Siang itu aku masih kongkow bareng temen-temen. Tepatnya dua orang teman semasa SMA. Ngapain? Nonton Keluarga Cemara dan ngobrolin beberapa hal soal proyek antologi masa kita ke depannya.
Sehabis nonton itu mataku hampir-hampir bengkak karena nangis. Adegannya bikin terharu semua, yang lucu ada beberapa aja, jadi yah begitu, mata jadi lelah. Hehe..

Sesampai di rumah ada kabar yang sejujurnya membuatku shock setengah hidup. Intinya ada bayi menunggu untuk kuadopsi. Hanya dua hari waktuku untuk menentukan hal besar ini. Lebih dari itu akan sangat sulit mendapatkan kesempatan emas seperti ini lagi, karena si bayi harus diserahkan ke Dinsos. Entah mengapa saat itu juga aku bilang mau. Sama sekali ngga kepikiran konsekuensi kedepannya nanti. Bagaimana jadwal-jadwal yang sudah kususun rapi? Bagaimana pencapaian dan cita-citaku?
Akhirnya mataku tambah bengkak di hari itu.

Aku dan suami memang sudah lama merencanakan adopsi ini, tapi ya engga secepat ini juga.
Namun rupanya Allah punya rencana lain yang insyaAllah sangat indah buat kami.
Mohon dukungannya, mohon motivasi dan kalimat-kalimat indah pelipur lara-nya. Setelah enam tahun menikah, inilah saatnya jiwa dan kedewasaanku diuji.

Teman-teman, kisah nyata perihal histeroktomiku itu benar-benar nyata dan tidak aku kurangi ceritanya sedikitpun. Adapun keajaiban amanah yang dititipkan Allah padaku ini begitulah adanya ceritanya.
Dia memang bukan dari rahimku, tapi dia sudah menjadi anakku. Sah menurut negara dan agama. InsyaAllah. Semoga bisa diambil hikmahnya..

Doakan yaa…
Kisah lengkapnya, mungkin nanti aku akan bikin cerita tersendiri soal al Isya. Bagaimanapun aku tak boleh menghilangkan nasabnya kan?
Hari itu, ia resmi jadi keluarga kami. Isya.
Love you Nak ❤️