Catatan Juang adalah novel karya Fiersa Bestari yang pertama kali saya baca. Pertama membaca ini pun karena pinjaman dari seorang teman yang sedang ngefans berat dengan Bung Fiersa ini.

Berkarya itu untuk diri sendiri, orang lain suka atau tidak itu bonus. Lagipula, mau sampai kapan mengikuti standarisasi bagus dan jelek dari orang lain? Mau sampai kapan takut akan kata-kata pedas yang dilontarkan orang lain? – Catatan Juang.

Kutipan di ataslah yang akhirnya membuat saya jatuh cinta dengan karya-karya Bung Fiersa selanjutnya.

catatan juang

Semakin saya membacanya, semakin berat meninggalkan kisah dari catatan yang sangat menginspirasi dari seorang bernama Juang. Seperti yang dialami oleh Suar dalam buku ini, saya pun sedang atau pernah merasakannya. Membacanya, seolah-olah saya dibawa oleh Bung Fiersa untuk menjadi pemeran dalam bukunya. Bedanya, Suar berani keluar dari zona nyaman dan berusaha setengah hidup untuk mengejar impiannya. Sedangkan saya, dalam tahap ini masih saja merefleksikan diri, tidak juga mengambil keputusan dan langkah nyata. Padahal sudah banyak membaca buku self improvement, tapi tidak juga bergerak, berlari mencapai tujuan.

Membaca Catatan Juang, sungguh seperti bukan membaca cerita fiksi yang hanya menghibur, tapi juga memotivasi untuk terus berkarya, minimal punya nilai untuk dimanfaatkan orang lain. Setelah ini saya harus punya nilai.

Mungkin saat ini saya masih dalam tahap,

Cogito ergosum, aku berpikir maka aku ada (Descartes)

Iya, masih dalam tahap berpikir. Ah ngeles aja Han, bilang aja masih pengin di zona nyaman.

Berpikir untuk mengambil ancang-ancang, kapan siap untuk lari melejit. Seperti filosofi sebuah pohon di Korea yang diungkapkan Rando Kim dalam bukunya Amor Fati. Selama bertahun-tahun pohon itu tidak berbunga juga tidak tumbuh tinggi, tapi setelah lima tahun dia ada, dia bangun dari hibernasinya dan tumbuh melejit sangat tinggi hingga menjulang puluhan meter daripada pohon lainnya. Apa yang dilakukannya? Iya, dia sedang menyiapkan bekal dan mengambil ancang-ancang. Review lengkap soal pohon ini bisa dilihat dalam review saya yang berjudul, Love Your Fate ya. Nah, apa hubungannya dengan pohon? Begitu juga dengan saya, yang sedang mengambil ancang-ancang dan mempersiapkan bekal sebanyak mungkin seperti filosofi sebuah pohon tadi. Hehe..

Oke, ini mungkin cuma pembelaan, tapi paling tidak, saya sudah berpikir. Maka hal selanjutnya yang harus dilakukan hanya terus bergerak.

Buku Catatan Juang ini sungguh sangat menginspirasi. Tidak rugi jika kau harus merogoh kocek untuk beli bukunya, jangan yang bajakan ya.

Rate 4,5/5 – seperti saat Dude memberikan penilaian soal film yang dibuat oleh Suar, hihi.. Almost perfect 🙂

Baca Juga Love your Fate