BPNRamadan2020 – 22 April 2020

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya (QS. Al-Maidah : 32)

Kurva kasus terus naik, meninggalkan korban di 32 provinsi di Indonesia. Tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Manusia boleh punya hipotesa, namun tetap Allah pemegang segala kuasa. Mau berhenti kapan, itu kuasa Allah. Saat ini kita diwajibkan untuk berikhtiar dan menyerahkan segalanya pada Allah. Karena tidak tahu pastinya kapan pandemi ini berakhir, maka banyak juga orang-orang yang tidak tahu harus kemana lagi mereka menjajakan jualannya di jalanan yang sepi.

Meskipun beberapa ahli matematika, baik dari Universitas Indonesia maupun Institut Teknologi Bandung punya prediksi tentang waktu kepergian Corona, tetap saja ada nilai peluang yang dipengaruhi oleh faktor X, yaitu takdir Allah. Entah itu dua bulan lagi, tiga bulan lagi atau bahkan hingga lima atau enam bulan ke depan situasi ini baru bisa mereda. Bukannya pesimis, namun realistis. Karena seringkali optimis disalah artikan dan berubah menjadi sebuah kelalaian.

Haru karena semakin banyak orang-orang yang mendermakan malnya untuk tetangga-tetangganya yang membutuhkan. Sanak saudara yang berharap datangnya rizki setiap harinya. Namun kini untuk membeli sekilo beras saja mereka harus banyak berpikir dan berhemat, karena keadaan sudah tidak akan sama lagi. Kalau beli beras sepuluh kilo hari ini, maka lauk untuk minggu depan harus cari kemana ya? Atau, Kalau hari ini makan, besok dapat darimana ya uang kalau jualan tetap sepi begini? dan masih banyak lagi rintihan mereka yang tak terdengar hingga ke telinga kaum berada.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi dalam selebaran “Mimbar Jumat” nya pada tanggal 3 April 2020 lalu (dilansir dari instagram resmi Kementrian Agama Republik Indoensia) agar kita bisa Memelihara Kehidupan Manusia.

Allah memuliakan setiap insan yang menjaga kehidupan dan keselamatan jiwanya. Begitu bernilainya kedudukan jiwa pada manusia, sehingga melindunginya menjadi salah satu dari tujuan utama beragama (hidzu al nafs). Selengkapnya bisa diakses di : http://kemenag.go.id

pict from unsplash.com/
@sushioutlaw

Jangan bosan jika menerima broadcast tentang “Salurkan infaq Anda untuk petugas medis!” atau “Yuk lawan Corona dengan berderma!” karena saat inilah empati kita sebagai manusia diujikan. Bahu-membahu di saat sempit, tolong menolong di saat semua orang juga butuh pertolongan. Saya yakin, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang gemar bergotong royong. Bersama-sama kita bisa menghadapi mortality rate yang hampir menyentuh angka 10% saat ini.

Ada banyak cara untuk membantu sesama selama pandemi ini. Jika tidak mampu menyisihkan satu hari seribu saja untuk setiap anggota keluarga, maka kita bisa membantu dengan tenaga. Ada banyak posko Tanggap Covid yang telah didirikan di berbagai daerah saat ini. Kita bisa terjun menjadi salah satu relawan diantara mereka. Pun jika dengan tenaga kita tidak bisa, maka kita masih bisa berdoa demi kebaikan bersama.

Bumi kita diantara milyaran bintang itu sangat kecil, apalagi kita sebagai manusia. Bahkan seperti debu, maka bermanfaatlah untuk sesama selagi ada kesempatan agar kita tidak kehausan dan kelaparan di hari penantian yang panjang kelak.

Jangan sampai pandemi yang akan menjadi sejarah ini kelak dicatat anak-anak bangsa sebagai peristiwa yang mengikis habis rasa kemanusiaan.

https://www.idntimes.com/fiction/poetry/jihan-mawaddah/puisi-puisi-tanpa-huruf-e-c1c2?q=puisi%20tanpa%20huruf%20E

Yuk salurkan tenagamu, hartamu, apapun itu sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan 🙂

#dirumahaja #stopthespreaad

Sebelumnya :

Time Capsule #dirumahaja (1)

Time Capsule #dirumahaja (2)

Time Capsule #dirumahaja (3)