Berbicara tentang ukhuwah Islamiyah, saya jadi mengingat tulisan Edi AH Iyubenu dalam salah satu bukunya :
Ramalan Rasulullah di tahun 8-9 Hijriah tentang orang-orang “yang pandai membaca al-Qur’an tetapi tidak sampai melewati tenggorokannya”, “keluar dari agamanya secepat lepasnya anak panah lepas dari busurnya” dan “salat kalian tidak ada apa-apanya dibanding salat mereka, puasa kalian tidak ada apa-apanya dibanding puasa mereka” serta pembunuh Ali bin Abi Thalib yang dinyatakan “seburuk-buruknya manusia” menjadi kenyataan benar di tahun 40 Hijriah.
Ada begitu banyak ujaran kebencian terhadap sesama manusia, bahkan sesama saudara ketika apa yang ada dalam pikirannya tidak sama dengan pikiran orang lain. Ia nampak seperti korek api di dalam sebuah kotak kecil yang gelap. Korek-korek yang ada di dalamnya adalah korek yang sama. Warnanya sama, fungsinya sama dan tujuannya sama : agar segera keluar dari kotak tersebut dan berhasil menjadi yang paling manfaat bagi yang lainnya.
Namun ia lupa, di luar sana masih ada pemantik api lainnya “yang berbeda”. Korek api di dalam kotak kemudian merasa angkuh, merasa sombong, merasa dirinya lah yang paling berguna. Dirinya lah yang paling benar, sedang pemantik lainnya salah.
Inilah gambaran ukhuwah kita saat ini. Kalau kata orang Jawa, gampang gumunan, gampang kaget, gampang terpantik dengan hal-hal yang berbeda di luar sana. Mereka menjadi marah ketika ada orang yang tidak sama pemikirannya dengan kaumnya.
Seperti halnya yang terjadi ketika saya berada dalam sebuah organisasi masyarakat. Ada begitu banyak teman yang mudah kaget dengan “perbedaan”. Ukhuwah yang mereka kenal adalah ukhuwah lintas ormas. Jika ormas lain melakukan sesuatu yang “berbeda” dari kebiasaan ormasnya, ia menganggap ormas tersebut adalah ormas yang keluar dari jalur kebenaran.
Oleh karena itu di sinilah pentingnya memperdalam ilmu. Memperoleh ilmu pengetahuan dari jalan apapun, bebas saja memang. Entah dari buku, kajian, pengajian, diskusi hingga internet. Apa saja.
Tetapi memang afdhalnya kita mesti memiliki guru langsung. Karena guru ini kedudukannya sangat penting dan krusial. Sosok yang kita yakini kedalaman ilmu dan kebijaksanaannya dalam menyikapi segala dinamika hidup murid-muridnya. Kebijaksanaan inilah yang berkerucut langsung dalam laku-laku akhlak karimah karena gurunya.
Merajut Ukhuwah Islamiyah dan Tahapan Orang Berilmu
Saya pernah berada pada fase “saya yang benar”. Namun saya pikir, itu menjadi hal yang lumrah karena seseorang pasti pernah melalui sebuah proses dengan kesalahan. Karena tanpa kesalahan, mustahil kita bisa belajar menjadi lebih baik dan bijak. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab radhiallahu anhu bahwa seseorang ketika belajar itu akan melalui tiga tahapan.
Ilmu itu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahap pertama, dia akan sombong. Jika ia memasuki tahap kedua, maka ia akan rendah hati. Jika ia memasuki tahap ketiga, maka ia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya.
Saya sudah melewati fase pertama itu dengan banyak cerita dan sandungan.
Perasaan halus, samar dan abu-abu yang dihembuskan oleh setan itu termasuk “merasa berbuat baik dan benar.” Padahal hakikatnya, belum atau bahkan tidak. Karena sudah buru-buru memvonis orang lain berbuat salah dan tidak benar.
Saat-saat pertama orang menuntut ilmu agama memang seperti anak TK atau SD yang merasa pendapatnya paling benar. Jika disanggah atau ada pendapat yang menyelisihi pendapatnya, dianggapnya pendapat orang lain itu salah dan harus diluruskan. Padahal, ilmu itu milik Allah, dan ilmu itu luasnya seperti laut yang tak bertepi dan kedalamannya tidak berujung. Bahkan diibaratkan jika ditulis dengan tinta, tidak akan habis air di lautan sebagai tintanya.
Maka sangat tidak adil jika kita hanya tahu satu pendapat lalu menganggap pendapat lain yang tidak kita tahu itu sebagai pendapat yang salah. Hal seperti ini memang seringkali terjadi, lho.
Berangkat dari cara berpikir yang seperti itulah Islam menjadi agama yang “tidak menyenangkan”, meskipun perkara agama bukan untuk bersenang-senang. Tidak menyenangkan di sini maksudnya terlihat seperti agama yang terbatas, agama yang saklek dan seolah-olah tidak memiliki kemudahan apapun untuk pemeluknya. Padahal sebaliknya.
Ramadhan kali ini menjadi momentum untuk kita semua mempererat ukhuwah Islamiyah diantara kita. Perbedaan penetapan puasa antara Pemerintah dan juga salah satu ormas terbesar di Indonesia (Muhammadiyah) kali ini berbeda. Namun seperti yang sudah-sudah, kita tetap bisa kok tetap rukun dan saling menghargai perbedaan.
Perbedaan penetapan awal bulan Ramadhan atau hari pertama puasa malah menjadi salah satu tanda betapa kaya-nya ilmu dalam Islam. Betapa Islam menghargai perbedaan ilmu pengetahuan
Moderasi Beragama untuk Ukhuwah Islamiyah
Sebagai penyuluh agama yang lahir di era perkembangan internet, saya mengajak mereka untuk ikut duduk bersama dalam satu forum. Mempererat ukhuwah sesama agama dan juga menghormati apa yang dimiliki oleh agama lain. Saya dan juga beberapa teman yang ingin menunjukkan bahwa inklusivitas lebih baik daripada eksklusivitas terus mengajak mereka untuk “bermain lebih jauh” dengan ormas lain, ngaji bareng, duduk berdiskusi bersama-sama sambil ngopi, sampai kita menyadari bahwa ilmu yang kita miliki sesungguhnya tidak sampai seujung kuku saja dari semua ilmu Allah di muka bumi ini.
Ungkapan ngopimu kurang kenthel, dolanmu kurang adoh benar adanya.
Semakin mereka mengenal kebiasaan, budaya, serta ilmu dari ormas lain bahkan agama lain, mereka semakin memahami bahwa perbedaan yang diciptakan oleh Allah di dunia ini adalah sebuah fitrah.
Perbedaan yang seharusnya malah mempererat ukhuwah, bukannya menajamkannya menjadi sebuah permusuhan. Perbedaan pilihan presiden di lingkungan keluarga sekalipun jangan sampai membawa pada permusuhan yang dilaknat oleh Allah.
Internet Stabil dari IndiHome Jadi Kawan Tepis Hoax
Sebagai penyuluh agama saya merasa punya kewajiban untuk meluruskan seluruh pemahaman banyak orang ketika ada kebijakan Pemerintah yang dianggap kontra terhadap rakyat. Mulai dari urusan minyak goreng, logo halal, hingga urusan perbedaan penetapan Ramadan dan juga 1 Syawal.
Melalui virtual meeting bersama teman-teman sesama organisasi masyarakat dan juga penyuluh, kami rutin mengadakan rapat koordinasi agar bisa menyamakan persepsi dan satu suara menyampaikan pada masyarakat atau jamaah binaan ketika ada hal-hal kontradiktif seperti itu.
Beruntung sekali kita punya internet stabil dari IndiHome yang dapat mendukung aktivitas kami sebagai penyuluh di era new normal ini untuk selalu melakukan koordinasi bersama setiap ketua ormas dan juga ketua takmir masjid-masjid yang membutuhkan informasi seputar kebijakan penyelenggaraan ibadah dan juga hari besar agama.
Berkat IndiHome dengan internet stabil dan juga Internet Sehat-nya pula Indonesia semakin terlindungi dari berbagai macam konten negatif yang merugikan. Oleh karena itu secara tidak langsung dukungan IndiHome menepis hoax agar tidak ricuh dan rusuh inilah yang mendukung internet sehat di Indonesia.
WiFi Cepat yang kita miliki jangan sampai menjadi ajang untuk mengadu domba sesama Muslim bahkan sesama saudara dalam kemanusiaan. Ingat lho, setiap kalimat di sosial media kita, atau komentar yang kita tinggalkan untuk orang lain di sosial media adalah satu hal yang harus dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Jadi, tahan jempolmu, tahan lisanmu, sambung silaturahim diantara sesama kita agar Allah merahmati dan memberikan berkah pada negeri ini.
Yuk jadikan internet sebagai pemersatu, bukan pemecah. Internet menyatukan keluarga, internet menyatukan Indonesia. Jaga ukhuwah islamiyah dan sesama ya! Kebayang ngga sih gimana ademnya kalau kita saling tersenyum bertukar salam dan sapa 🙂
Jazakillah khairan…..ilmu ngademi hati
Bersyukur menjadi org Indonesia yg beragama Islam.. karena dgn kebhinekaan masy Indonesia kita diajarkan utk saling mengenal dan menyayangi.. (hujurat 13)
Islam.rahmatan lil’alamiin..
Wah bermanfaat sekali pemanfaatan internetnya Mba. Memang mumpung dapat koneksi internet stabil dari IndiHome, harus bisa digunakan untuk hal-hal yang positif, misalnya saja memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai konten negatif yang bisa merugikan… Very nice sharing Mba Jihan
Bener kak, perbedaan dalam masalah fiqih adalah hal yang sangat lumrah. Jadi wajar saja kalau fiqih memiliki 4 madzhab besar yang terkadang berbeda mengambil istimbath hukum. Tapi tetap didasarkan pada dalil yang ada. Yg salah itu yg gaa puasa & gaa sholat tanpa alasan😁😁
Hidup di Indonesia dengan lingkungan yang beragam, bikin kita harus belajar untuk menghadapi perbendaaan. Harus sama-sama menjaga ukhuwah
jadi inget diskusi BPIP beberapa malam lalu di Kompas TV, layanan internet emang bisa jadi pisau bermata dua ya mba, makanya harus ada pengawasan penggunaan internet dari orang tua juga sih
Salah satu hal yang paling aku hindari, dan semoga selamanya terhindar, adalah perasaan selalu merasa benar. Karena makin kesini makin sadar kalau ada banyak sekali sudut pandang dalam memaknai hidup..
Bener banget, Mbak. Sekarang itu memang manusia terlalu nggumunan makanya gampang kaget kalau ada yg beda. Selain dampak dari pengelompokkan dalam “kolam” yg sama di dunia digital, manusia memang cenderung sok tahu dan paling benar kalau baru mulai belajar. Padahal, semakin kita belajar, semakin ketauan kalau kita ini gak ada apa2nya.
Sebagai perantau aku ngerasain bener bahwa internet itu bisa menyatukan keluarga loh mbak. Di rumah aku juga pake IndiHome
Zaman sekarang sudah beda sekali dengan saat kuliah dulu. Individualis menjadi tantangan luar biasa. Dengan tetangga saja sulit berinteraksi. Ya, memang kenyataannya internet yang lancar bisa menjadi penyambung ukhuwah. Bertegur sapa melalui chat daring, misalnya. Indihome bisa jadi pilihan.
Nah Iya Kak Jey, malah sekarang aku lagi berada pada circle dimana pendapat orang yang berbeda dari suatu golongan itu dianggap salah, dan pendapat mereka yang paling benar. Miris ya kayak gini
Daku sering juga dengar gitu, kalau ada beda pandangan THD suatu organisasi, biasanya langsung klaim deh, oh itu sesat..oh itu aneh.. haddeh
Mainnya kurang jauh mungkin ya mereka mba fen haha
Aku jg pakai Indihome dong. Internetnya cepat dan kencang. Temanku aja klo main ke sini udh betah krn bisa wifi an gratis katanya. Udh gratis, internetnya cepat dan kencang. Enak bgt dia ya. Wkwkwk
hahahah kasih tarif mba besok2 wkwkwkwk :p
Adem bacanya mbak. Memang ya zaman now wifi boleh cepat, tapi tidak berbanding lurus dengan rasa bijak di dalam diri. Pengennya berlomba-lomba cepet-cepetan komen biar terlihat paling eksis, tanpa peduli apakah yang dikomentarkan tepat atau tidak. Semoga kita dijauhkan dari sifat dan sikap demikian. Aamiin.
Aamiin, bener banget mba Marita
Nyaman banget deh menikmati tulisan Kak Jihan. Memang ya, dari tahapan berilmu itu, menyenggol sedikit agar mengikis rasa sombong serasa ‘bisa’ tadi dengan lebih banyak mengidentifikasi perbedaan yang ada di sekitar kita.
MasyaAllah.
Alhamdulillah, terimakasih mba Acha, semoga kita semua bisa menahan diri dari perasaan yang paling benar sendrii yaah
Aku bersyukur bisa kenalan dengan IndiHome sejak dulu
Internetan nyaman dan persaudaraan terjaga selalu
padahal agama sudah mengajarkan bahwa perbedaan itu rahmah. tak perlu menghujat. Cukup memahami bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dan kebiasaan
aku juga pake Indihome dirimah, dengan sinyal cepat membuat pekerjaan ebih terbantu terutama untuk mendowload dan menirim data besar
wah menarik ya saat kit bisa mengambil sudut pandangpositif atas banyak hal termasuk hadirnya era diitalisais yag semakim cepat pula. btw aku pengguna indihome lho
memang saat ini dibutuhkan internet yang stabil untuk terus menjalin silahturahmi ya kan, semoga lancar terus aamiin
Teddy setuju sekali Kak, di zaman ini memang banyak mereka yang baru kenal ngaji sudah mulai menyalahkan kelompok lain.
Padahal dasarnya mereka saja tidak tahu bahwa memang ada perbedaan dalam islam. Semoga Kakak bisa selalu bermanfaat bagi umat lewat tulisan-tulisannya.
Setuju banget sama mb Jihan. Kita harus openminded. Harus terus mencari tahu dan belajar. Harus bisa menerima perbedaan untuk menjadi pelajaran. Keren banget tulisannya, mb!
Benar mba. Tulisan di sosial media termasuk hal yang harus dipertanggung jawabkan hingga akhirat. Jadi sebarkan positive vibes tuk Indonesia maju
iya ya, kalau inget ini, rasanya memang harus terus berhati-hati, pikir berkali-kali sebelum berkomentar 🙂
setuju banget mba. jadikan internet pemersatu ya buka pemecah. apalagi di zaman digital kaya sekarang.
iya nih, harus pandai-pandai memilah berita, Apalagi berita yang sekilas aja lewatnya. Jangan sampai kita terjebak oleh hoax.
Perbedaan tentang agama memang kadang memicu konflik, aku pun pernah merasa “aku yang paling benar”. Hingga aku tersadar kalau di Islam aja ada empat mazhab dan waktu umroh tuh keliatan banget bedanya. Apalagi di zaman digital seperti sekarang, seharusnya bisa memudahkan untuk memahami perbedaan bukan malah menambah perpecahan.
jempol yang ngetik juga bakalan di minta pertanggungjawabannya dan berkat internet bisa silaturahmi online dengan orang2 baru seperti sekarang.. salam kenal mba jihan
yes, beruntung aku tumbuh di generasi yang teknologi udah maju. jadi hidup nggak ngerasa sepi-sepi amat hehe 😁
btw, aku rada sanksi sih sama pernyataan ‘mainmu kurang jauh’ soalnya ada temen yang bisa dibilang udah traveling kemana2, temen juga banyak (cukup beragam), tapi kurang peka sama sekitar. ternyata semuanya balik lagi sama orangnya ya
Kalau zaman sekarang yang perlu diperangi memang hoax ya. Sudah gitu banyak orang yang tidak paham makna sebenarnya dari agama, bisa mudah menyesatkan sesama dan orang di luar agamanya. Semoga kita terhindar dari orang seperti itu ya.. 😉
Setuju banget mba internet sebagai pemersatu bangsa, kita harus lebih bijak lagi ya memanfaatkannya
Ukhuwah Islamiyyah bisa terbentuk apabila kita salling percaya satu sama lain dan tidak menilai orang lain dari apa yang kita dengar dari orang lain, Melainkan menilai berdasarkan yang kita lihat, dengar, rasakan..
Wkwkw.. apa sih. tapi pasti pembaca setia jeyjingga nangkap maksud saya..
Btw terima kasih kak untuk artikelnya, sangat mencerahkan..
saya di rumah juga menggunakan indihome mba Jihan. btw pastinya keberadaan internet indihome ini sangat bermanfaat besar, karena meski jauh dengan kelaurga masih bisa terjalin dengan adanya jaringan internet di rumah
pastinya juga dengan adanya innternet dari Indihome ini memudahkan kita dalam mencari berita apa aja dan juga memastikan berita yang kita terima hoax atau bukan karena bisa dicek kebenarannya juga dengan adanya internet
Selalu seneng dengan tulisannya J, memberitahu tanpa kesan menggurui. Emang butuh ya dijaman yang serba beda-beda dan open minded gini, Ukhuwah Islamiyah kudu dijaga
iya nih mba.. ramadan ini kudu hati2 banget sama berbagai isu hoax, karena bisa merusak kerukunan umat beragama dan yang segama. kudu selalu gandengan tangan dan pinter memilah berita
Alhamdulillah, karena perbedaan itu adalah fitrah. Ingat jaman kuliah dulu belajar tentang fikih ikhtilaf mba, sejatinya yang sebenar ukhuwah itu adalah bisa menghormati perbedaan itu yaa
Perbedaan pasti ada, jalankan keyakinan kita sungguh-sungguh dan biarkan orang lain dengan konsep ketuhanananya atau pandangan nya sendiri…
Karena yang lebih tau itu Tuhan, dan kita mesti siap mempertanggung jawabkannya kelak..
Banyak yang bilang beragam itu indah tapi faktanya justru sebaliknya. Banyak orang tidak siap beragam dan maunya seragam. Semoga ukhuwah Islamiyah mengajarkan kita sebenar-benarnya menerima keberagaman 🙂
Kita berada di negara majemuk, harus banyak belajar memahami perbedaan. Islam itu indah, jadi kalau ada yang karena perbedaan lalu main kasar atau justru kata-kataan, aku yakin mereka belum paham islam itu indah
Bulan ramadan selalu jadi bulan untuk berlomba mencari pahala ya mbak. Dan semoga kita semua menjadi yang beruntung mendapat keberkahan ramadan. Amin
Setuju deh sama kalimat internet seharusnya jadi pemersatu, tapi masih banyak nih kelakuan orang-orang yang memakai waktu berharganya hanya untuk menghujat. Semoga dijauhkan dari hal-hal seperti itu, aamiin.
Islam terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu golongan yang selamat yaitu Ahlussunah yang berpegang teguh kepada ajaran Islam yang murni dengan pemahaman pendahulu kita yaitu 3 generasi terbaik umat ini: Sahabat, Tabiin dan Tabiut Tabiin.
Dan dakwah juga harus dengan cara yang hikmah dan penuh kelembutan agar orang tidak lari dari manisnya hidayah.
Merasa paling bener itu memang menakutkan. Lupa kalau negara ini terdiri dari beragam suku, agama dan ras. Bahkan penganut agama Islam sendiri meyakini banyak mahzab, belajar dari banyak ulama, beda2 dikit kan ya nggak perlu jadi gontok2an yaa…
Emang bener kaum ini kek buih ya mbak.. gampang pecah di lautan luas. Semoga ke depan bisa makin kuat ukhuwah islamiyah tanpa lihat golongan ini dan itu. Kek aku sama mbak Ji, puasanya mulai beda aja tetep asoy yaa. Hehe…
Semoga kita senantiasa menjaga tali persaudaraan dan semoga mendapat berkah di bulan Ramadan ini.
Membangun ukhuwah Islamiyyah di zaman sekarang ini punya tantangan tersendiri ya kak soalnya orangw skrg lebih fokus ke hp. Tapi memang, bangun ukhuwah ini bisa juga via medsos. Ya, tetap ada tantangannya juga. Kalau aku lebih seneng via medsos karna anaknya inteovert, lebih senang sendiri.
dengan adanya Internet, IndiHome ini seharusnya menyatukan kita semua ya, tidak ada lagi perpecahan, silang pendapat boleh tapi tidak perlu memecah belah ya, tidak mudah lagi termakan isu HOAX karena sesungguhnya akan lebih indah jika dijalani bersama, indahnya ukhuwah Islamiyah
Kalau lagi ngomongin Moderasi beragama jadi ingat kalau pas lagi ngobrol sama teman-teman di kemenag. Ukhuwah islamiyah sangat penting dan jangan dirusak dengan perbedaan. Karena perbedaan itu indah, untuk merasakan keindahannya adalah bijak menyikapinya.
Iya mbak, Terima kasih ya artikelnya mengingatkan kembali kepada kita akan pentingnya berukhuwan islamiyah
Iya mbak, Terima kasih ya artikelnya mengingatkan kembali kepada kita akan pentingnya berukhuwan islamiyah. Semoga kita bisa terus menjaga silaturahim ini ya
Saya suka ini:
“perbedaan yang diciptakan oleh Allah di dunia ini adalah sebuah fitrah”
Andai semua orang memahami ini dan mengamalkannya, maka gak ada tawuran, gak ada keributan gak jelas di medsos dan pengerokoyan terhadap AA
Indahnya ukhuwah bisa tetap dirajut meski sedang berjauhan ya mbak
Ada Indihome yang membantu kita menjaga silaturahmi
Biasanya semakin tinggi ilmu dan pengetahuan seseorang, dia bisa lebih bertoleransi. Tidak merasa paling benar. Nah, hal ini yang membuatnya juga lebih selektif memilah informasi terutama dari internet. Jangan sampai ukhuwah malah berantakan gara-gara sharing berita tidak benar yang bikin orang lain tersinggung.