“Saya hanya bisa bersuara dan ini adalah salah satu cara untuk membuat suara saya didengar.” 

Pernyataan Greta Thunberg tersebut menjadi inspirasi bagi banyak orang di dunia untuk turut menyuarakan kepedulian terhadap perubahan iklim.

Siapa sangka di tahun 2019 lalu, Greta Thunberg, gadis muda asal Swedia tersebut mampu menggerakkan banyak orang lewat “suaranya”. Kampanye lingkungan yang dilakukannya hingga kini menjadi tumpuan jutaan orang yang ingin mengubah pikiran pemimpin dunia.

pejuang perubahan iklim

source: BBC News (Greta Thunberg mulai membolos sekolah setiap Jumat untuk berdemo sendirian di depan gedung parlemen Swedia sejak usia 15 tahun)

Yes, siapa sangka, Greta menjadi semangat orang muda di tahun itu, bahkan hingga tahun-tahun terakhir saat ini yang menginspirasi banyak orang di seluruh belahan dunia.

Bagaimana dengan Indonesia? Tentu saja tidak kalah dari Greta dong! Dalam artikel ini saya akan membahas bagaimana semangat anak muda di Indonesia dan juga salah satunya dari belahan bumi lain, Greta Thunberg memberikan perhatiannya dan menjadi pejuang perubahan iklim.

Belajar dari Greta Thunberg, Semangat Orang Muda Yang Jadi Teladan

2019 lalu, Greta Thunberg memulai gerakan membolos sekolah demi lingkungan atau ‘School Strike for Climate’.

Dia baru berusia 15 tahun kala itu, tapi sudah memutuskan untuk membolos dan berdemo di depan Parlemen Swedia. Ia menuntut para politisi dunia untuk melakukan lebih banyak hal untuk lingkungan.

Panggung kampanye lingkungan berikutnya adalah Konferensi Perubahan Iklim COP25 di Madrid, Spanyol. Hampir 200 negara berpartisipasi dalam konferensi yang berlangsung selama 12 hari dan bertujuan untuk mencari cara meredam dampak perubahan iklim, dan guess what? Yes, Greta turut hadir di sana.

Yang menarik, di tahun 2015 ternyata Greta didiagnosis mengindap sindrom Asperger, salah satu bentuk autisme. Dalam wawancaranya dengan BBC, gadis muda asal Swedia tersebut tidak minder atau merasa rendah diri sama sekali. Ia mengatakan bahwa menjadi berbeda itu justru merupakan suatu anugerah.

“Ini membuatku bisa melihat sesuatu dari sudut berbeda. Saya tidak mudah percaya pada kebohongan, saya bisa melihat secara jelas. Kalau saya sama dengan kebanyakan orang, aku tidak akan memulai gerakan membolos sekolah (untuk berdemonstrasi), misalnya.” tuturnya pada BBC News. 

Greta percaya bahwa: satu orang dapat membuat perubahan yang begitu besar. Sampai saat ini, Greta menjadi suara yang mewakili aktivis perubahan iklim yang menurut saya merupakan pencapaian yang luar biasa dalam waktu singkat.

Karena Greta Thunberg telah menginspirasi jutaan orang di dunia untuk merapatkan barisan dan berkampanye, ia juga tampil di acara-acara penting mengenai perubahan iklim di benua Eropa. Media mengikuti kemanapun Greta pergi dan meskipun Greta mengatakan ia masih terlalu muda untuk membuat pernyataan, ia tidak akan berhenti karenanya.

Greta Thurnberg

source: instagram

Semangat orang muda untuk memperjuangkan perubahan iklim tentu tidak berhenti hanya di Greta Thunberg saja. Karena pada 2021 lalu, saya berhasil menjadi salah satu bagian dari Eco Blogger Squad, sekelompok orang muda yang diberi edukasi oleh Blogger Perempuan dan banyak pihak terkait soal perubahan iklim. Lalu kami berkewajiban untuk menyuarakannya lewat blog dan juga sosial media.

Melalui Eco Blogger Squad inilah saya mengenal banyak sekali generasi muda yang aktif menyuarakan pentingnya pemimpin membuat kebijakan yang ramah lingkungan. Beberapa kumpulan yang banyak disebut oleh kawan-kawan saya sebagai Ranger/penyelamat hutan yakni seperti: Trend Asia, Food Sustainesia Eathink, SKELAS, dan masih banyak lagi.

Berkenalan dengan Pejuang Perubahan Iklim 

Pada momen online gathering bersama Eco Blogger Squad beberapa waktu lalu, bersyukur banget bisa berkenalan dengan teman-teman dari Eathink, SKELAS dan juga Trend Asia.

Masing-masing memiliki cara yang berbeda dalam memperjuangkan perubahan iklim, dan banyak hal yang saya dapatkan dari mereka. Inspirasi yang mereka berikan tidak kalah hebatnya dengan apa yang dilakukan oleh Greta Thunberg dari Swedia!

1. Eathink

eathink

Eathink di hari itu diwakili oleh kak Jaqualine. Eathink sendiri merupakan suatu kelompok orang muda yang mengedukasi tentang bagaimana kita bisa bijak mengonsumsi makanan berkelanjutan dan cara memulai kebiasaan konsumsi makanan sehat.

Singkatnya, Eathink memberikan edukasi dari sisi makanan untuk menekan angka emisi gas penyebab pemanasan global dan perubahan iklim. Make sense ya melihat begitu banyak masyarakat di sekitar kita yang masih belum menaruh perhatian pada apa yang mereka makan/konsumsi, apakah meninggalkan banyak sampah karbon atau tidak.

Karena sebagaimana yang kita tahu bahwa hampir sepertiga dari total emisi global berasal dari makanan. Mulai dari sisa makanan yang kita hasilkan saat dibuang ke TPA akan menghasilkan gas metana penyebab pemanasan global hingga makanan apa saja yang memberikan sumbangsih terbanyak pada rantai karbon.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Eathink bisa kita lakukan juga kok. Yakni dengan memberikan edukasi baik lewat tulisan di blog maupun sosial media untuk menentukan porsi makanan anti sisa, tips mengonsumsi makanan sehat, memasak tanpa minyak, dan masih banyak lagi.

Gimana? Bisa kan? Bisa dong!

2. SKELAS (Sentra Kreatif Lestari Siak)

pejuang perubahan iklim

Apa lagi tuh SKELAS? Bukan satu kelas kan? Lain yaa! 

SKELAS adalah sentra kreatif yang digerakkan oleh orang muda di Siak, Riau untuk mengembangkan inovasi produk lokal. Selain itu, SKELAS juga mengangkat kelestarian alam dan budaya dalam mengembangkan inovasi produk lokal.

Contohnya, mereka mengolah ikan gabus menjadi satu produk inovasi untuk bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dalam online gathering kemarin SKELAS diwakili langsung oleh ketuanya, yakni Kak Cerli.

Kak Cerli menjelaskan bahwa dalam kebudayaan orang Siak, ikan gabus dulu sering digunakan sebagai penyembuhan luka orang setelah melahirkan. Selain itu, di Siak ikan gabus juga dipelihara dalam lahan gambut yang berfungsi sebagai spons alam penyimpan cadangan air dan karbon.

Apa yang dilakukan oleh SKELAS ini tentu saja mampu mendorong ekonomi kreatif lestari di kabupaten Siak hingga menjadi sentra kemajuan ekonomi yang perkembangannya sangat luar biasa. Semangat orang muda yang tergabung dalam SKELAS ini pada akhirnya sukses mewadahi kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mendongkrak ekonomi kreatif berbasis keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.

Patut dicontoh untuk daerah lain lho!

3. TREND Asia 

pejuang perubahan iklim

source: TREND Asia

TREND Asia sendiri merupakan akronim dari Transformation of Energy and Sustainable Development in Asia. Kumpulan orang muda yang memperjuangkan perubahan iklim ini hadir sebagai akselerator transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan di Asia.

TREND Asia diwakili oleh kak Amel sangat menggambarkan bagaimana mereka ini memiliki semangat yang tinggi untuk berbagi edukasi tentang bagaimana progress transisi energi di Indonesia. Topik ini memang sangat jarang dibahas karena memang belum familiar di lingkungan masyarakat kita, namun bukannya tidak mungkin untuk dilakukan bukan?

Dalam pertemuan Online Gathering #EcoBloggerSquad TREND Asia memberikan penjelasan tentang fakta Bioenergi, serta rencana PLN dalam metode co-firing untuk mencampur batu bara dengan bioenergi yang asalnya dari hutan.

Hal ini tentu saja menimbulkan pro kontra di antara pegiat lingkungan. Karena sebenarnya jika kita dalami, biomassa dari kayu yang sengaja kita ambil untuk metode co-firing ini punya arti bahwa akan ada hutan yang kembali dibabat untuk pemenuhan biomassa tersebut.

Meskipun sudah dijelaskan bahwa pastinya akan ada penanaman kembali hutan yang kayunya diambil. Namun, benarkah hal tersebut adalah pilihan yang tepat?

Butuh berapa lama waktu yang harus kita sesuaikan untuk menunggu pohon bertumbuh tinggi hingga mampu menyerap emisi gas? Bagaimana dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengambil kembali kayu agar dapat menghasilkan biomassa?

Padahal, sebagai negara tropis, jelas bahwa Indonesia memiliki potensi sumber energi alternatif yang sangat besar. Mulai dari sinar matahari, angin, air, dan lain-lain. Lalu kenapa batu bara ya?

Jangan Berhenti di Kamu, Yuk Ikutan Jadi Pejuang Perubahan Iklim!

Begitu banyak tulisan saya di blog ini soal perubahan iklim dan apa yang bisa kita lakukan sebagai blogger, sebagai ibu rumah tangga, sebagai ibu pekerja, bahkan sebagai pelajar seperti Greta. Namun semua itu hanya akan menjadi kisah jika kita tak mulai berbenah dan memulainya saat ini juga, bersama-sama.

Jadi, jangan biarkan isu perubahan iklim hanya sebagai isu dan tak ada aksi untuk menanggulanginya. Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai sekumpulan orang muda bukan?

Bagaimana dengan teman-teman? Apa saja nih yang sudah dilakukan untuk menekan perubahan iklim? Bagikan pengalamanmu di kolom komentar yuk!

pejuang perubahan iklim

 

Referensi:

Online Gathering Eco Blogger Squad, 20 Oktober 2023

https://trendasia.org/

https://kantin.skelas.org/

https://eathink.id/about/