Lebih baik sebar yang baik benar-benar jadi pedoman saya selama bermedia sosial dan berinteraksi dengan banyak orang lewat kanal digital. Termasuk salah satunya melalui blog dengan tulisan-tulisan saya ini. Kalau dirasa tidak ada kebaikan yang bisa didapatkan oleh orang lain dalam tulisan saya, ya mendingan ngga usah menulis dan dibaca oleh banyak orang.
Sebagaimana kata pepatah, “mulutmu harimaumu.” Maka ketikan kita lewat jari-jari adalah perpanjangan dari mulut yang memilki dua nilai. Nilai positif dan negatif. Selanjutnya tergantung pada diri sendiri, akankah kita mau dikenang menjadi orang yang bermanfaat karena menyebar kebaikan atau keburukan.
Jangan Menyebar Bulu Kemoceng, Lebih Baik Sebar yang Baik
Jika tidak ada kebaikan yang kita miliki untuk disebarkan, maka lebih baik tidak menyebarkan apa-apa.
Kalimat itulah yang seringkali menjadi pengingat untuk diri sendiri. Karena saya pernah menjadi salah satu dari efek “ketidakbaikan” itu. Salah satu korban karena banyak orang yang tidak mampu menahan lisan atau jemarinya untuk menyebar berita yang belum pasti kebenarannya.
Jadi ceritanya suatu hari saya diuji dengan fitnah. Baru juga jadi blogger yang serius, baru dua tahun belajar kesana kemari, ternyata badai itu datang lebih cepat.
Jadi saat itu saya sedang mengikuti lomba SEO, dan sempat menempati posisi page 1 kurang lebih selama 7 hari. Hari ke hari posisi semakin turun, semakin turun bahkan hampir hilang dari urutan 100 besar. Namun saya tak putus asa, optimasi terus dilakukan.
Hingga akhirnya stabil di posisi 30 atau 40-an. Namun siang itu saya mendapat kabar bahwa blog saya dilaporkan ke DMCA. Apa itu DMCA?
DMCA adalah singkatan dari Digital Millennium Copyright Act, semacam lembaga yang mengatur tentang hak cipta atas konten digital. DMCA disahkan di Amerika Serikat pada tahun 1998. Seperti yang telah kita ketahui konten digital merupakan hasil karya seseorang baik berupa teks, gambar, foto, video, dan lainnya yang dikemas dalam format digital, termasuk blog.
Jadi orang ini melaporkan saya atas tuduhan plagiasi. Banyak orang yang akhirnya tahu kasus ini. Berawal dari sebuah whatsapp group khusus blogger, berita ini akhirnya menyebar entah sampai mana. Entah bagian mana yang menyebar, apakah bagian ketika saya belum klarifikasi atau bagian yang sudah saya klarifikasi kebenarannya.
Beruntung dikelilingi orang-orang baik yang terlebih dahulu mengkonfirmasikan kebenaran beritanya pada saya sebelum menyebarkannya kemudian ke group-group lain. Sungguh luar biasa memang kekuatan sosmed ini.
Intinya sih saya merasakan juga bagaimana pedihnya dijelek-jelekkan orang, dituduh melakukan perbuatan yang tidak pernah saya lakukan. Hingga akhirnya datanglah kebenaran. Klarifikasi dari akun yang melaporkan. Bahwa dirinya pun juga tidak tahu menahu soal laporan itu. Hanya namanya saja dipinjam untuk melaporkan saya.
Karena tidak terbukti benar, sampai saat ini artikel saya pun masih ada, dan memang tidak seharusnya hilang dari peredaran. Karena saya memang membuat konten itu murni dari tulisan sendiri, beberapa referensi pun sudah saya cantumkan dalam artikel tersebut. Jadi saya yakin, Allah akan menolong saya dan mengungkap kebenarannya cepat atau lambat.
Kisah Dibalik Tuduhan
Saat dituduh tentu saja saya merasa sedih, gimana sih manusia. Saya pikir hal ini manusiawi dan setiap orang pasti akan merasa sedih dengan pemberitaan negatif yang menimpa dirinya. Namun orang tercinta mengingatkan saya untuk bersabar.
Bersabar ini memang punya dua arti ya. Sabar atas tuduhan menyakitkan dan bersabar untuk terus memperjuangkan kebenaran. Saya memilih keduanya. Hingga kebenaran terungkap, saya akan terus bersabar untuk memperjuangkannya.
Karena tak kunjung menemui titik temu, saya sempat down dan ingin berhenti ngeblog saja. Cemen sih memang, tapi sungguh itu hal menyakitkan bagi saya lho.
Namun sore itu, saya mencoba untuk tidak menghiraukan berbagai macam desas-desus yang beredar. Saya mencoba untuk pasrah dan menyerahkan segala urusan pada Tuhan. Saya pun sempat mengikuti sebuah kajian rutin di hari Sabtu sore.
Seolah Allah sedang menasihati saya lewat ustadz yang menjelaskan materi tentang Tafsir Surat Al-Muzammil sore itu. Tentang bagaimana sikap kita seharusnya ketika menghadapi sebuah persoalan yang membuat hati kita sedih dan sakit.
Kalau sudah berusaha untuk mengklarifikasi berita bohong, maka tugas kita selanjutnya adalah bersabar. Kita harus tahu bahwa kehidupan manusia memang tidak akan pernah lepas dari permasalahan.
Bahkan kata guru saya, kalau memang ingin hidup tanpa masalah, kembali saja ke rahim ibu. Jangan pernah lahir ke dunia ini. Karena memang inilah kehidupan. Satu-satunya cara, yuk dijalani aja.
Apalagi yang namanya hidup berdampingan dengan manusia yang lain, tentu saja ada yang tidak menyukai kita. Namun, bukankah kita hidup bukan untuk menyenangkan orang lain? Jadi santai saja. Sabar saja dengan apa yang orang katakan tentang kita.
Sore itu saat mengaji, nasihat guru saya begitu mengena dalam hati. Betapa ujian fitnah yang harus saya lalui ini adalah sesuatu yang mungkin Allah datangkan karena saya kurang kencang ibadahnya.
Maka diantara hiburan kita ketika dilanda fitnah adalah dengan salat di sepertiga malam dan mentadabburi AlQuran. Karena yang membuat manusia tegar dan kokoh adalah Qiyamul lail dan Tadabbur AlQuran itu sendiri.
Fokus beribadah, fokus melakukan hal-hal yang bermanfaat. Serahkan segala urusan pada Allah. Biar Allah yang bereskan semuanya.
Fitnah dan Bulu Kemoceng
Saat itu saya memang langsung teringat pada sebuah cerita tentang Fitnah dan Bulu Kemoceng. Fitnah ibarat kemoceng yang dicabuti bulunya lalu disebarkan begitu saja kemanapun arah angin membawanya. Siapapun yang dilewati oleh bulu itu, akan mengetahui berita yang dibawanya.
Begitulah fitnah. Menyebar bak bulu kemoceng yang akan sampai pada ratusan bahkan ribuan orang. Bagaimana kita mengembalikannya? Bagaimana kita akan mengembalikan bulu-bulu itu ke tempat yang semestinya? Sementara angin sudah membawanya entah kemana saja.
Bukannya kita harus ingat bahwa urusan dengan manusia itu paling susah taubatnya?
Kalaulah hal yang kita gosipkan itu benar, apakah kita terbebas dari perbuatan buruk? Bukankah kita juga sedang ikut menyebarkan berita itu dengan jempol kita?
Merusak kehormatan orang lain, merendahkan, lalu membiarkan kabar itu terbang melalui jempol kita. Bukankah itu sama saja dengan menyebarkan bulu kemoceng? Andai orang yang kita bicarakan keburukannya itu memaafkan kita, namun apakah kehormatannya yang sudah kita rendahkan itu bisa kembali seperti semula?
Apakah kita akan memberi klarifikasi ke semua orang yang sudah membaca berita yang kita sebarkan? Baik-baik lah ya berurusan dengan orang lain. Karena yang paling sulit adalah memperbaiki hubungan dengan manusia. Kalau dengan Allah mungkin kita bisa taubat, kita bisa bereskan dengan taubat nasuha.
Tapi bagaimana dengan manusia yang sudah kita sebarkan aibnya?
Jangan sampai kita menemui Allah dalam keadaan muflis alias merugi. Kebaikan-kebaikan kita akan diambil oleh orang yang kita jelek-jelekkan, kita hina, kita rusak kehormatannya.
Yuk tahan lisan kita. Jika ada yang tidak baik, sampaikan saja pada orangnya. Tidak usahlah ikut membicarakan sesuatu yang tidak ada urusannya dengan kita. Tidak usah ikut-ikut menyebarkan kehormatan seseorang yang sedang dirusak. Fokus pada sesuatu yang bermanfaat, fokus pada apa yang kita sebut dengan “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Lebih baik sebar yang baik adalah hal yang perlu kita pegang sebagai prinsip di dunia yang serba mudah dan cepat ini.
Lebih Baik Sebar yang Baik, Menyebar Kebaikan Tanpa Batas
Ternyata lebih baik sebar yang baik sudah lebih dulu digaungkan oleh Indihome. Salah satu provider yang menemani keluarga sejak saya duduk di bangku SMA. Satu-satunya penyedia internet yang saat itu menjadi andalan kami sekeluarga.
Ayah saya seorang dosen sekaligus pengawas di salah satu lingkungan Kementerian dan ibu adalah seorang guru. Kakak, saya dan adik semuanya sekolah. Tentu semuanya butuh internet, dan Indihome adalah layanan internet pertama kami saat itu.
Indihome ternyata telah memberikan warna digitalisasi di Indonesia sejak internet pertama kali datang ke Indonesia. Namun, internet bak pisau bermata dua. Bisa bernilai manfaat namun bisa juga bernilai merugikan bagi penggunanya.
Prinsip lebih baik sebar yang baik dari Indihome ini relevan dengan apa yang kita hadapi saat ini. Zaman serba canggih, semua serba digital dan hampir semua orang bergantung pada internet. Entah untuk pekerjaan, belajar, hingga berjejaring. Internet serupa nafas dalam kehidupan seseorang. Sebentar saja tak ada internet, kita sudah merasa berada di negeri antah berantah. Merasa tertinggal dari yang lainnya.
Interaksi di dunia digital yang tak terbatas inilah yang harus kita sikapi dengan sangat hati-hati. Karena konten yang kita unggah adalah jejak digital yang selamanya tidak akan terhapus selama internet di planet ini masih digunakan. Konten kita akan selamanya dikenang oleh orang-orang yang membacanya.
Jadi kenapa tidak sebar yang baik saja?
Jangan sampai pula kita ikut-ikutan menyebarkan sesuatu yang dapat merusak kehormatan orang lain. Jika dirasa tidak ada manfaat atau nilai kebaikan di dalamnya, maka lebih baik postingan itu berhenti di kamu.
Daripada menyebarkan berita yang tak menyenangkan, lebih baik sebarkan cerita baik bukan? Seperti aksi sosial yang kami lakukan beberapa waktu terakhir. Daripada disibukkan dengan berita-berita yang provokatif, mengandung ujaran kebencian, bahkan hoax, lebih baik kita fokus untuk menyebarkan kebaikan lewat internet.
Jika kebaikan itu ditiru oleh banyak orang, bayangkan ada berapa banyak kebaikan yang mengalir untuk orang lain dan juga diri kita sendiri. Sebagaimana jangkauan Indihome yang tanpa batas itu, kita bisa juga menyebar kebaikan tanpa batas pula 🙂
Lebih Baik Sebar yang Baik, Pembagian Paket Bahan Mentah Untuk Masyarakat Sekitar
Pada Oktober 2021 lalu, kami berinisiatif untuk mengumpulkan muda-mudi untuk melakukan aksi sosial. Siapa saja bisa menyumbangkan apa yang dimiliki. Mulai dari sepuluh ribu rupiah, sumbang waktu, sumbang energi atau tenaga, semua orang bisa melakukan kebaikan yang tak terbatas ini.
Namun karena pandemi, mau tak mau pertemuan untuk membicarakan pelaksanaan acara sangat kami batasi meskipun hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Lagi-lagi kami harus mengandalkan internet dengan jangkauan jaringan yang luas serta koneksi yang bagus untuk melaksanakan rapat koordinasi.
Beruntung Indihome selalu siap sedia menemani kami meskipun hujan, badai, atau petir menghalangi, hehe..
Kekuatan Indihome di tengah pandemi ini sudah tidak diragukan lagi. Karenanya, kita mampu bertahan di tengah tugas maupun pekerjaan yang menumpuk. Juga tetap dapat terkoneksi bersama dengan orang-orang tercinta. Juga dengan teman-teman satu visi untuk terus menebar kebaikan dan manfaat bagi banyak orang.
Bukan hanya sebagai penyedia layanan internet, beberapa kali Indihome juga memberikan banyak bantuan pada pondok pesantren di hari santri, dan masih banyak lagi jejak kebaikan yang dilakukannya tanpa batas.
Pandemi bukan jadi penghalang bagi kami untuk terus sebar yang baik. Karena kami tahu, Tuhan selalu memberikan jalan pada setiap kebaikan yang kita sebarkan. Daripada terus memikirkan tsunami informasi yang banyak mendatangkan keburukan untuk diri sendiri, lebih baik sebar yang baik yuk!
Punya cerita “Lebih baik sebar yang baik” apalagi nih? Boleh dong cerita di kolom komentar.
Jangan lupa untuk terus sebar kebaikan ke seluruh penjuru negeri agar kebaikan itu juga menular pada kita ya :))
Iya mba saya sempet denger selentingan kalo mba jihan lagi rame soal lomba seo itu. Tapi saya gatau detailnya, jadi lupa. Baru inget pas baca ini.
Tetep semangat mba ya, big hugs.
Wah sampai ke mba sera juga yah >.< Waktu itu mau klarifikasi gabisa. karena grupnya ditutup :p haha.. makasih yaa mbaa <3
Betul lebih baik sebarin kebaikan aja ya. Nyebarin fitnah juga ujungnya bakal dimintai pertanggungjawaban di hadapan Tuhan.. Dan sebaiknya kalo dengar berita ga baik juga ga ikut2 nyebarin takutnya itu hoaks.
Lho kok saya nggak tau ya kasus heboh ini. Apalagi menimpa seorang blogger keren sekelas Mba Jihan. Sakit memang ya difitnah, efeknya yang luar biasa menguras batin. Namun lama-lama kebenaran akan terungkap juga ya. Semangat terus Mba Jihan, jangan lengah dan jangan kasih kendor sama toxic people like that!
Alhamdulillah mas hendra ga sempet denger biar ngga ketularan orang2 toxic mas hahaha.
Btw terimakasih ya mas hen. Sukses juga untukmu 😀
Sabar ya mbak Jey! Aku padamu! Semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Mbak Jey yang ku kenal, tetaplah mba Jey yang menginspirasi.
Ingat aja, orang boleh catut nama, tapi tidak dengan karya. Yuk #BerkaryaTanpaBatas peluuukk
Waduh, aku baru tahu ada ginian. Btw pada akhirnya sekarang membaik semua ya mbak. Kesabaran, kekuatan besar yang selalu memberi nilai positif. Salut semangatnya mbak…
Duh,, emang sih sakit rasanya menjadi korban atas tuduhan yang nggak kita lakukan. Tugas kita memang cuma mengklarifikasi jika itu nggak benar. Selanjutnya hanya bisa bersabar sampai benar-benar clear atau nggak.
Karena kita nggak bisa mengembalikan bulu-bulu kemoceng yang sudah berterbangan.
Semangat, Kak Jihan. Hal yang terbaik akan selalu muncul meski ada saja hal buruk yang coba menghadang.
Serem euyy bulu kemoceng. Dosanya kemana-mana ya kak Jihan. Btw kak, hal baik yang perlu disebar adalah informasi yang berguna untuk orang lain. Salah satunya ya tugas kita sebagai blogger ya kak. Mudah-mudahan nanti tulisan kita menjadi amal jariyah.
Kebenaran selalu punya jalan, tetap semangat ya Mbak Jihan:)
Artikel ini pengingat bagi saya, lebih baik sebar yang baik yang ada manfaatnya. Keberkahan akan mengalir dari sana nantinya, Insya Allah!
Bagus jugaaa filosofi bulu kemoceng ini ya. Memang utamakan tabayyun untuk mendapatkan kebenaran… sekali saja fitnah tersebar, efeknya kemana-mana.
Wah iya, Mbak Jihan. Membayangkan ada di posisi Mbak Jihan saat itu pasti shock pada awalnya ya. Alhamdulillah ada yang membantu mengusut sebenarnya bagaimana kasusnya. Ternyata ada orang yang mau bermain busuk. KOrbannya ada 2, ada satu lagi selain Mbak Jihan.
In syaa Allah, semua yang sudah selesai itu membawa Mbak Jihan ke tempat yang lebih tinggi … sukses, Mbak. Seperti biasa, tulisannya kereen.
Alhamdulillah kebenaran bisa terungkap,, saya ikutan jg kesel bacanya kalo ada orang yg ngelapor2 gitu trus disebarin lagi,, hadehh saya gak bisa bayangin kalo saya di posisinya kak jihan, mungkin
Aku kudet, malah enggak dengar kabar tentang Mbak Jihan di lomba SEO itu.
Di fitnah itu emang menyakitkan Mbak, aku tahun 2017 lalu mengalami. Bermasalah sama 1 orang, terus difitnah, yg nggak bermasalah sama saya ikut2an menghakimi, menuduh. Duh, sakit bgt Mbak. Setiap saat nangis, sholatpun nangis. Emang sudah berlalu, tapi kalau ingat kok ga tetap sakit.
iya bener mbaak, meskipun kita tahu yaa semua pasti bakal tahu gimana kebenarannya tapi tetep aja sakit dan itu ngga enak, bikin nangis dan sulit untuk legowo kalau ngga selesai2 mahh huhu. Semangat yaa mba!
fitnah emang kejam banget ya kak, bisa membunuh karakter yang sudah dibangun bertahun tahun. Semoga kita selalu dijauhkan dari hal hal tersebut. Yuk ngeblog dan sebarkan yang baik baik aja
Kadang kita sudah menyebar yang baik dan berusaha nggak nytenggol orangpun, kita bisa aja di “senggol” orang lain ya. Heu heu.
Semoga kita tetap pada jalan yang lurus #eehhhh gimana wkwkwk
Alhamdulillah mbak Ji sudah terbukti tangguh ya menghadapi masalah seperti itu.
Aku juga pernah dulu difitnah, dan emang ga enak banget. Sampai sekarang aku tandain tuh orangnya hahaha. Cukup tau aja, biar Allah yang bales 🙂
hihi bener banget kak dil. Tandain orangnya >.<
Semoga ujian demi ujian menjadikan kak Jihan semakin bersinar dan semakin kuat. Yakin bahwa setiap kebaikan akan kembali kepada sang pemberi kebaikan, berlaku juga sebaliknya.
Wallahu’alam bishowab.
Baca yang ttg menyebarkan aib orang lain, aku ngerasa ngeri jadinya. Kepikiran apa pernah ya aku menyebarkan berita ga bener ttg orang lain, ntah itu sengaja atau tidak -_- . Takut kalo mikirin pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Bener mba, kesalahan terhadap manusia, susah untuk bisa mencari maaf. Iya kalau orangnya masih hidup, kalau sudah meninggal mau apa :(. Semoga saja kita semua bisa menjaga lisan dan jari-jari kita dari omongan yang menyakitkan dan fitnah.
Btw, indihome ini provider internet yang udah aku pakai sejak awal nikah. Sejak 2011. Dan blm kepengin ganti yg lain. Udah puas bangettttt. Memang sih mereka ga 100% sempurna. Tapi at least pada saat jaringannya error’, itu teknisi dan CS cepet merespon. Aku appreciate dalam hal itu. Ga cuma kasih janji2 manis tapi palsu 🤣. Atau jawaban template. Itu kenapa aku masih setia pakai indihome :). Service mereka memuaskan 😁👍
Lagian errornya juga ga sering kok. Teknisi yg DTG ke rumah juga selalu sopan 🙂
Pernah denger kalau ikut lomba SEO itu sikut-sikutannya luar biasa, tapi sangat tak menyangka kejahatan orang sampai melaporkan Mbk Jihan ke DMCA. Sangat Miris.
Buah kesabaran dan konsistensi, Mbak Jihan tetap jadi salah satu blogger panutan dengan prestasi yang mentereng. Salut
keren banget mba tulisannya, saya suka. dapat dipahami dengan mudah dan menarik. semoga kita selalu dapat menyebar kebaikan. Aamiin.
Ternyata mengikuti lomba SEO keras-keras juga ya. Saya kira orang” yg mengikuti lomba SEO itu pada sportif semuan ternyata ada aja oknum” yg seperti itu, apalagi sampai melaporkan ke DMCA
baru tahu kalau lomba SEO juga cukup beresiko kak, saya pikir kontes SEO itu pesertanya sportif dan saling suport sesama peserta. rupanya ada yang pakai cara menjatuhan juga
Mba Ji, inget banget pas aku baca di grup kalau mba Ji kena fitnah itu hiks. Insya Allah menjadi penggugur dosa dan diganti Allah dengan yang lebih baik lagi.
Bener banget kudu hati-hati dengan apa yang kita tebar.
Tetap semangat mbak, jangan pernah goyang karna orang lain yang sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi
Sekelas mbak Jihan pun pernah di fitnah apalagi saya yang rakyat kecil ini.
Eh bener mbak kita itu perlu sharing dulu sebelum share, emang ya sekarang itu dunia serba instan, kadang yang pantas di share pun jadi hal yang penasaran
sosmed sekarang memang sudah beda ya. rasanya menjadi yang pertama dapat informasi itu seperti kebanggan tersendiri. apalagi kalau bisa share duluan. masalahnya ya itu, belum ada klarifikasi, jadinya hoax deh.
Saya baru tau kalau mba Jingga ada kasus seperti itu.
Main saya kurang jauh hehehehe
Tanpa disadari sebenarnya mba Jingga orang yang kuat ya…
Akhirnya semua persoalan terselesaikan dengan baik Alhamdulillah..
Tetap semangat mba….
Sebagai pengguna IndiHome saya jadi senang dan bangga meskipun kadang ada keluhan kalau jaringan ngadat
Sebar yang baik dan sabar menghadapi ujian itulah kunci kita untuk survive di kehidupan dunia ini yang sejatinya adalah negeri ujian. Semoga postingan kebaikan kita menjadi amal jariyah bagi kita bahkan ketika kita sudah tiada pahalanya tetap mengalir.
Sebar yang baik dan sabar menghadapi ujian itulah kunci kita untuk survive di kehidupan dunia ini yang sejatinya adalah negeri ujian.
Sabar mbak.. Aku dulu pernah digitukan, tapi bedanya karena dulu webku di hack. Pas awal2 jadi blogger dan nggak tahu gimana ngamanin web sendiri. Akhirnya kena lapor di komunitas FB dan alhasil 2 tahun gbs sebar alamat web disono. Ya, 3 bulan ini rebranding ke alamat web yang baru. Sedih iya.. tapi nggak boleh nyerah.. 😘
MasyaAllah salam kenal ya mba Jihan. Aku tergolong masih baru buat serius di dunia blogger. Pernah dengar dari temen sih persaingan di dunia blogger itu ketat, cuma ga nyangka juga sampe ada yang pake cara “fitnah” buat saling sikut-sikutan. Semoga Allah aja yang bales ya mbak. Sukses selalu jadi blogger yang menginspirasi
Nah aku sempat dengar kisah mbak ttg SEO ini. Sabar ya mbak semakin tinggi pohon semakin kencang angin berhembus .Tetap semangat ya
Fitnah emang kejam banget. Kebayang gimana Mbak dulu kaget dan sedihnya. Ini juga jadi pengingat nih, buat utamakan tabayyun dan ga boleh asal share..
aku merinding bacanya, huhu.. ternyata yaa ngeri-ngeri sedap juga di duni amaya ini 🙂 semoga kita bisa terus menyebar yang baik yaa 🙂
Tetap semangat menebar kebaikan lewat aksi dan tulisan ya Kak Jihan. Btw aku juga pemakai Indihome dan memang layanannya memuaskan sih
Wuih ngeri juga ya lomba blog SEO sikut-sikutannya. Sampai pakai acara fitnah-memfitnah gitu.. Setuju banget deh mending sebar2 yang baik aja.
Semoga setelah baca artikel ini akan ada banyak orang yg menebarkan manfaat buat orang lain. Artikel ini sangat menarik untuk dishare. Thanks ya kak.
Analogi yang digunakan mengenai bulu kemoceng sangat bagus dan mudah difahami mbak. Mila sangat setuju dengan pendapatnya Tidak usah ikut-ikut menyebarkan kehormatan seseorang yang sedang dirusak. Fokus pada sesuatu yang bermanfaat.
Panjang umur orang baik.
Dan untuk indihome, semoga semakin banyak jejak kebaikan yang terekam dalam digital
Amin
Nyebar bulu kemoceng bikin banyak orang bersin gak sehat ya mba. Hahahaha. Lebih baik nyebar yang baik, misalnya nyebar duit, nyebar benih padi, nyebar sembako buat yang kurang mampu, atau sebar kebaikan seperti IndiHome.
Orang-orang sih memang kebanyakan lebih mudah menyebar kebencian ya. Hal yang tidak baik dengan memfitnah sering terjadi. Memang sih mending diam aja daripada gak ada manfaatnya membicarakan sesuatu hal yang belum tau kebenarannya.
Dizaman kita saat ini yang serba digital. Memang tidak melulu membawa dampak positif. Dan ternyata dunia digital juga membawa dampak buruk bagi masyarakat kita.
Salah satu dampak buruknya adalah semakin banyak orang yang melakukan keyboard warrior. Keyboard warrior adalah pelampiasan emosi saat menggunakan media sosial atau game online dengan melontarkan kalimat-kalimat pedas.
Jadi ya banyak masyarakat kita sendiri, yang brutal melakukan kejadian keyboard warrior ini.
memang lebih baik menyebarkan kebaikan sih ya, memang kalau fitnah ini ngeri banget memang ya efeknya
Setuju! Gak ada untungnya nyebar keburukan, apalagi di media sosial. Tempat yang harusnya menghibur malah jadi bikin pusing kalo kita sendiri nyebar keburukan. Saya suka tulisan kak Jihan 😁