaku menggunakan objek tersebut untuk memuaskan keinginan seksualnya.
Ngeri ya kl sudah sampai akut nih fetisisme, cara mengatasinya dengan terapi seks, perilaku dan obat ya. Semoga kita, keluarga dan circle pertemanan dilindungi dari fetis ini.
Wah berarti jemuran pakaian dalam temen kos yang sering hilang dulu berarti karena fetish ini ya
[…] Baca Juga Gangguan Mental atau Normal? Korban Fetisisme Semakin Bertambah! […]
kayaknya aku baru tahu dan ngerti kalau manusia punya fetish yang aneh-aneh itu semenjak kasus fetish jarik kemarin, ternyata ada orang yang kayak gitu.
Mengerikan juga kalau sudah sampai pada tahapan tertinggi (sampai membunuh)….jadi terhitung bukan penyakit lagi tapi kejahatan seksual … gitu ga sich ka
[…] Jihan Mawaddah : Gangguan Mental atau Normal? Fetisisme Kian Banyak Memakan Korban! […]