78 tahun Indonesia merdeka, namun pembalakan hutan, pembakaran lahan yang disengaja, hingga alih fungsi lahan oleh industri masih saja terjadi. Hingga anak-anak kitalah yang menanggung bebannya. Udara bersih jadi barang langka, padahal itu adalah hak segala bangsa. Kapan hutan kita akan merdeka? Kapan gambut kita akan langgas, lepas dari kepentingan pengusaha semata.
Paparan polusi yang saat ini ramai dibicarakan di Pulau Jawa bagian barat hingga mengakibatkan banyak aktivitas dan kesehatan terganggu tentu menjadi tugas besar yang diemban oleh anak cucu kita.
Merdekakan Hutan Indonesia selayaknya bukan hanya jadi slogan untuk pembebasan lahan yang sengaja dibakar, namun juga untuk industri-industri yang tidak mengindahkan limbah yang mencemari lingkungan. Entah itu pencemaran air, tanah, hingga udara.
Tak lepas juga dari lahan gambut yang selama ini “dianggap” sebagai lahan yang tak punya fungsi apapun. Padahal, lahan gambut punya banyak manfaat untuk bumi kita.
Biodiversitas Indonesia dan Lahan Gambut
Berbicara tentang menjaga kawasan gambut, kita tak bisa lepas juga dari pembicaraan tentang menjaga kelestarian biodiversitas Indonesia. Ada begitu banyak jenis spesies flora maupun fauna yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana Indonesia termasuk ke dalam pemasok terbesar satwa liar di Asia. Monyet untuk vaksin contohnya. Pemasok terbesarnya dimana? Negara kita, Indonesia.
Indonesia juga termasuk ke dalam 10 besar negara mega diversities dan 1,3% luasnya di dunia. 12% jenis mamalia dari dunia ini, ada di Indonesia. Menyusul sebanyak 7,3% spesies dari seluruh amfibi dan reptil di dunia ini juga ada di Indonesia. Lalu 17% spesies burung yang ada di dunia juga menghuni hutan-hutan di Indonesia.
Namun ancaman keanekaragaman hayati di Indonesia itu juga menunjukkan bahwa Indonesia juga negara kedua tercepat dalam laju kepunahan dunia setelah Meksiko.
Belum ditambah lagi dengan tingkat penyelundupan satwa liar termasuk yang tertinggi ke-4 dunia setelah human trafficking, weapon trafficking, drugs trafficking.
Adanya ancaman itu sehingga muncullah prediksi bahwa
50 persen spesies akan punah pada 2100, bahkan sebelumnya
Bisa lebih cepat tergantung bagaimana manusia mengendalikan laju perubahan iklim yang terjadi di bumi ini. Teman-teman masih ingat bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi biodeiversitas di bumi kita? Mulai dari perubahan perilaku satwa, kerentanan pada reproduksi satwa, mematikan terumbu kerang hingga ancaman ekosistem.
Pemicu utamanya tak lain dan tak bukan adalah adanya deforestasi berupa alih fungsi hutan menjadi perkebunan, pertambahan, perumahan, atau wisata. Ditambah lagi saat ini alih fungsi kawasan gambut yang dapat merusak ekosistem yang ada di sana.
Teman-teman perlu tahu bahwa luas gambut Indonesia adalah terbesar kedua di dunia. Luasnya mencapai 22,5 juta hektare (ha). Keberadaan gambut tersebut memiliki berbagai manfaat, salah satunya sebagai penyimpan 30 persen karbon dunia yang juga memengaruhi perubahan iklim di bumi ini.
Kawasan gambut adalah kawasan dengan ekosistem yang sangat kaya. Hampir semua keluarga dari kerajaan Animalia ada di sana. Ngerinya, diceritakan dalam online gathering bahwa satwa-satwa tersebut tengah dalam ancaman.
Mereka terancam karena perburuan, perdagangan, satwa invasi dan juga tak lepas dari adanya rekayasa genetika.
Kasus dilegalkannya perburuan tanpa batasan akan berdampak pada manusia juga pada akhirnya. Manusia akan menghadapi rantai makanan yang rusak atau ketidakseimbangan ekosistem karena adanya perburuan itu. Belum lagi jika satwa-satwa tersebut dijual atau diperdagangkan hingga menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.
Dicontohkan pada sesi webinar kemarin, adanya satwa invasi juga telah merusak ekosistem gambut. Satwa invasi ini maksudnya masuknya satwa asing ke Indonesia dan dia lepas ke alam dan akhirnya mengancam satwa endemik yang kita miliki.
Misalnya saja kasus lepasnya ular Amerika yang bisanya sangat mematikan dan tidak ada penawarnya di Indonesia. Jika ini lepas ke alam, tentu saja ini akan menjadi ancaman bukan? Dan masih banyak lagi satwa-satwa asing yang mengancam satwa endemik milik kita. Tidak seharusnya satwa ini berada di tempat yang bukan habitatnya.
Belum lagi kasus ular albinon hasil rekayasa genetika yang akan membahayakan ular itu sendiri begitu lepas di alam. Ular albino tidak bisa berkamuflase, ia hanya akan menjadi santapan predator tanpa ampun dan merusak ekosistem kita nantinya.
Masih ada lagi tentang foto-foto satwa yang terkepung oleh api karena adanya kebakaran hutan yang disengaja. Ada monyet ekor panjang yang mati karena terkepung oleh api. Begitu juga dengan binatang lainnya seperti rusa, piton, ular, bekantan, hingga beruang yang terbakar karena adanya pengeringan lahan gambut.
Hambatan yang Dihadapi Untuk Merdekakan Hutan Indonesia
Hambatan yang kita hadapi dalam usaha untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut ini tentu tidak mudah. Ada banyak hal yang menjadi hambatan dan tidak bisa begitu saja bisa dihilangkan.
Karena hambatan itu bisa jadi berupa :
- Persepsi dan pemahaman yang salah tentang konservasi.
Misalnya ketika banyak public figure atau influencer yang banyak memelihara satwa dilindungi dengan dalih karena mencintai satwa tersebut. Ada yang memelihara monyet, macan, bahkan singa.
Padahal mencintai bukan berarti memeliharanya. Sehingga mereka harus kehilangan insting atau naluri yang seharusnya ada.
- Kurangnya pemahaman mengenai satwa liar dan satwa domestik
Seperti yang telah saya sampaikan pada paragraf sebelumnya bahwa adanya satwa invasi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak paham mengenai satwa liar dan satwa domestik.
Saya pernah melihat channel Youtube seorang influencer yang mendatangkan satwa asing ke Indonesia untuk dipelihara. Saya jadi ngga kebayang sih bagaimana kalau dia nanti lepas. Apakah dia bisa bertahan atau justru dapat menghabisi satwa endemik yang ada di hutan kita?
- Kurangnya pengetahuan mengenai ekosistem secara keseluruhan
Kurangnya pengetahuan tentang ekosistem, khususnya ekosistem gambut maka secara otomatis juga akan berdampak pada edukasi pada masyarakat tentang lahan gambut itu sendiri.
Merdekakan Hutan Indonesia dengan Mengenal Ekosistem Gambut dan Restorasi Gambut
Disampaikan dalam sesi gathering online bersama Eco Blogger Squad kemarin oleh kak Ola Abbas bahwa gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan dan lumut, juga jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.
Karakteristik gambut yang ideal adalah basah dan mengandung banyak karbon di bawahnya. Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.
Diantara ciri-ciri lahan gambut disampaikan juga oleh Kak Ola Abbas dalam kesempatan gathering online kemarin :
Adanya konversi gambut inilah yang mendorong adanya restorasi gambut hingga kita dapat mengembalikan fungsi ekologi ekosistem gambut yang punya banyak manfaat ini.
Perlu teman-teman ketahui, konversi gambut adalah alih fungsi lahan gambut yang merupakan perubahan fungsi dari lahan gambut. Konversi gambut tersebut pada umumnya, tidak sesuai dengan fungsi awal lahan gambut sebagai penyeimbang ekosistem sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itulah lahan tersebut membutuhkan restorasi.
Dilansir dari website pantau gambut, restorasi gambut adalah proses panjang untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari lahan gambut yang terdegradasi. Restorasi ekosistem gambut dilakukan dengan menjaga kandungan air di dalamnya.
Oleh sebab itu, Badan Restorasi Gambut (BRG) mengupayakan restorasi melalui pendekatan 3R: rewetting atau pembasahan gambut, revegetasi atau penanaman ulang, serta revitalisasi sumber mata pencaharian.
Yuk Kenali Lahan Gambut di Indonesia
Dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia, 13%-15% terdapat di lahan gambut Indonesia, yaitu 35-40 ribu spesies pohon tinggi.
Selain itu, terdapat 35 spesies mamalia, 150 spesies burung, dan 34 spesies ikan di lahan gambut. Beberapa fauna merupakan spesies endemik dan dilindungi International Union for Conservation of Nature (IUNC) yang masuk ke dalam Red List IUNC, seperti buaya senyulong, langur, orang utan, harimau Sumatera, beruang madu, dan macan dahan.
Lahan gambut Indonesia bernilai penting bagi dunia, karena menyimpan setidaknya 53-60 miliar ton karbon, membuat kawasan ini sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon.
Luas lahan gambut di Indonesia belum dapat dipastikan.
- Pada 1992, penelitian Pusat Penelitian Tanah Bogor menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
- Pada 2005, Wetlands International memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
- Sementara pada 2011, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 14,9 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
Manfaat Lahan Gambut untuk Ekosistem
Beberapa fungsi ekosistem gambut yang dipaparakan oleh kak Ola Abbas sebagai berikut :
1. Mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau
Daya serapnya yang tinggi membuat gambut berfungsi sebagai tandon air. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850 persen dari bobot keringnya. Selain itu, gambut yang terdekomposisi juga mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya.
2. Menunjang perekonomian masyarakat lokal
Berbagai tanaman dan hewan yang habitatnya di lahan gambut dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat sekitar gambut.
3. Habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati
Berbagai macam flora dan fauna dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut. Beberapa jenis flora sangat berguna bagi masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di lahan gambut berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.
4. Lahan gambut menjaga perubahan iklim
Gambut menyimpan cadangan karbon yang besar sehingga ketika lahan gambut Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu, dikeringkan atau mengalami alih fungsi, simpanan karbon di dalam gambut terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.
Namun, siapa sangka saat ini ekosistem gambut kita sedang terancam?
Terancamnya Ekosistem Gambut di Negeri Kita
Pada tahun 2019, luas lahan gambut Indonesia sebesar 13,43 juta ha, turun 1,5 juta ha dibandingkan tahun 2011 yakni 14,93 juta ha.
Lahan gambut seringkali dianggap sebagai lahan terbuang yang dapat dikeringkan dan dialihfungsikan. Anggapan ini telah menjadi salah satu penyebab utama degradasi dan alih fungsi lahan gambut, terutama akibat semakin terbatasnya ketersediaan lahan mineral.
Demi kepentingan pertanian dan perkebunan, lahan gambut dikeringkan secara terus menerus untuk mencegah air kembali membanjiri gambut. Siklus surutnya dan pengeringan gambut yang terus berlangsung menjadi sumber emisi karbon yang tidak akan berhenti.
Akibatnya akan banyak terjadi bencana alam. Seperti :
- Banjir : terjadi jika fungsi hidrologis gambut hilang adalah terjadinya banjir di atas lahan gambut atau daerah aliran sungai yang dapat mengancam keberlangsungan pertanian masyarakat sekitar.
- Kebakaran : Pengeringan gambut berdampak pada tingkat kebakaran yang tinggi. Fungsi penyerapan air pada gambut yang sangat kering akan sulit dilakukan karena dalam keadaan tersebut, gambut sudah tidak berfungsi sebagai tanah dan sifatnya sama seperti kayu kering.
- Kabut Asap : Api yang menjalar ke bawah permukaan tanah menyebabkan pembakaran yang tidak menyala sehingga hanya asap putih yang tampak di atas permukaan dan menyebabkan kegiatan pemadaman kerap sulit dilakukan serta menimbulkan masalah Kesehatan bagi masyarakat sekitarnya.
- Pencemaran Tanah : Pirit adalah mineral tanah (kandungan FeS2) yang sering ditemukan di lahan rawa dan akan teroksidasi menjadi senyawa beracun dengan kandungan besi dan alumunium apabila bertemu dengan udara (oksigen).
- Terganggunya Aktivitas : Kerusakan lahan gambut menyebabkan dampak yang nyata seperti kebakaran, banjir, dan pencemaran tanah. Namun, lebih jauh lagi, pengaruh negatif kejadian-kejadian tersebut merambat pada kehidupan masyarakat.
Terjadinya bencana-bencana tersebut di atas sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi bertambah cepatnya perubahan iklim di dunia. Karena tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Selain itu juga kerusakanlahan gambut menyebabkan dampak besar bagi ekologi. Rusaknya ekosistem gambut, perlahan akan mempersempit ruang hidup satwa, punahnya tanaman-tanaman endemic gambut tropis, dan imbasnya justru akan berujung pada kehidupan masyarakat. Hilanglah keanekaragaman hayati yang kita punya.
Inilah pentingnya restorasi gambut. Sebagai bagian dari solusi yang bisa kita lakukan bersama-sama. Dengan melindungi yang masih tersisa dan memulihkan yang rusak dengan restorasi gambut.
Restorasi gambut bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan sejahterakan masyarakat. Upaya restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pembasahan, penanaman ulang, dan merevitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai generasi muda yang punya akses untuk menyebarkan kebaikan, kita perlu lho menyuarakan ini. Terlebih saya sebagai seseorang yang mengaku blogger. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan sebagai warga negara yang mencintai bangsa ini. Jika semua ambil peran masing-masing sesuai dengan kapasitasnya, saya yakin restorasi gambut bisa kita lakukan bersama-sama. Demi kehidupan yang lebih baik untuk anak cucu kita, demi semua makhluk hidup di dunia.
Akhir kata, saya mengutip apa yang telah disampaikan kak Ola Abbas dalam presentasinya kemarin :
Butuh waktu ribuan tahun untuk membentuk gambut. Namun hanya sesaat untuk merusaknya #Peatlandnotwasteland
Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menjadi sarana edukasi bagi teman-teman yang belum pernah mendengar soal ekosistem gambut dan juga bagi masyarakat pada umumnya.
Referensi:
Olla Abbas dalam webinar bersama Eco Blogger Squad
Udah beberapa kali nih baca artikel tentang lahan gambut yg rusak trus jadi ngancem habitat di dalemnya, bahkan manusia, huhu.
Memang udah harusnya tugas pemerintah dan kita semua nih buat tegas nyikapinya, biar ga berdampak sama kehidupan masa datang. Ya, kan, MbakJi..
Ini semua berawal dari banyaknya lahan gambut yang beralih fungsinya ya, Mbak. Akhirnya lahan gambut tidak memberi manfaat bagi kehidupan, terutama sebagai menyimpan air. Akhirnya lahan gambut kering, dan mudah terbakar. Jadi perlu sekali terus dikampanyekan, soal manfaat lahan gambut ini.
Gmn nasib satwa2 liar yg hidup di sekitar hutan lahan gambut ya? Kyknya bs punah tuh kak.
Pdhl fungsi lahan gambut tuh bgs bgt buat penyerapan air dan pencegahan banjir. Ini malah dibuka buat perkebunan sawit. Ah jd hopeless bgt deh ama pemerintah. Di satu sisi emg bgs buat ekonomi tp melupakan pelestarian lingkungannya.
Iya bisa punah dan Indonesia terancam kehilangan keanekaragaman hayati. Mereka masih minim literasi tentang hutan atau bahkan ngga peduli sih. Kayaknya yang penting cuan
Polisi yang sudah mengkhawatirkan memang harus diselesaikan. Begitu juga urusan karhutla ini. Hayuuk bareng melestarikan lingkungan
Lahan gambut yang dialihfungsikan ternyata bisa jadi petaka bagi alam. Apalagi permasalahan karhutla juga belum selesai di Indonesia
Gambut punya banyak peran penting ya mbak. Akan terasa dampaknya jika gambut rusak dan terbakar
Nah, setuju Mba. Kita harus mendorong pemerintah agar tidak mudah memberikan izin mengenai alih fungsi hutan. Khususnya lahan gambut, karena lahan gambut itu punya peran dan fungsi yang besar dalam mengatasi Karhutla dan mencegah perubahan iklim.
Manfaat lahan gambut ini ternyata luar biasa ya. Baik untuk mencegah banjir ataupun untuk antisipasi kekurangan air pada musim kemarau. Sudah sewajarnya sih kita-kita menjaga agar hutan gambut tidak terbakar. Minimal dengan campaign di media sosial.
Program 3R: rewetting (pembasahan gambut), revegetasi (penanaman ulang), serta revitalisasi (sumber mata pencaharian). Ketiganya ini bisa saja dilakukan asalkan sosialisasinya tepat sasaran dan dilakukan dengan baik. Misalnya lahan gambut ditanami dan tanaman bahan pokok, lalu ada irigasi untuk pengairan (sekaligus pembasahan lahan), dan seterusnya
Indonesia memiliki luasan lahan gambut terbesar sedunia, kalau sampai hilang sayang sekali. Karena lahan gambut memiliki banyak manfaat untuk wilayah di sekitarnya. Diperlukan peran dan kesadaran dari masyarakat agar Indonesia dapat merdeka dari karhutla!
Di tiktok juga lagi rame banget ya bahas2 soal kualitas udara Jakarta yang buruk nya kebangetan, udh pasti efek Dari aktivitas manusianya ya. Klo alih fungsi lahan juga ga berimbang, ngeri bakal jadi bencana berkepanjangan buat manusia
Sedih sekali dengan karhutla ini.
Karena kejadiannya selalu ada tiap tahun dan grafiknya juga meningkat, kudunya menurun ya.. karena bisa mempelajari trennya.
Semoga dengan bergerak bersama, kita semua bisa jaga hutan Indonesia, terutama lahan gambut yang manfaatnya sangat banyak dalam keseimbangan iklim dunia.
Merdekaaaa. Jangan hanya kbebasan dalam bernegara ya kak. Merdeka dalam karhutla juga wajib krna hutan dan lahan banyak manfaatnya bagi kehidupan kita
duh jangan dong, jangan dirusak hutannya :(( kita butuh hutan yang sehat dan teduh..
semoga rakyat Indonesia bisa menjaga hutan dengan baik, tidak ada kepentingan golongan sehingga kelestarian hutan bisa terjaga..
Soal satwa liar, menurut saya tergantung situasinya, Kak. Kalo memang hampir punah, tak ada salahnya disediakan habitat khusus seperti harimau di taman Safari. Hanya saja, sebaiknya dikelola oleh orang yang memang ahlinya. Bukan influencer yang sering disorot media. Kalo orang awam yang kelola, dikhawatirkan perawatan para hewan tidak berkesinambungan.
Hutan harus dilestarikan demi masa depan generasi kita ya Mbak? apalagi dengan perubahan iklim ini perlu ekstra menjaga ekosistem kita.
Ini hal yang patut untuk diedukasi kepada masyarakat agar sadar akan bahaya karhutla dalam jangka panjang. Semoga kita makin teredukasi dengan hal ini
Betul juga ya, bangsa kita udah merdeka dari penjajahan asing, tapi masih dijajah oleh eksploitasi hutan dan lahan. Yang justru itu mengakibatkan bencana dan dampak yang sangat besar… Yuk kita peduli semuanya demi terbebasnya negara kita dari kebakaran hutan ini
Indonesia sebagai wilayah dengan mega diversities, sayangnya masih banyak yang belum sadar akan pentingnya hutan termasuk lahan gambut. Eksploitasi hutan dan lingkungan akhirnya membawa banyak kerugian untuk kita. Semoga dengan banyaknya edukasi, hutan Indonesia bisa merdeka, lahan gambut pun bisa dijaga.
Ternyata lahan gambut memiliki banyak fungsi untuk membantu kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, semoga bisa segera dicarikan solusinya agar keberadaan lahan gambut di Indonesia tidak semakin rusak, tentunya dengan peran serta masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan gambut tersebut.
Aku kemarin ikutan acara online gathering ini mbak
Sedih pas tahu begitu banyaknya lahan gambut yang rusak
Semoga hutan Indonesia segera merdeka dari kargutla ya
Sudah terlalu banyak alih fungsi hutan untuk kebutuhan konsumsi atay finansial semata.
Ilmu kehutanan, pertanian dan kelautan harusnya menjadi hal dasar yang dipahami kita sebagai penduduk Indonesia. Supaya semakin mencintai lingkungannya..
Sedih ya lihat lahan gambut yang rusak
Tapi aku tertarik pas dibahas tentang hambatannya yang bagian : public figure atau influencer yang banyak memelihara satwa dilindungi dengan dalih karena mencintai satwa tersebut. Mirisnya ketika ada yang memberikan edukasi tentang perilaku itu malah yang bahas diserang sama fans fanatiknya, miris.
semoga setelah ini makin banyak orang yang peduli mengenai persoalan kebakaran hutan di Indonesia, agar hutan Indonesia khususnya lahan gambut tidak semakin rusak