Ulasan sebelumnya :

Energi Menonggak Asal-Usul Semesta (1)

Mantisa

Sejak kelahirannya ke dunia, Mantisa disambut dengan hujan dan petir. Ibunya meninggal karena kehabisan darah saat melahirkannya. Mantisa dititipkan di sebuah rumah panti untuk anak-anak yang tak lagi memiliki orang tua.

Dalam konsep logaritma-antilogaritma, mantisa adalah bilangan dalam posisi pangkat dari basis sepuluh (atau basis lainnya, tergantung dari sistem logaritma yang digunakan). Konsep mantisa sendiri masih ambigu antara konsep logaritma dan konsep bilangan biasa, karena sama-sama menyatakan bilangan di belakang desimal, meskipun dengan peruntukan atau fungsi berbeda.

Mantisa memiliki karakter yang sangat kuat dalam novel ini. Ia dikenal sebagai destroyer di lingkungan panti tempatnya tinggal. Mantisa sangat suka bertanya. Mengapa hewan disebut ini, mengapa itu disebut itu? Mengapa ada yang bertelur, mengapa ada yang melahirkan? Mengapa ada yang harus mati ketika meneruskan generasinya? Mengapa ada spesies yang jantannya lebih besar? Mengapa kambing makan rumput? Dan jutaan pertanyaan lain yang selalu diajukan Mantisa tanpa henti.

Dibalik kehebohannya sejak kecil untuk selalu bertanya hal-hal yang susah dijelaskan oleh orang-orang dewasa, Mantisa punya kelebihan. Kelebihan yang mungkin tidak ada satu pun orang di dunia ini memilikinya. Mantisa bisa menghitung tetes hujan. Dua ratus ribu enam ratus tujuh puluh satu tetes hujan dalam semalam telah mengisi gentong-gentong yang disediakan Tari (Pengasuh Panti Asuhan tempat Mantisa tinggal). Kemampuan menghitungnya begitu memukau. Ia juga cepat mengerti.

Sebenarnya tidak ada tokoh sentral dalam novel ini. Karena tiap bab mengisahkan dari sudut pandang masing-masing tokoh yang tersebut namanya. Meskipun keduanya memiliki sifat dan karakter yang mirip. Hanya beberapa hal saja yang membedakan keduanya. Masih belum jelas apakah perbedaan itu dikarenakan alter ego yang muncul dari sudut yang berlainan. Ataukah memang keduanya memiliki kutub berlawanan sejak mereka terlahir kembali di bumi ini.

Walaupun sebenarnya di akhir cerita disebutkan bahwa Mantisa dan Prima adalah manusia yang memiliki waktu beririsan. Namun Triskaidekaman menjelaskan bagaimana energi mendukung terlahirnya dua nama itu ke dunia dan waktu yang sama.

Siapakah Prima?

Prima

Prima juga tokoh utama dalam novel ini yang memiliki keterbatasan pendengaran. Ia menjadi rungu saat usianya belum genap satu tahun. Akibat jatuh dari box tempat tidurnya sehingga menyebabkan gendang telinganya pecah karena terbentur lantai.

Akibat ketidaksempurnaannya tersebut saat memasuki usia sekolah, ia terpaksa berhenti dan melanjutkan belajarnya di perpustakaan tempat Ibunya bekerja. Bukan karena ia tak punya biaya, namun Prima adalah korban bullying teman-teman sekaligus gurunya. Tak ada yang mencegah ketika ia dipukuli. Tak ada yang peduli ketika ia ditertawakan. Hingga ibunya memutuskan untuk menariknya dari sekolah karena memar-memar yang tampak di badannya semakin menyiksa batinnya sebagai seorang Ibu.

Prima memilih diam dan tak melawan karena ia tahu tak ada gunanya melakukan perlawanan. Karena orang-orang tidak akan peduli kebenarannya. Prima bertemu seseorang di dalam mimpinya. Seseorang yang seolah sudah dikenalnya sejak lama. Seseorang yang mengajarinya banyak hal dalam mimpi. Seolah ia telah mengikuti 141 sks perkuliahan Matematika bersama dengannya. Prima menghabiskan waktu tidurnya dalam mimpi untuk belajar dan berguru. Hingga suatu ketika sosok imajiner dalam mimpinya itu menghilang, berpamitan namun tanpa kejelasan. Hingga akhirnya Prima bertemu dengan sosok Mantisa di sebuah sudut perpustakaan.

Sosok itu masih menjadi misteri hingga ia bertemu dengan Mantisa. Satu-satunya orang yang mau duduk mendengarkan cerita Prima dalam kesunyian. Mantisa dengan sabar memperhatikan dan menunggui Prima menyelesaikan obrolannya. Hingga mereka kerap kali berdiskusi satu sama lain. Seolah mereka telah mengenal satu sama lain cukup lama.

Keduanya juga bertanya-tanya tentang sosok jenius dan bijaksana yang hadir dalam kehidupan mereka bernama Tarsa, sekaligus bagaimana ia menghilang secara tiba-tiba. Benarkah ia berupa sosok hantu seperti yang dilihat oleh Prima? Ataukah sosok imajiner yang diciptakan oleh Mantisa? Ataukah seseorang dari masa lalu yang hadir dalam kehidupan mereka berdua?

Benarkah Mantisa dan Prima adalah orang yang sama dan terjebak dalam kefanaan dimensi waktu?

Cari tahu jawabannya dengan membacanya.

Review Buku Panduan Matematika Terapan (End)

Author : Triskaidekaman

Penerbit Gramedia Pustaka, 348 halaman

4/5

Ditulis untuk memenuhi tugas RCO Season 6 ODOP Batch 7 dan Tugas Harian Non Fiksi ODOP Batch 7