Beberapa waktu lalu, saya dan seorang sahabat sempat berbincang tentang betapa sulitnya menjadi dewasa. Betapa banyak permasalahan yang membuat kami tak bisa kemana-mana, tak bisa merdeka. Meskipun ada banyak pilihan, pada akhirnya sebagai orang dewasa, kami merasa terpaksa menjalani hidup. Seolah rutinitas yang kami jalani tak ada maknanya.

Benarkah seperti itu?

Ada beberapa tulisan bagus tentang hidup yang merdeka. Namun salah satu yang membuat saya berpikir ulang, lalu melihat anak saya berjuang setiap harinya untuk bisa menjadi anak-anak yang bahagia dan dicintai orang-orang di sekitarnya, saya merasa perlu menuliskannya di sini pada akhirnya.

Berikut adalah hidup yang merdeka menurut Choi Myung Gi dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia; “Bukan Egois, Ini yang Disebut Kebebasan”. Simak yuk! Kalau ada yang mengganjal, boleh banget langsung komen untuk berdiskusi, karena saya pun juga tidak setuju di beberapa nilai yang dituliskan di buku itu.

hidup yang merdeka

Orang-orang Yang Hidup dengan Merdeka, Mana Yang Pas Untuk Saya?

Beberapa versi orang yang hidupnya merdeka dituliskan oleh Choi Myung Gi di antaranya :

1. Orang yang Realistis dan Memiliki Ekspektasi Tinggi

Biasanya orang-orang seperti ini memiliki hidup yang memuaskan. Seolah kehidupannya tanpa cela jika dilihat dari luar. Mau beli apapun rasanya ngga usah cek saldo rekening dulu. Orang yang demikian biasanya melakukan apapun yang mereka bisa, sehingga mereka bisa hidup merdeka atau independen.

Masalah uang tentu tidak penting, karena mereka hanya akan melakukan hal yang mereka mau. Tentu saja mindset seperti itu sudah menjadikannya hidup sebagai seseorang yang merdeka.

Beberapa teman yang realistis dan ekspektasinya yang tinggi ini kebanyakan terlahir dengan sendok emas alias ya sudah terlahir kaya raya dengan berbagai fasilitas. Bahkan ketika masih muda pun mereka sudah punya masa depan yang diberikan oleh orangtuanya. Jadi tidak apa-apa memiliki ekspektasi tinggi, karena memang realitanya mereka sudah punya alat dan juga bahan bakarnya, tinggal jalan saja. Realistis kan?

2. Orang yang Realistis dan Memiliki Ekspektasi Rendah

Beberapa sahabat saya umumnya memiliki mindset seperti ini. Realistis memang, tapi ekspektasinya terhadap hidup, bahkan tujuannya sendiri juga rendah. Agak repot sih kalau memikirkan atau membicarakan tentang visi misi dengan orang-orang seperti ini menurut saya sebagai orang yang cukup ambisius, hehehe..

Namun yang perlu teman-teman ketahui, orang-orang seperti ini biasanya memang tidak mengalami kegagalan dan juga tidak bekerja berlebihan. Ini sisi positifnya.

Nah, jika orang-orang seperti ini tidak membandingkan hidupnya dengan orang-orang yang berhasil dan beruntung serta menyalahkan dirinya sendiri, maka dia akan dapat hidup dengan merdeka. Mudah kan? Kamu termasuk tipe orang seperti ini ngga?

3. Orang yang Tidak Realistis dan Memiliki Ekspektasi Rendah

Kadang saya juga bersikap seperti ini. Banyak sekali keinginan yang tergantung hingga terkesan tidak realistis. Oleh karena itu biasanya orang-orang seperti ini kecewa terhadap dirinya sendiri atas kegagalan yang dialami.

Namun, eskpektasi rendah tidak membuat hidupnya kelabakan juga. Meskipun tidak menjalani hidup yang memuaskan, orang seperti ini tidak juga mengalami kegagalan fatal dalam hidupnya. Tentu saja juga dipengaruhi oleh faktor x di luar kuasa manusia yaaa.

4. Bagaimana dengan Orang-orang yang Tidak Realistis dan Memiliki Ekspektasi Tinggi?

Orang-orang seperti ini biasanya berpikir bahwa apa pun yang mereka lakukan pasti akan berhasil. Mereka menilai sendiri kemampuan mereka, dan hasilnya katanya sangat tinggi. Lalu mereka menganggap segala yang terjadi akan menguntungkan dirinya.

Tapi yang terjadi adalah hasil yang tidak memuaskan dan kegagalan yang berulang. Orang yang seperti ini biasanya berakhir dengan hidup yang terombang-ambing oleh keadaan.

Banyak lho orang-orang seperti ini, dan di usianya yang tak lagi muda terkadang malah masih belum memiliki ketetapan hati dan rasionalitas dalam berpikir. Terlebih menangani kekacauan dalam hidupnya.

hidup merdeka adalah

Jadi Hidup Merdeka Adalah …

So, saya bisa menyimpulkan dari apa yang Choi Myung Gi coba sampaikan bahwa hidup merdeka bukanlah hidup yang memaksakan segala hal untuk selalu berjalan dengan baik. Sebaliknya, justru hal yang tidak berjalan baik harus terjadi supaya kita dapat hidup dengan merdeka.

Untuk teman-teman, apalagi yang seusia dengan saya yang hidup bersama suami dan juga anak-anak, tentunya kita lah yang harus mengusahakan bahwa hal-hal yang tidak berjalan baik itu bisa kita atasi dengan baik sehingga bisa hidup merdeka.

Tidak ada cara selain tekun dalam hal-hal yang sedang kita kerjakan, berusaha keras menyelesaikan hal-hal yang sudah kita mulai, mencari dan memilih lingkungan terbaik semampunya kita, dan tentu saja tidak menyerah dengan keadaan meskipun sulit. Justru hal-hal seperti itulah yang membuat hidup kita merdeka.

Tentu saja ketika tekun dan bekerja keras untuk mewujudkan goals tersebut kita harus menyadari bahwa tidak semua orang dapat hidup sesuai dengan standar yang ditetapkan orang lain. Ada orang yang membuat pilihan-pilihan yang berbeda dari asumsi orang kebanyakan. Mereka adalah orang yang hidup dengan standar yang diciptakan sendiri. Mereka ini lah yang disebut sebagai orang yang merdeka.

Bagaimana dengan teman-teman? Kira-kira hidup yang sudah kita jalani sampai sekarang, bisa dikatakan merdeka ngga?

Semoga artikel ini bermanfaat yaa!