Matanya tampak jelas sangat berat untuk terus dibuka. Terkantuk-kantuk dia menyelesaikan salatnya. Gerakannya sudah tidak bertenaga. Aku hanya memandangnya sambil tersenyum. Meskipun rasa kantuk juga menyerangku tak kalah hebohnya. Gadis mungil yang berada di sampingku ini sudah mati-matian menahan kantuk tampaknya, sampai-sampai sudah tidak fokus bahwa salat tarawih telah usai. Tinggal salat witir saja, sebagai penutup.
“Buuk, aku ngga ikut witir ya. Mau tidur aja.” Ucapnya merajuk. Sambil memegang mukenah yang kukenakan. Aku menggeleng. Tanda tidak menyetujui pengajuan keringanan salat yang ia utarakan.
“Ngantuk banget.” Al-isya tetap merajuk sambil berusaha berdiri, meski sangat berat.
“Mau unta merah tidak?” Tanyaku. Al-isya yang belum baligh itu sontak mengerjap-ngerjapkan matanya yang sipit. Lucu sekali. Sambil mengangguk-angguk, dia tampak antusias mendengar kata “unta merah”.
“Mau buk!”
Aku tersenyum. Merasa berhasil dengan pancingan unta merah.
“Nanti ibu ceritakan setelah salat witir ya.”
Al-isya menurut. Lalu berdiri mengikutiku dengan sigap.
Setelah menjalankan salat tiga rakaat dan satu salam, Al-isya tampak masih bersemangat. Mulut kecilnya ikut menirukan doa-doa yang kuucapkan lirih.
“Aamiin!” ujarnya keras begitu mengetahui kami telah selesai berdoa.
“Dengar ya, kenapa isya dapat unta merah?” Aku langsung menyambung aktivitas salat tarawih kami malam itu dengan cerita.
“Unta merah bukannya mahal ya Bu? Pernah dengar dari ustadzah, 100x lipat harganya daripada unta biasa.” Ujarnya antusias.
“Betul sekali. Lalu? Ada lagi yang isya tahu dari unta?”
“Yang pergi salat jum’at dan dapat shaf pertama?”
“Betul. Tapi isya bisa dapat lebih. Dapat unta merah lagi!” Kataku sambil menowel pipi gembilnya.
“Caranya ya dengan menyempurnakan salat malam kita dengan salat witir, salat yang ganjil.” Ujarku. Al-isya menanggapinya dengan antusias. Khas dirinya yang baru pertama kali tahu salah satu keutamaan salat witir.
Sebuah hadits menyebutkan bahwa keutamaan shalat witir adalah lebih baik dari unta merah. Hal ini berarti bahwa shalat witir yang dikerjakan bernilai lebih besar dari nilai seekor unta merah terutama bila dikerjakan sebelum waktu shalat subuh datang. Berikut hadits yang menyebutkan keutamaan tersebut
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِيُّ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَاشِدٍ الزَّوْفِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُرَّةَ الزَّوْفِيِّ عَنْ خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ قَالَ أَبُو الْوَلِيدِ الْعَدَوِيُّ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَمَدَّكُمْ بِصَلَاةٍ وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِيَ الْوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ
Telah menceritakan kepada Kami dan [Qutaibah bin Sa’id] dari [Kharijah bin Hudzafah], Abu Al Walid Al Adawi berkata; Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam keluar menemui Kami dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan bagi kalian sebuah shalat yang dia lebih baik bagi kalian dari pada unta merah, yaitu shalat witir, dan telah menjadikannya berada diantara shalat Isya hingga terbit fajar.” (HR Abu dawud).
Al-isya mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Aku mau tiap hari salat witir Buu!” ujarnya bersemangat.
Alhamdulillah..
Referensi :
dalamislam.com
#RWCODOP2020 #RWCDay9 #OneDayOnePost #Ramadhan2020
Seneng deh bacanya… Ternyata selain mengajak orang lain kepada kebaikan, witir juga dapet unta merah
Asyik, terimakasih kak sudah mampir di cerita mini edisi unta merah hehe
Asik nya jadi penulis.. inspiratif .. sukses selalu..
Keren, kakak… semoga Al-isya jadi anak sholeh
Aamiin. Btw Al isya perempuan kak heheh. Btw makasii doanya.
Waduh sya, bude witirnya lek ramadan tokk wkwk
[…] Baca juga : Unta Merah Untuk Al-isya […]