Sebelum punya nyali untuk kirim tulisan ke koran, saya memang benar-benar buta arah alias tidak tahu menahu bagaimana mekanisme mengirim karya ke koran lokal, kecuali untuk rubrik besar seperti cerpen. Itu pun terkadang dicantumkan cara pengirimannya dan kebanyakan tidak. Jadi bisa dibilang saya tidak punya akses sama sekali untuk kesana.

Tidak pernah terpikirkan juga untuk kirim karya receh ke koran. Hingga akhirnya setelah saya bergabung ke dalam salah satu program ODOP di OTM (ODOP Tembus Media), jalan kesana sedikit terbuka. Bagi teman-teman yang belum tahu apa itu ODOP, bisa dibaca di sini ya : Verba Volant Scripta Manent

Salah satu program tersebut akhirnya membawa tulisan singkat perdana saya yang dimuat di Koran Merapi edisi Maret pada kolom TSS (Terjadi Sungguh-Sungguh). TSS sendiri adalah sebuah rubrik mini di Harian Merapi yang sudah menjadi salah satu ciri khas dari koran lokal terbitan Jogja. Pada rubrik ini, redaksi menerima kiriman tulisan dari pembaca dengan karakter huruf yang terbatas. Hanya satu paragraf saja. Pendek sekali? Iya. Tapi ada honornya lho! Menarik, kan.

Karena sampai saat ini saya belum menerima honornya maka saya belum bisa menulis bagian “Berapa honor menulis untuk kolom TSS di Koran Merapi?” Kita tunggu saja ya. Kalau sudah dapat honor, saya akan update tulisan ini.

Terimakasih Om Wachid atas sharingnya tentang rubrik ini. Cerita beliau bisa dibaca di sini : https://www.coretanbasayev.com/2019/02/terjadi-sungguh-sungguh.html

Berikut contoh dua cerita mini yang berhasil dimuat di TSS :

Doa dalam Perut Ikan Paus

Cerita di bawah ini ditayangkan di koran Merapi edisi 12 Maret 2020 pada Rubrik Terjadi Sungguh-Sungguh :

Pagi itu saya bertugas untuk memberi materi pada sesi rehabilitasi Narkoba untuk 150 penghuni Lapas Wanita Kelas 2A di kota Malang. Biasanya saya tidak pernah lupa untuk meminta stempel tamu pada penjaga. Karena tanpa stempel tamu, berarti kita adalah penghuni di dalamnya. Namun pagi itu saya lupa karena sudah terlambat 10 menit. Saat pulang dan digeledah, celakanya saya tidak punya stempel tamu itu. Panik, saya mencoba meyakinkan penjaga yang sering berganti shift itu. Namun tak mempan. Sepuluh menit saya tertahan. Kemudian saya berdoa dengan doa yang diajarkan Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan. Ternyata doa itu mempan, saya diperbolehkan keluar meskipun tanpa stempel tamu.

Sayang sekali saya kehilangan dokumentasinya untuk tulisan tersebut. Karena saya pun tidak bisa membeli koran Merapi. Jadi saat itu hanya berbekal kiriman dari Om Wachid bahwa karya saya ternyata dimuat. Fotonya pun terhapus dari memori dalam gawai. Beruntung saya masih bisa memeriksanya lewat email terkirim.

Salah Transfer

salah transfer

Cerita di atas adalah versi penayangan koran Merapi edisi 22 Maret 2020 pada Rubrik Terjadi Sungguh-Sungguh.

Suatu ketika saya sedang berbelanja online. Total belanja hanya Rp 50.000. Lalu saya segera mentransfer melalui M-Banking yang tersedia dalam gawai begitu diberikan invoicenya. Iseng saya mencoba melihat kembali mutasi rekening. Betapa paniknya saya saat menyadari bahwa nominal yang ditransfer ternyata kelebihan satu nol. Jadi Rp 500.000, cukup untuk belanja satu bulan. Saya mencoba menghubungi penjual. Berharap orangnya jujur dan mau mengembalikan uang belanja saya itu. Beruntung penjual itu mau mengembalikan kelebihannya. Memang rezeki tak akan kemana.

Jam Berapa Corona Keluar?

Cerita ketiga yang ditayangkan pada 10 Juni 2020

Terjadi Sungguh-Sungguh Koran Merapi

Nah, giliran saya sekarang menggantikan tulisan-tulisan Om Wachid yang dimuat di kolom TSS. Kolom yang konon katanya gampang-gampang susah. Kenapa susah? Karena saya mengirim belasan karya kesini mulai dari akhir Januari 2020 secara berkala hingga saat ini. Namun baru ada tiga karya yang dimuat terhitung sampai 10 Juni 2020. Saya berpikir bahwa mungkin selera humor orang itu berbeda-beda. Ada yang receh banget kayak saya, ada juga yang berkelas. Jadi saya pun tidak begitu ambil pusing kalau tulisan tidak dimuat. Karena yang terpenting adalah nilai kemanfaatan dari tulisan itu sendiri. Kalau belum dimuat, berarti belum jodohnya. Belum juga jadi wasilah kita untuk menebar kemanfaatan lewat tulisan.

Kalau dimuat? Ya alhamdulillah, itu bonus.

Kita bisa mengirim tulisan singkat TSS, langsung lewat email ke koranmerapi@gmail.com dengan subject: Terjadi Sungguh-Sungguh. Tulis saja langsung di badan email. Ingat ya, hanya satu paragraf. Jangan lupa juga cantumkan nama serta alamat lengkap beserta dengan kodepos, karena koran merapi memilih pencairan honor lewat wesel. Udah kayak adsense aja ya kan 🙂

Jurus andalan saya kalau kirim ke media massa sih cuma tiga : TULIS, KIRIM, LUPAKAN!

Teman-teman juga bisa berlangganan e-paper nya dengan harga terjangkau, sehingga kita bisa melihat apakah karya kita dimuat atau tidak.

Nah, selamat mencoba yaa 🙂

Karya lain yang dimuat di Solo Pos di sini ya Jebul Mimpi Edisi Ah Tenane